Sabtu, 25 Oktober 2014

DEBATER INDONESIA, PENANTANG ALLAH ITUPUN AKHIRNYA TEWAS


Tunjukkan si Allah itu ada dimana?! Tunjukkan pada saya, dan katakan kepada DIA, silakan ambil nyawak
u sekarang… Aku sudah siap kalau toh bisa mati sekarang!”(begitulah ucapan penantang Allah tersebut).

TAK hanya berkembang pesat dakwah muslim Indonesia, sekarang foto salah satu pembenci Islam (yang sudah dalam peti jenazah) terpampang di berbagai media on-line, seluruh manusia di semua benua bisa melihat wajah kusutnya sebagai sosok mayat, dibalut jas rapi dan dicium oleh salah satu anggota keluarganya, .

Beritanya : Inilah mayat seorang lelaki ‪#‎Indonesia‬, yang beberapa hari sebelumnya, dia adalah pendebat paling ‘sok jago’ di group FB (dialog Islam vs…).
Celakanya, dia menantang dan mencela Allah dan RasulNya.

Salah satu kalimat terjeleknya adalah, “Preeeet, mana? Tunjukkan si Allah itu ada dimana?! Tunjukkan pada saya, dan katakan kepada DIA, silakan ambil nyawaku sekarang… Aku sudah siap kalau toh bisa mati sekarang!”
Subhanallah…

Tantangan itupun di aminkan muslimin dan malaikat hingga di setujui Allah المميت "Yang Maha Mematikan" akan requesnya yaitu "tantangannya terhadap Allah.

*Tanggal 7 januari yang lalu, dia tewas dan muka yang menjadi hitam kelam bak terbakar*
“Bagi siapa pun yang membenci Islam tanpa sebab, koreksi diri, jangan sampai menjadi korban media ~Knowledge is power, kan?~ Sebaiknya, pelajari perlahan-lahan tentang Islam dari orang Islam yang paham ilmu agama, bukan dari kumpulan JIL,Pluraris atau sekuler.

Ketika kalian mencela, menantang Allah Azza wa jalla, hingga kesombongan diri menguasai jiwa raga, mengerikan sekali, apalagi menghina Rasulullah Muhammad yang merupakan manusia paling sempurna akhlaqnya, *berarti anda siap dapat kejutan dan konskwensinya*
Karena adzab-Nya adalah benar, kematian adalah benar, siksa kubur adalah benar…
Kebenaran itu dicari dengan berfikir dan berakal, di imbangi dengan kebersihan hati untuk meraih Ridho Illahi.

Semoga kejadian ini menjadi pelajaran bagi kita semua. SILAHKAN SHARE Sebanyak banyak nya agar menjadi pelajaran bagi penentang Allah dan penghina2 Rasulullah lainnya.

https://www.facebook.com/photo.php?fbid=738956416176003&set=a.352526841485631.78362.100001849536888&type=1

 

Jumat, 24 Oktober 2014

Di Penjara, An-Naje Jones Melihat Keindahan Islam

An-Naje Jones pertama kali tahu tentang Islam ketika ia berusia 11 tahun. Saat itu, yang dipahami seorang Muslim menyembah satu Tuhan dan tidak mengkonsumsi babi.
"Saya juga diberitahu, Islam adalah agama untuk ras kulit hitam dan ras lain tidak bisa menjadi Muslim. Tapi aneh, saya tidak yakin dengan hal itu," ucap dia seperti dilansir onislam.net, Selasa (21/10).

Jones dibesarkan dalam keluarga yang percaya Yesus. Jones pun dibaptis. "Jadi, satu-satunya cara saya berdoa dengan Tuhan, ya melalui Yesus. Dosa saya juga dihapus oleh Yesus. Tapi jujur, ini aneh menurut saya," kata dia.

Semasa remaja, Jones tak lagi mengunjungi gereja. Ia lebih memilih mempersiapkan diri untuk sukses secara duniawi. Di awal, ia meritis jalan itu dengan menjadi bagian dari program pelatihan korps cadangan. "Saya serius menjalani itu," kata dia.
Sayang mimpinya buyar. Ia terlibat satu insiden serius. Ia didakwa menyerang seseorang dengan senjata yang membahayakan. Iapun masuk penjara. Di penjara, ia satu sel dengan Mac-T. Seperti menjadi tradisi di penjara, orang yang lebih dulu masuk sel memiliki wewenang untuk menetukan aturan yang berlaku di sel.

"Ia meminta saya untuk melepas sepatu saat masuk sel, membersihkan lantai sebelum meninggalkan sel, dan tidak ada suara ketika ia shalat," kenang dia.

Awalnya Jones tak acuh dengan aturan itu. Komunikasi keduanya pun mandek. Hanya beberapa tahun kemudian, Jones baru tahu bahwa teman selnya adalah seorang Muslim.
Layaknya penghuni penjara lainnya. Jones kerap terlibat kekerasan, mabuk dan mencuri. Ia merasa frustasi dengan kondisi itu. Impiannya buyar. Selesai sudah masa depan yang dirintisnya.
Situasi kian runyam ketika ayahnya meninggal. Jones seolah hidup tanpa arah. Namun, ada tiga orang yang membantunya melalui masa sulit. Ketiga orang itu bernama Yaqub, Karem dan Wadi.

"Mereka bertiga adalah Muslim yang taat," ucap dia.
Berulang kali ketiganya mengajak Jones untuk mendatangi mushala. Namun, Jones lebih memilih hidup dengan budaya penjara. "Saya ateis waktu itu. Hal yang saya sembah hanyalah kekuasaan. Hal ini menghilangkan rasa frustasi saya atas masa depan yang hancur," ucapnya.

Tahun 1995, ia mendapat tugas di dapur. Ia bertanggungjawab atas pembuatan makanan. Saat bekerja, Jones ditemani Haywood dan Mustafa. Selama berinteraksi dengan mereka, banyak hal yang dibicarakan. Mulai dari politik, pendidikan, dan agama.
Suatu hari, Jones bertanya soal apa yang dibaca keduanya. "Saya yakin Anda tidak tertarik dengan apa yang membuat Anda tidak boleh membunuh atau minumn alkohol," kata dia.
Jones lalu mengaku pernah membacanya. Jones meyakinkan keduanya, tahu isinya bila diajarkan untuk membacanya. Keduanya tidak percaya dengan apa yang dikatakan Jones. "Jadi, saya memutuskan belajar bahasa Arab. Setelah itu, saya diajari membacanya," kata dia.

Sejak itu, Jones mulai tertarik mempelajari Islam. Banyak hal yang membuatnya tertarik. "Saya selalu melihat Yaqub, Wadi, dan Kareem. Ketiganya lebih lama di penjara, tapi mereka seolah ikhlas," tanya dia.

Yang membuat Jones kagum, kebrutalan penjaran tidak mempengaruhi keyakinan ketiganya terhadap iman Islam. Ketiganya memegang teguh prinsip satu Tuhan, yakni Allah.
"Ini yang mengguncang jiwa saya. Saya mulai memohon untuk pengampunan dosa kepada Allah. Saya ingin dedikasikan hidup untuk Allah," kata Jones.

Beberapa lama, Jones semakin yakin dirinya mengucapkan bersyahadat. Itu dimulailah dengan meninggalkan geng dan segala keburukan di penjara. Niatnya kian kuat ketika banyak teman-temanya yang bersyahadat."Alhamdulillah," kata dia.

Usai bersyahadat, Jones segera mengenal lebih dalam agama barunya. Kerja kerasnya membuahkan hasil. Ia ditunjuk sebagai pendakwah dalam penjara. Ia berbagi pengalaman kepada penghuni penjara soal keindahan Islam. "Penjara membantu saya untuk menyadari kesalahan saya. Mungkin saat ini saya tidak bisa menikmati hidup di luar penjara. Namun, saya ingin hidup bahagia di akhirat kelak. Insya Allah," ucapnya.
https://www.facebook.com/abu.mufti1/posts/996400413720217

Kisah Pelaku Maksiat Dapat Hidayah Melalui Anaknya Yang Bisu Dan Tuli

SAYA seorang pria berumur 37 tahun. Sudah menikah dan dikaruniai anak. Salah satunya Marwan yang masih berusia 7 tahun. Allah memberinya kekurangan berupa tuli dan bisu. Meski demikian, sungguh dia telah disusui keimanan dari air susu wanita yang beriman dan seorang penghafal Al-Quran.
Oh ya, meski istri saya wanita beriman. Saya sudah melakukan banyak hal yang dilarang oleh Allah ta’ala dan dosa-dosa besar.

Shalat saja jarang saya lakukan secara berjamaah kecuali kalau ada acara-acara tertentu saja sebagai bentuk simpati (menarik perhatian) terhadap orang lain. Terus terang, teman saya kebanyakan kurang baik dan para pesulap. Mungkin karena itu syetan selalu bersama saya dalam banyak waktu.

Suatu malam saya dan Marwan sedang di rumah. Kala itu, bertepatan shalat Maghrib. Saya sedang merencanakan pergi bersama teman-teman. Namun tiba-tiba anak saya, Marwan memberi isyarat-isyarat (bahasa tubuh yang hanya saya dan dia yang mengerti).

Kira-kira isyaratnya kala itu begini: “Wahai bapakku, kenapa engkau tidak shalat”? Kemudian dia mulai mengangkat tangannya ke langit dan mengancam saya dengan maksud menunjukkan isarat bahwa sesungguhnya Allah Subhanahu Wata’ala melihat saya.
Saya jadi kaget (terharu) dengan perkataannya dan mulailah anak saya menangis di depan saya. Saya berusaha menariknya namun rupanya dia kabur.

Beberapa saat kemudian, dia menuju kran dan mengambil wudhu. Ia lalu shalat di depan saya. Usai shalat dia berdiri dan mengambil mushaf Al-Quran, meletakkannya di depannya dan membolak-balik kertas-kertasnya lalu meletakkan jarinya tepat pada Surat Maryam;

يَا أَبَتِ إِنِّي أَخَافُ أَن يَمَسَّكَ عَذَابٌ مِّنَ الرَّحْمَن فَتَكُونَ لِلشَّيْطَانِ وَلِيّاً
Yang artinya: “Wahai bapakku, sesungguhnya aku (Ibrahim) khawatir, bahwa kamu akan ditimpa azab oleh Yang Maha Pengasih, maka kamu menjadi kawan bagi syetan.” (Quran Surat Maryam ayat:45).
Melihat kejadian itu saya tak kuasa menangis dalam waktu yang cuku lama. Lalu dia berdiri dan menghapus air mata saya sambil tak lupa mencium kepala dan tangan saya sambil berkata dengan isyarat yang kira-kira artinya: “Shalatlah wahai bapakku sebelum kamu diletakkan dalam tanah dan menjadi jaminan azab.”
Demi Allah Yang Maha Besar, saya dalam keadaan bingung (hilang akal) dan takut. Sungguh, tidak ada satu orangpun yang mengetahuinya kecuali Allah Subhanahu Wata’ala.
Maka saya segera menghidupkan lampu-lampu rumah semuanya sambil ia mengikutiku dari kamar ke kamar dengan melihatku penuh keheranan.

“Tinggalkanlah lampu-lampu itu, mari kita pergi ke masjid (maksudnya Masjid Nabawi yang mulia).”
“Tidak, kita akan pergi ke masjid yang ada di dekat rumah kita saja, “ bagitu kataku.
Iapun masih menolak ajakan saya, karena dia hanya ingin pergi ke Masjid Nabawi. Dan saya akhirnya pergi ke sana meski dalam keadaan takut sekali.
Kami masuk ke Raudhoh, sedang saat itu penuh dengan manusia. Tak beberapa lama, dikumandangkanlah iqamah untuk shalat Isya. Imam membaca firman Allah;

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ وَمَن يَتَّبِعْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ فَإِنَّهُ يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاء وَالْمُنكَرِ وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ مَا زَكَا مِنكُم مِّنْ أَحَدٍ أَبَداً وَلَكِنَّ اللَّهَ يُزَكِّي مَن يَشَاءُ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengikuti langkah-langkah syetan dan barangsiapa mengikuti langkah-langkah syetan, maka sesungguhnya dia (syetan) itu menyuruh perbuatan keji dan munkar. Sekiranya tidaklah karena karunia Allah dan rahmatNya kepadamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan munkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendakiNya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS: An-Nur: 21).

Mendengar bacaan imam, saya tak kuasa menahan tangisan.Rupanya, Marwanpun ikut menangis karena terpengaruh tangisan saya. Di pertengahan shalat, rupanya Marwan mengeluarkan sapu tangan dari kantong saya lalu menghapus air mata saya dengan sapu tangan itu.

Usai shalat, saya masih menangis lagi. Marwan kembali menghapus air mata saya sampai-sampai saya duduk (berada) di masjid Nabawi satu jam penuh. Karena kerasnya tangisan saya, membuat Marwan mendinginkan suasana.

“Sudahlah pak, jangan takut, ” ujarnya.
Kami lalu pulang ke rumah dan malam itu adalah malam yang sangat mengagumgkan bagi saya. Di mana saya seolah lahir kembali.

Tak lama hadirlah istri saya dan anak-anak saya. Mereka mulai menangis semuanya, padahal mereka tidak tahu sedikitpun apa yang telah terjadi.

Saat itu berkatalah Marwan pada mereka semua, ”Tadi bapak shalat di masjid haram.”
Mendengar kabar ini, senanglah istri saya. Akhirnya saya menceritakan semua pada istri tentang apa yang terjadi antara saya dan Marwan.

“Aku bertanya kepadamu dan demi Allah, apakah kamu yang datang padanya (pada Marwan) dan menyuruhnya membuka mushaf untukku saat itu?,” demikian pertanyaanku saat itu.
Saat itu istrku bersumpah pada Allah tiga kali bahwa sesungguhnya dia tidak tak pernah melakukan hal itu pada Marwan.

“Pujilah Allah (bersyukurlah pada Allah) karena kamu dapat hidayah ini, “ ujar istriku kala itu.
Sungguhnya, malam itu adalah malam yang paling berkesan (indah).
Sekarang, Alhamdulillah saya tidak pernah lagi meninggal shalat berjamaah di masjid. Dan sungguh, saya telah meninggalkan (menjauhi) teman-teman yang buruk semuanya.

Kini saya telah merasakan keimanan sebagaimana saya juga hidup penuh kebahagian, kecintaan dan saling menyayangi bersama istri dan anak-anak saya. Lebih khusus anak saya Marwan yang tuli lagi bisu. Bagaimana tidak, sedangkan saya telah mendapat hidayah melalui dia.*/pemilik cerita ini adalah salah satu penduduk Kota Madinah. Artikel ini diterjemahkan oleh Heggy Fajrianto Herman dari akun FB Syekh Mohammad Hasan di www.facebook.com/elsheikh.mohamed.hsaan


https://www.facebook.com/abu.mufti1/posts/996402160386709

 

Gema Syahadat di Dusun Tinambu


Bicara Mentawai, orang akan teringat tsunami yang melanda kepulauan tersebut pada 2010 silam. Tsunami telah memporak-porandakan wilayah yang secara administratif masuk wilayah propinsi Sumatra Barat ini.

Empat tahun kemudian, tim Posdai Hidayatullah Pusat berkesempatan menyambangi kepulauan tersebut dalam rangka menyalurkan qurban melalui program “Qurbanmu-dakwahmu”.

Posdai berangkat melalui pelabuhan Bungus menuju Kepulauan Mentawai tepatnya di pulau Siberut dengan menaiki KMP Gambolo (Kapal Ferry milik ASDP). Keindahan Mentawai bukan hanya ada pada budayanya saja, juga alamnya.

Sepanjang perjalanan laut, terlihat hamparan pasir nan indah yang membuat letihnya perjalanan tidak terasa. Hampir 10 jam KMP Gambolo yang membawa rombongan menerjang goyangan ombak akhirnya kapal merapat di Muara Siberut Selatan.

Rombongan langsung disambut hangat oleh para dai dari Islamic Centre Syekh Shaleh ar-Rajhi, yang lebih dahulu melaksanakan aktivitas dakwahnya di Kepulauan Mentawai.

Genap satu pekan mereka mendampingi Tim Posdai Pusat menjalankan amanah para donatur dan simpatisan untuk menyalurkan qurban sekaligus pembagian perlengkapan shalat untuk para mualaf Mentawai yang dipersembahkan oleh Majelis Taklim Telkomsel Jakarta, Swarna Bandung dan Keluarga Besar Bapak Ahmad Syauqi Jakarta.

Tim Posdai tiba di Siberut Selatan sehari sebelum perayaan Hari Raya Idul Adha 1435 H dilaksanakan. Sungguh mengharukan karena bagi para mualaf, shalat Idul Adha kali ini merupakan shalat ied dan shalat subuh yang pertama kali mereka laksanakan.

Alhamdulillah, syahadat telah diikrarkan oleh 58 warga yang berada di Dusun Tinambu yang dibimbing oleh Ustaz Irwan, Direktur Islamic Centre Kepulauan Mentawai, serta disaksikan langsung oleh masyarakat.

Setelah pelaksanaan shalat Ied, masyarakat bersuka cita menyaksikan penyembelihan hewan qurban yang dipersembahkan oleh PT Wijaya Karya dan BDI Chevron Jakarta. Daging qurban tersebut dibagikan kepada para mualaf dan masyarakat sekitar.

Kegiatan Posdai Hidayatullah di Mentawai diakhiri dengan khitanan bagi mualaf yang dilakukan oleh mitra medis yaitu Islamic Medical Service (IMS).

Masyarakat Mentawai sangat membutuhkan sarana dan prasarana kesehatan yang memadai, dan yang tidak kalah pentingnya adalah sarana ibadah yaitu hadirnya sebuah bangunan mushala atau masjid di dusun mereka untuk menunjang tetap terpancarnya cahaya Islam.

http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/mualaf/14/10/21/ndshnt-gema-syahadat-di-dusun-tinambu
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=996397530387172&set=a.112005575493043.15397.100000508029878&type=1

 

Mustafa Davis: Lima Huruf yang Mengubah Kehidupanku


Pertemuan Mustafa Davis dengan Usama Canon sepertinya bukan sebuah “kebetulan” semata. Karena dari pertemuan yang serba kebetulan itu, mengantar Mustafa menjadi seorang muslim. Sekarang, 15 tahun sudah Davis menjadi muslim dan peristiwa “kebetulan” tak pernah ia lupakan.

Davis secara tak sengaja bertegur sapa dengan Usama lima belas tahun yang lalu, saat sedang menuju ke tempat kuliahnya. Usama mengomentari t-shirt yang dikenakan Davis dan menyalaminya. Pertemuan selanjutnya di kelas bahasa Spanyol, karena ternyata mereka sama-sama mengambil kelas bahasa itu dan kerap duduk bersisian di dalam kelas. Keduanya akhirnya tahu bahwa mereka sama-sama menyukai musik dan seni. Oleh sebab itu, Davis dan Usama–yang jago main piano–kadang menyelinap ke aula kampus karena ada piano di sana. Mereka menghabiskan waktu berjam-jam untuk bermain musik, dan kadang diselingi dengan perbincangan tentang spiritualitas. Itu mereka lakukan hampir setiap hari selama satu semester perkualiahan.

Suatu hari saat menikmati makanan sushi di restoran Jepang dekat kampus. Davis curhat ke Canon tentang kehidupannya yang agak kacau dan keinginannya untuk kembali ke “jalur” kehidupan yang benar. Kala itu, Davis tinggal seorang diri di San Jose. Malam bekerja, siang kuliah. Davis merasa masa lalunya menjadi beban yang selalu menghantui hidupnya dan mulai berpikir bahwa untuk mengatasi segala problema kehidupan yang dialaminya dengan cara kembali ke gereja, menjalani kembali kehidupan yang religius.

“Saya bilang pada Usama bahwa saya sedang mempertimbangkan untuk kembali pada Katolik, agama saya untuk memperbaiki hidup. Usama lalu bertanya, apakah saya pernah berpikir tentang agama Islam dan saya jawab tidak pernah, karena saya merasa Islam adalah agamanya orang Arab atau agama kelompok separatis kulit hitam. Saya juga beranggapan bahwa orang-orang Islam yang saya jumpai adalah orang-orang yang munafik dan saya tidak pernah melihat orang Islam yang menjalankan agamanya dengan baik,” tutur Davis

Usama, kata Davis, lalu menceritakan tentang kakak lelakinya, Anas Canon yang pindah ke agama Islam tak lama setelah ia aktif dalam organisasi Nation of Islam. Usama mengatakan bahwa Islam bukan hanya untuk orang Arab dan dari yang ia tahu, Islam adalah agama yang universal, meski Usama sendiri saat itu belum memeluk Islam.

Dalam perbincangan itu, Usama juga menanyakan apakah Davis tahu tentang Nabi Muhammad Saw. dan Davis menjawab bahwa ia hanya kenal sosok Elijah Muhammad. Usama lalu menjelaskan bahwa Nabi Muhammad yang ia maksud berbeda dengan Muhammad yang Davis kenal. Pada titik ini, seperti biasanya, Davis berusaha menghindar jika ada orang yang mulai bicara banyak soal agama. Apalagi setelah ia tahu Nabi Muhammad itu berasal dari Arabia, Davis merasa Islam bukan untuknya. Obrolan hari itu itupun selesai begitu saja.

Surat Maryam Membuat Davis Menggigil

Suatu malam, setelah kerja, Davis ke toko buku untuk membeli Alkitab. Ia melewati rak berisi buku-buku “Filosofi Timur” dan melihat sebuah buku bersampul hijau bertuliskan “MUHAMMAD” dengan huruf-huruf yang berwarna keemasan. Ia berhenti dan berpikir sejenak, lalu meraih buku itu. Judul lengkap buku itu “MUHAMMAD – His Life Based On The Earliest Sources” yang ditulis oleh Martin Lings.

“Yang menarik perhatian saya adalah kata ‘earliest sources’ dalam judul itu. Saya bermaksud beli Alkitab di toko itu, dan saya tahu ada perdebatan teologis tentang kesalahan-kesalahan yang ada dalam alkitab, yang juga sangat mengganggu pikiran saya. Maka, saya buka buku ‘MUHAMMAD’ itu, meski sulit mengucapkan nama-nama Arab dalam buku tersebut, saya mencoba membaca beberapa baris isi buku. Empat atau lima baris kalimat yang saya baca menyebut kata ‘Qur’an’ beberapa kali. Nama-nama Arab yang baca makin membuat saya merasa bahwa Islam adalah agama orang Arab dan bukan yang saya inginkan dalam hidup saya. Saya pun meletakkan buku itu,” ungkap Davis.

Tapi saat ia berjalan meninggalkan rak buku itu, huruf keemasan bertuliskan “MUHMMAD” muncul kembali di pelupuk matanya dan membuat Davis kembali ke rak buku tadi. Kali ini, Davis memperhatikan buku dengan judul “The Quran”. Ia ingin mengabaikan buku itu, tapi ia ingat bahwa kata “Quran” disebut beberapa kali dalam buku Martin Lings yang baru saja ia baca-baca. Davis akhirnya mengambil buku “The Quran” dan membuka halamannya secara acak, dan kebetulan yang ia buka adalah halaman pertama Surat Maryam. Davis membaca terjemahan surat itu dari awal sampai akhir. Saat membaca isi surat Maryam yang menceritakan kelahiran Nabi Isa, David merasakan tubuhnya panas dingin. Ia tidak menyangka Muslim juga meyakini keajaiban dalam kelahiran “Yesus” yang diyakini dalam agama Davis, namun Muslim tidak meyakini Yesus sebagai anak dari Tuhan seperti keyakinan umat Kristiani. Selama ini, meski sebagai pemeluk Katolik, Davis menganggap ajaran bahwa Tuhan punya anak lelaki, sungguh tidak masuk akal.

Tanpa tahu apa sebabnya, Davis menangis terisak-isak di toko buku itu saat membaca Al-Quran yang dipegangnya. Ia memutuskan untuk membelinya agar ia bisa membaca lebih banyak tentang apa yang diyakini kaum Muslimin. “Dalam situasi perasaannya yang sedang emosional, Saya betul-betul sudah lupa untuk membeli Alkitab dan meninggalkan toko buku itu,” ujar Davis.

Kejadian Aneh dalam Sehari

Setelah membeli Al-Quran, keesokan harinya Davis ke kampus dan di perjalanan ia melewati sebuah toko kecil milik seorang lelaki Sinegal yang menjual kerajinan tangan, dompet dan boneka khas Afrika. Davis tertarik melihat-lihat dompet. Lelaki Sinegal itu menyapanya, “Hello sobat apa kabar?”. Davis menjawab, “baik-baik saja, terima kasih.”

Davis bercerita, lelaki Sinegal itu lalu memperhatikannya dengan seksama, tersenyum dan melontarkan pertanyaan yang membuat Davis kaget. “Sobat, apakah kamu seorang muslim? Kamu seperti seorang muslim,” tanya lelaki Sinegal itu. Davis tersentak, selama ini ini tidak pernah ada orang yang mengiranya seorang muslim, dan malam tadi ia baru saja membeli Al-Quran. Davis menjawab bahwa ia bukan seorang muslim, tapi semalam ia baru saja membeli Al-Quran.

Mendengar jawaban Davis, lelaki Sinegal itu keluar dari toko kecilnya dan memeluk Davis dan terus-terus berkata bahwa ia bahagia mendengarnya dan itu merupakan pertanda dari Allah untuk Davis. Nama lelaki Sinegal itu adalah Khadim.

Khadim sempat minta tolong Davis untuk menunggui tokonya, sementara ia berwudu dan menunaikan salat. Pada Davis, Khadim mengatakan bahwa sebagai muslim, ia berkewajiban salat lima waktu sehari. Begitu Davis menyatakan ia bersedia membantu, Khadim menunjukkan kotak tempat penyimpanan uang, memberitahu harga barang-barangnya pada Davis, lalu pergi salat.

Sekitar setengah jam Davis menjaga toko Khadim. Selama menunggu, Davis tak henti berpikir, “Siapa laki-laki ini, meninggalkan uangnya pada saya. Bisa saja saya kabur dan membawa uangnya dan ia tidak akan bisa menangkap saya.” Davis heran, mengapa Khadim tidak mengkhawatirkan kemungkinan itu, mempercayakan uangnya pada orang asing.

Khadil kembali dari salat dan Davis melihat wajah Khadim seperti bersinar. Ia memeluk Davis dan mengucapkan terima kasih. Davis kemudian pamit dan menuju kampus. Sesampainya di kampus, Davis lagi-lagi terhenyak ketika seorang mahasiswa asal Pakistan menyapanya dan mengucapkan salam, lalu bertanya pada Davis “Apakah kamu seorang Muslim?”. Ini adalah pertanyaan kedua dalam satu hari yang ditujukan pada Davis.

Davis menjawab bahwa ia bukan muslim dan balik bertanya mengapa mahasiswa Pakistan itu menanyakan hal itu. Mahasiswa Pakistan itu hanya berkata, “Saya tidak tahu, Anda kelihatannya seperti seorang muslim.” Kejadian ini membuat Davis bertanya-tanya dalam hati. Davis mengatakan pada mahasiswa Pakistan tadi bahwa ia sekarang sedang membaca-baca Al-Quran. Si mahasiswa Paksitan sangat senang mendengar apa yang dikatakan Davis dan menanyakan apakah Davis pernah ke masjid. Davis terus terang bahw ia belum pernah ke masjid dan ia menerima ajakan mahasiswa Pakistan itu untuk pergi ke masjid keesokan harinya. Mereka pun saling bertukar nomor telepon. Davis makin penasaran.

Hari Jumat sore, mahasiswa Pakistan itu datang dan mengajak Davis ke rumahnya. Davis dijamu makan, duduk di lantai. Meski seumur hidupnya ia belum pernah duduk di lantai untuk makan, Davis merasa tidak canggung sama sekali. Setelah makan, mereka berangkat ke masjid milik Muslim Community Association di Santa Barbara, California.

Sesampainya di masjid, Davis disambut sekitar 40 jamaah masjid dengan senyum dan jabatan tangan. Davis diajak duduk bersama, membentuk lingkaran kecil. Seorang lelaki menanyakan apakah Davis tahu tentang Islam. Davis pun menceritakan bagaimana ia sampai membeli Al-Quran dan mulai membaca isinya. Davis ditanya lagi, apakah ia percaya pada Nabi Muhammad, tanpa ragu Davis menjawab “Ya”. Pertanyaan lainnya, apakah Davis percaya bahwa Yesus adalah anak Tuhan, Davis menjawab “Tidak”, tapi percaya bahwa Yesus adalah seorang nabi. Masih banyak pertanyaan lainnya yang diajukan ke Davis, mulai dari apakah ia percaya malaikat, ayat suci Al-Quran dan hari Kiamat, dan Davis menjawab bahwa ia meyakini semuanya.

Lelaki yang bertanya itu lalu mengatakan, “Itulah yang diyakini kaum Muslimin, jadi kamu (Davis) meyakini hal yang sama pula. Apakah suatu saat kamu mau menjadi seorang muslim?” tanyanya. Lagi-lagi, tanpa ragu Davis menjawab “Ya”.

Bersyahadat

Lelaki itulah yang akhirnya membantunya mengucapkan dua kalimat syahadat di hari ke-17 bulan Ramadan tahun 1996.

Enam bulan setelah masuk Islam, Usama Canon menghubungi Davis dan menanyakan tentang Islam. Keduanya pergi makan malam dan membahas soal agama. Keesokan harinya, Davis mengajak Canon ke masjid dan Canon pun mengucapkan syahadat. Canon, orang pertama yang menyebut-nyebut Islam pada Davis dan sebuah kehormatan bagi Davis hari itu mengajak Canon ke masjid dan Canon masuk Islam juga.

“Bukan ilmu teologi atau perdebatan agama yang membawa saya pada agama Islam. Tapi musik, budaya, teman yang yang saya percaya dan seorang asing yang tersenyum pada saya. Yang ironis, budaya Arab-lah yang pertama kali membuat saya enggan mencari tahu soal Islam. Tapi sekarang, setelah menjadi muslim, saya berusaha meninggalkan budaya saya sendiri (budaya Amerika) dan mencoba menerapkan budaya Arab. Setelah beberapa tahun, saya bisa kembali pada akar budaya saya sebagai orang Amerika sekaligus sebagai seorang Muslim,” papar Davis.

Davis sekarang tinggal di San Francisco Bay Area. Ia berprofesi sebagai fotografer dan sutradara. Belum lama ini, saat berjalan-jalan bersama Canon, Davis bertemu Khadim lagi. Mereka sangat bahagia dan berfoto bersama. “Segala puji bagi Allah atas rahmatnya pada Islam,” doa Davis. (ln/Is/mx)

http://www.eramuslim.com/dakwah-mancanegara/mustafa-davis-lima-kata-yang-mengubah-kehidupanku.htm#.VEfD2a5v5c0
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=996438927049699&set=a.112005575493043.15397.100000508029878&type=1

 

Aminah Fogarty: Saya Tahu, Mengapa Allah Memberikan Hidayah


Perjalanan Aminah Fogarty menuju Islam diawali dengan rasa kagum dari pengalaman Muslim. Ini berkat suaminya yang mengizinkanya mempelajari Islam dan Muslim.

"Suami saya tahu ada yang berbeda dari saya," ucap dia seperti dilansir onislam.net, Rabu (22/10). Aminah percaya perbedaan itu merupakan cara untuk mendefinisi Tuhan.

Awalnya, Aminah merasa sulit membahas Islam lebih jujur dan terbuka bersama orang lain. Dirinya masih merasa belum bisa menerima segala fakta tentangg Islam."Saya jadi tahu, mengapa Allah memberikan hidayah," kata dia.

Aminah besar di keluarga penganut Katolik Roma. Ia rutin menghadiri gereja bahkan mengikuti kelas paroki hingga perguruan tinggi. Namun, hal itu tidak mempengaruhi keinginannya untuk mencair kebenaran.

Aminah merasa Islam merupakan jawaban atas pertanyaan dirinya soal hakikat hidup. Islam mengajarkan setiap Muslim untuk mengambil langkah berani setiap hari. Tentunya dengan mengawali permintaan kepada Pencipta.

Usai menjadi Muslim, setiap bulannya dan tahun, pengetahuan Aminah tentang Allah dan Rasul-Nya kian mendalam. Namun, ia merasa tidak puas. Ia masih butuh mempelajari Islam lebih jauh lagi.

"Keinginan terbesar saya, saya dapat menikmati anugerah iman, takwa, ketulusan,dan pengetahuan dalam Islam. Hingga malaikat menjemput saya kalau maut tiba," kata dia.

http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/mualaf/14/10/22/nduf9w-aminah-fogarty-saya-tahu-mengapa-allah-memberikan-hidayah
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=996398787053713&set=a.112005575493043.15397.100000508029878&type=1

 

14 Tahun Menjadi Biarawati, Perempuan ini Akhirnya Memeluk Islam


Portal obseber.gm dalam beritanya hari Jum'at 17 Oktober 2014 menginformasikan bahwa seorang biarawati berusia 54 tahun pada Rabu malam menyatakan dirinya masuk Islam. Kejadian ini terjadi saat acara debat perbandingan agama antara Islam dan Kristen. Seorang cendekiawan Islam terkenal dunia dan ahli perbandingan agama, Dr Zakir Naik, menyampaikan ceramah tentang Islam di Kairaba Beach Hotel di Kololi, Gambia.


Perempuan yang bernama Juliet Cole, yang sekarang bernama Haddijatou Cole, telah melayani gereja selama 14 tahun sebagai seorang biarawati.

Ketika dimintai pemaparanya mengenai alasan mengapa pindah agama ke Islam, cole menceritakan bahwa meski dirinya telah menjadi biarawati Gereja Methodist. Selama ceramah Dr Zakir, saya berpikir untuk masuk Islam dan yakin akan kebenaran Islam.

Melihat suasana yang meengharukan, Dr Zakir Naik kemudian turun ke podium mengarahkan tahapan untuk menjadi muallaf kepada COle. Selanjutnya dilakuan pengucapan ikrar 2 kalimat Syahadat dihadapan para hadirin yang hadir. [obseber/islamedia/fatih]

http://www.islamedia.co/2014/10/14-tahun-menjadi-biarawati-perempuan.html
https://www.facebook.com/abu.mufti1/posts/997083953651863


Minggu, 19 Oktober 2014

PASTUR, MISIONARIS DAN JEMAAT GEREJA MASUK ISLAM Setelah Gagal Membakar AL-QURAN


Koran harian “Tartim” yang beredar di Nigeria dan merupakan koran terbesar dengan oplah paling banyak menyebarkan berita yang tidak akan dilupakan oleh penduduk Nigeria.


Koran yang terbit setiap hari Rabu tersebut, dalam editorialnya telah menggoncangkan salah satu kota besar di Nigeria, kota Kajoula. Dalam berita tersebut dipaparkan bahwa seorang pimpinan pendeta Nasrani dengan sangat mengejutkan melempar mushaf Al-Qur’an ke tanah di depan para hadirin yang datang dalam majelisnya. Tidak hanya itu, ia kemudian menuangkan bensin dan berusaha membakar mushaf tersebut.
Namun yang sangat mengherankan, mushaf tersebut sama sekali tidak terbakar dan api tidak sampai menyentuhnya. Bahkan, tangan pendeta tersebut yang justru terbakar oleh kobaran api. Peristiwa ini terjadi pada saat umat Nasrani sedang melaksanakan kebaktian di gereja.

Setelah kejadian ini, Pendeta Froos seketika langsung menyatakan keislamannya dan diikuti oleh pemimpin gereja Ya’kub Musa, kemudian diikuti oleh para pendeta dan misionaris di sana, sehingga jumlah mereka mencapai 200 misionaris, kemudian pendeta Ya’kub Musa mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Sekjen Organisasi Kependetaan di Kanjoula.

Di hari berikutnya, pemimpin redaksi koran “Ukazh”, Haji Ibrahim Sulaiman menulis berita tentang aktifitas Ya’kub Musa pasca mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Sekjen. la berdakwah menyebarkan agama Islam ke seluruh pelosok negeri Nigeria, Ibrahim Sulaiman juga menulis kisah-kisah Ya’kub Musa yag bisa dijadikan pelajaran bagi umat Islam di seluruh penjuru dunia.
Subhanallah...

https://www.facebook.com/kisahh.mualaf/posts/288521201334309


Salahuddin Decero, Mantan Pecandu Narkoba dan Pastur yang Bersyahadat


Salahuddin Cecero lahir di Philadelphia, Amerika Serikat. Hidup di lingkungan keras membuat Decero mudah terlibat obat-obatan terlarang, minuman keras dan seks bebas. Satu titik, ia ingin menapaki hidup yang lebih baik. Cecero bertransformasi menjadi pastur. Sebelum akhirnya, ia temukan Islam, dan menjadi Muslim. Alhamdulillah.

"Di usia remaja, saya hanya tahu sedikit hal. Ini yang mendorong saya jatuh ke dalam kehidupan duniawi," ucap dia seperti dilansir onislam.net, Jumat (17/10).

Hanya satu waktu, ia pergi ke gereja. Itupun sebatas, perayaan hari besar saja. Decero lebih memilih bertemu dengan teman-temannya. "Saya tidak percaya Tuhan sama sekali. Tapi keyakinan ini gugur setelah saya bertemu seseorang," kata dia.

Setiap bertemu orang ini, Decero terlibat dialog tentang ketuhanan. Kadang ia tidak tahan. Namun, kadang ia tertarik untuk membahasnya. "Saya bersedia menemukan Tuhan. Tapi saya tidak tahu siapa itu Allah. Dia mengatakan Yesus itu Tuhan dan Juru Selamat," ucapnya,.

Sejak itu, Decero mulai merasa perlu untuk mencari tahu siapa Tuhannya. Ia tidak percaya begitu saja dengan apa yang dikatakan temannya itu. Seketika pula, Decero menjadi sosok yang religius. Tidak lagi menyia-nyiakan waktunya.

"Saya memiliki pikiran untuk menjadi seorang imam. Tapi saya ragu untuk mengungkapkannya," kata dia.

Mulailah Decero mewujudkan keinginanya itu. Ia mengikuti sekolah imam Katolik selama 10 bulan. Tahap akhir, Decero mencari Tuhan dimulai ketika ia bertemu dengan seorang ulama.

"Dia meminta saya bertanya tentang gereja, Yesus, Bunda Maria dan sejarah. Dia tanya, kapan Yesus mengatakan dirinya Tuhan," tanya imam itu.

Decero kaget bukan main. Ia tidak menyangka mendapat pertanyaan seperti itu."Sejak itu, saya banyak berpikir tentang apa yang dibicarakan. Saya mulai membaca Alquran dua kali berturut-turut. Saya mulai membaca hadist Rasulullah," kata dia..

"Saya juga mulai menyelidiki bagaimana Muslim berdoa. Hingga pada empat bulan, saya semakin yakin, Yesus bukan Tuhan, apalagi anak Tuhan," kata dia.

Keyakinan itu coba ia tuangkan dalam niatan untuk mengunjungi masjid. Decero ingin menjadi Muslim. "Ulama itu kemudian mengajari saya menjadi Muslim, dan Insya Allah menjadi Muslim yang kaffah," kata dia.

http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/mualaf/14/10/17/ndknz4-salahuddin-decero-mantan-pecandu-narkoba-dan-pastur-yang-bersyahadat
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=994019253958333&set=a.112005575493043.15397.100000508029878&type=1

Takjub akan Rapinya Shaf, Seorang Nasrani Akhirnya Memeluk Islam



Dalam satu program bertajuk ONE FAMILY dalam saluran Majd Channel, saat itu moderatornya ialah Dr.Yahya Al Yahya (head of the CALL to Islam Committee) menceritakan sebuah kisah tentang seorang lelaki Amerika bukan Muslim yang berbincang dengannya mengenai Islam ketika sedang menonton siaran langsung Solat Isya’ dalam bulan Ramadhan di Makkah.
Lelaki Amerika itu sangat terkejut melihat keadaan umat Islam melalui kaca TV itu, melebihi 3 Juta orang yang berhimpit antara satu sama lain di dalam Masjidil Haram pada malam terakhir di dalam bulan suci Ramadhan itu, terlalu ramai dan sangat tidak terurus.

Sheikh tersebut bertanya kepada lelaki Amerika itu” Berapa lama kamu fikir mereka akan menguruskan diri mereka masing-masing untuk berada dalam barisan dan memulai sholat? Lelaki Amerika itu menjawab” Sekurang-kurangnya 2-3 jam” , Sheikh itu berkata” Tetapi Masjidil Haram mempunyai 4 tingkat , ”Lelaki itu menjawab” Oh, kalau begitu pasti akan mengambil masa lebih kurang 12 jam!” Sheikh itu berkata lagi.

” Kamu bayangkan bahwa mereka datang dari seluruh pelosuk dunia dengan berlainan bahasa, mungkinkah mereka dapat berada dalam satu barisan untuk memulai sholat?” Lelaki Amerika itu menjawab” Jika begitu amat mustahil bagi mereka untuk mengurus diri mereka sendiri agar berada dalam satu barisan untuk memulai sholat!!”

Dan ketika waktu sholat sudah pun tiba, Sheikh Abdul Rahman As-Suddais berdiri tegak lalu melaungkan kalimah” Rapatkan Saf… “ Dan dalam beberapa saat saja, seluruh pemandangan di Masjdil Haram berubah serta merta dan 3 Juta Muslim disana dalam sesaat telah tersusun rapi dalam barisan hanya beberapa kejap MATA.

Lelaki Amerika itu memandang kaca TV sejenak terdiam terpaku lalu beliau berkata bear witness that there is none worthy of worship but ALLAH, and I bear witness that Mohammad is His Servant and Messenger… (Aku bersaksi tiada Tuhan Selain Allah, dan Aku bersaksi Muhammad adalah utusanNya) Lihatlah betapa ajaibnya Islam, hanya karena kerapihan shaf sholat saja , sudah dapat menarik perhatian penganut agama lain untuk teryakini dengan agama mulia ini…

Sumber: Islam the way of life

http://www.eramuslim.com/dakwah-mancanegara/takjub-akan-rapinya-shaf-seorang-nasrani-akhirnya-memeluk-islam.htm#.VEKyL65v5c0
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=994055290621396&set=a.112005575493043.15397.100000508029878&type=1

Sabtu, 18 Oktober 2014

Mualaf Australia: Kami Lebih Percaya Alquran Ketimbang Pemberitaan Media

Sarah, mualaf Aborigin Australia

REPUBLIKA.CO.ID,  SYDNEY -- Sebuah program televisi menampilkan wajah-wajah mualaf Australia. Ini merupakan satu cara menjembatani kesepahaman antara umat Islam dan warga Australia.  Di luar itu, acara ini sekaligus memperkenalkan mualaf kepada umat Islam yang mungkin tidak tahu keberadaan mereka.

Sarah, keturunan Aborigin Australia mengaku telah mendapatkan kedamaian hidup usai menjadi Muslim. "Saya bangga menjadi Muslim Aborigin Australia. Saya belum pernah merasakan ketenangan yang luar biasa, saat shalat dan berdoa. Ini yang tidak pernah saya rasakan sebelum menjadi Muslim," kata dia seperti dilansir SBS, Selasa (14/10).

Sarah mengaku kerap mendengar soal Islam yang lebih identik dengan kekerasan. Namun, Sarah lebih percaya dengan apa yang dikatakan Alquran tentang Islam dan Muslim. "Tidak ada di sana menyiksa orang lain, konflik, dan peperangan," kata dia.

Sarah pun berpesan kepada warga Australia agar menghargai keberagaman dan tidak perlu takut dengan perbedaan. "Saya juga seorang Australia. Darah saya merah, saya punya rambut. Namun, ada cara dimana saya memiliki panduan untuk menjalani hidup. Saya berhijab," kata dia.

Sebelum menjadi Muslim, Sarah yang kini berhijab mengungkap butuh waktu lama baginya untuk menemukan kebenaran Islam. Ia baca buku, laman tentang islam dan Muslim, dan sumber-sumber lainnya.

Lukas, salah seorang mualaf lainnya, mengaku pemberitaan media tentang Islam dan Muslim tidaklah benar. "Saya tahu Islam itu benar. Itulah yang memberikan saya rasa damai," kata dia.

Produser program tersebut, Patrick Abboud mengatakan, hadirnya program ini didorong oleh keinginan menunjukan warga Australia yang memilih menjadi Muslim. "Banyak dari mereka tidak pernah dibicarakan. Mereka juga warga Australia, sama-sama menyukai pantai," kata dia,

Presiden Asosiasi Mualaf Australia, Said Kanawati mengatakan jumlah warga Australia yang memeluk Islam mencapai 3-4 orang per pekan. "Dengan situasi saat ini, kita dan Anda (mualaf)  akan melihat orang-orang memandang berbeda. Disiniah tugas kita dan Anda untuk memperkenalkan apa itu Islam dan Muslim. Harapannya akan hilang rasa takut di masa depan," ucapnya.

http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/mualaf/14/10/14/ndfoas-mualaf-australia-kami-lebih-percaya-alquran-ketimbang-pemberitaan-media

Jumat, 10 Oktober 2014

Nurul Hidayati Muallaf Yang Silih Berganti Menuai Banyak Ujian Hidup

Berbahagialah kita yang dilahirkan dalam keluarga Muslim, karena bisa berislam dengan khusyuk dan merdeka tanpa gangguan apapun. Tidak halnya dengan perjuangan iman Indah Hutabarat (Nurul Hidayati) ini. Keputusannya masuk Islam disusul badai ujian yang bertubi-tubi: fitnah, gangguan, pengasingan, intimidasi, penculikan, penodaan kehormatan, dan sebagainya. Setitik pun ia tak pernah menyesali keputusan hijrah memeluk Islam. Ditempa berbagai ujian dan musibah iman dan Islamnya makin kuat, sang muallaf kini berhijab sempurna dengan niqabnya, namun perlu solidaritas sesama Muslim.

Gadis Batak ini dilahirkan 26 tahun silam di Simalungun, Sumatera Utara. Ia dibesarkan dalam keluarga besar Kristen Protestan yang taat dan digadang-gadang menjadi aktivis Kristen. Sejak berusia dua tahun, ia diasuh oleh pamannya, seorang pengurus gereja Batak di Dumai. Sang paman yang dianggap sebagai ayah angkat ini menjabat sebagai Sintua di gereja ini.

Meski dibesarkan di lingkungan fanatik Protestan, tapi di sekolah Indah banyak bergaul dengan teman-teman Muslim. Dari sinilah perjuangan ‘mencari Tuhan’ bermula. Perjalanan mengenal Islam mulai tumbuh sejak kelas 3 SD. Secara sembunyi-sembunyi, ia sering ikut teman-temannya belajar di Madrasah. Namun ia harus berhenti ke madrasah setelah ketahuan dan mendapat marah besar dari sang paman.

“Saya menyukai Islam sejak kelas 3 SD. Sejak tiga tahun itu saya juga suka mengikuti teman-teman saya ke Madrasah, tapi secara diam-diam. Walaupun seiring waktu akhirnya ketahuan juga sama paman,” ujarnya. Seperti dilansir infaqdakwahcenter.

Menginjak remaja, di bangku SMP ia nekad bergaul dengan teman-temannya yang Muslim. Ia ingin belajar banyak tentang Islam kepada teman-teman Muslimnya. Namun ia kembali ketahuan keluarga sehingga mendapat sanksi dipindahkan sekolah.

“Di SMP saya punya teman akrab tiga orang Muslim. Kepada merekalah saya suka bertanya-tanya soal Islam. Paman saya sempat mengetahui hal itu, sehingga saya dipindahkan ke Dumai selama setahun,” tuturnya.

Setelah diungsikan setahun, ia dipulangkan kembali ke sekolah yang lama di Bengkalis, tapi diwajibkan mengikuti kelas Marguru Malua, yaitu program katekisasi gereja Batak untuk pendalaman doktrin Kristen. Beberapa doktrin Lutheran yang wajib dihafal dalam Kathekismus gereja tersebut antara lain: Patik ni Debata (Sepuluh Firman), Hata Haporseaon (Pengakuan Iman Rasuli), Tangiang Ale Amanami (Doa Bapa Kami), Pandidion Na Badia (Baptisan Kudus), Hasesaan Ni Dosa (Pengakuan Dosa) dan Ulaon Na Badia (Perjamuan Kudus).

Anehnya, semakin dipaksa untuk mengikuti kegiatan gereja secara rutin, ia justru semakin tidak nyaman hidup dalam iman kristiani. Semakin memperdalam Alkitab (Bibel), justru semakin banyak pertanyaan yang mengusik benaknya. Ia semakin merasakan keganjilan dengan imannya.

“Semakin memperdalam Alkitab justru semakin membuat saya ragu selama tiga tahun saya belajar Alkitab,” paparnya.

Persoalan pelik yang sulit dipecahkannya dalam studi di gereja adalah doktrin Ketuhanan Yesus. Menurutnya, semasa hidupnya Yesus belum pernah mengajarkan dirinya sebagai Tuhan yang wajib disembah dan diibadahi. Tak satu pun ayat Alkitab yang mencatat Yesus bersabda: “Wahai manusia, aku adalah Allah Tuhan pencipta alam semesta. Karena itu beribadahlah kepadaku dan sembahlah aku.”

“Orang-orang Kristen itu fokus tentang masalah ketuhanan itu di Perjanjian Baru, di saat kemunculan Yesus yang dikatakan sebagai Tuhan. Kalau memang sejak awal Yesus itu Tuhan kenapa tidak diceritakan sejak Perjanjian Lama? Di sisi lain sebenarnya dalam Perjanjian Baru pun Yesus tidak pernah mengatakan dirinya sebagai Tuhan,” bebernya.

Semasa hidupnya Yesus belum pernah mengajarkan dirinya sebagai Tuhan yang wajib disembah dan diibadahi.

Justru Yesus mengajarkan bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan yang benar, dan Yesus bukanlah Tuhan melainkan utusan Allah (Yohanes 17:3). Ia berdakwah mengajak para pengikutnya untuk bersama-sama menyembah Allah, Tuhan Yang EsA:

“Jawab Yesus: “Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu Esa” (Markus 12:29).

Seluruh ajaran dan teladan Yesus dalam Alkitab adalah bertuhan kepada Allah. Dalam Injil Matius 11:25 Yesus bersyukur kepada Allah. Yesus juga berdoa kepada Allah (Lukas 6:12) dan minta keselamatan kepada Allah (Yohanes 12:27). Ajaran Yesus ini sejalan dengan ajaran Perjanjian Lama, bahwa Tuhan dan Juru Selamat itu hanyalah Allah, tidak ada yang lain:

“Demikianlah firman Tuhan… Sebelum Aku tidak ada Allah dibentuk, dan sesudah Aku tidak akan ada lagi. Aku, Akulah Tuhan dan tidak ada juru selamat selain daripada-Ku” (Yesaya 43:10-11).

Sebagai remaja yang cerdas, dengan berani ia bertanya kritis tentang doktrin Ketuhanan Yesus kepada pendeta pembimbing katekisasi di Gereja. Salah satu pertanyaan yang membuatnya dihukum adalah persoalan ketuhanan Yesus dalam Injil Matius 27:46: “Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: “Eli, Eli, lama sabakhtani?” Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”

Menurut ayat ini, ketika akan menghembuskan nafas terakhirnya di tiang salib, Yesus berteriak-teriak memanggil Allah. Logikanya tidak bisa menerima doktrin ketuhanan Yesus berdasarkan ayat ini. Karena jika Yesus itu tuhan, lantas mengapa ia memanggil tuhan? Berarti Yesus bukan tuhan karena bertuhan kepada Allah.

“Sampai saat ujian pun saya pertanyakan kepada pak pendeta, termasuk ada yang ditangkan dari Jakarta. Dalam empat Injil, baik Matius, Markus, Lukas, maupun Yohanes saya baca bolak-balik tidak ada pengakuan dari Yesus bahwa dirinya adalah Tuhan. Saya tanyakan, kalau memang Yesus itu Tuhan, kenapa ketika disalib Yesus justru meminta tolong kepada Tuhan, “Eli, Eli, lama sabakhtani? Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” paparnya.

Buntut dari pertanyaan kritis itu, Indah menerima hukuman fisik dipukul dan dikurung, karena dianggap sudah melebihi batas iman. “Pak pendeta itu mengadu kepada paman saya dan saya dipukulnya, sempat dikurung,” ungkapnya.

KABUR DARI RUMAH DEMI MEMELUK ISLAM

Di bangku SMA ia banyak berinteraksi, bertanya dan belajar kepada guru-guru yang beragama Islam. Keyakinannya kepada kebenaran Islam pun terus bertumbuh. Menginjak kelas 2 SMA, ia mengikrarkan dua kalimat syahadat.

“Kepada ibu guru di SMA saya banyak tanya tentang Islam, apa itu Islam, mengapa kita harus menutup aurat dan lain-lain. Lalu ketika saya duduk di kelas 2 SMA, barulah saya berani meyakinkan diri bahwa Islam itu adalah agama yang benar,” ucapnya.

Ia sudah membayangkan bahwa pilihan hijrah memeluk agama Islam akan menyulitkan posisinya untuk bersatu dengan keluarga besarnya yang Kristen fanatik. Terbayang di matanya betapa besar resiko dan tekanan keluarga yang akan dihadapinya.

Dengan dorongan iman yang meluap-luap tak tertahankan, tak pikir panjang lagi ia nekat melarikan diri dari rumah demi mempertahankan Islam. Namun rencananya terendus keluarga. Usahanya gagal setelah travel yang dinaikinya dicegat di tengah jalan oleh pihak keluarga.

“Paman saya bersama beberapa orang mencari saya. Ketika saya sudah naik travel menuju Dumai dicegat di tengah jalan. Saya pun dipaksa keluar dan dipulangkan kembali ke rumah,” tuturnya.

Berita kabur dari rumah yang gagal tersebut tersebar juga ke sekolah dan membuat heboh. Akhirnya ia dipanggil guru agama Islam yang juga menjabat sebagai guru BP guna memberikan nasihat tentang resiko dan konsekuensi masuk Islam.

Momen bahagia dan bersejarah dalam hidupnya pun terjadi, ia lahir baru menjadi Muslimah. Tak disangka, berawal dari kebahagiaan sebagai muallaf itulah ujian Allah datang bertubi-tubi

MENJADI MUALLAF, UJIAN DATANG SILIH BERGANTI

Ia semakin menyadari resiko pilihan hidupnya. Namun tekadnya sudah bulat, tantangan di depan mata tidak menggoyahan keyakinannya untuk memeluk Islam.

Ia terus mencari cara untuk lari dari rumah, supaya kegagalan lari dari rumah sebelumnya tidak terulang lagi. Ia minta tolong kepada teman-temannya untuk membawa tas kosong supaya saya bisa menitipkan surat-surat penting, ijazah, akte kelahiran dan lain-lain. Setelah baju-baju dan surat-surat itu dikumpulkan ia pun keluar dari rumah itu. Malam itu saya menginap di rumah ibu guru Bahasa Inggrisnya. Pagi harinya diantarkan ke sebuah masjid untuk prosesi pengislaman.

Momen bersejarah dalam hidupnya pun terjadi tanggal 31 Mei 2005. Bakda zuhur ia lahir baru menjadi Muslimah dengan mengikrarkan dua kalimat syahadat di Masjid Al-Mukaromah, dengan diberi nama hijrah Nurul Hidayati.

Usai prosesi, ia pulang ke rumah ibu guru Bahasa Inggrisnya yang kini dianggap sebagai ayah angkat barunya.

Tak disangka, berawal dari kebahagiaan sebagai muallaf itulah ujian Allah datang bertubi-tubi. Prosesi pensyahadatan itu ternyata diumumkan secara terbuka di masjid dan beritanya tersebar dari mulut ke mulut, sehingga informasinya sampai kepada keluarga. Nurul pun diseret paksa untuk dipulangkan ke rumah keluarga besarnya di Siantar, Sumatera Utara. Nurul pun dibaptis ulang di gereja setempat.

“Ayah angkat saya bersama pihak gereja menggeruduk rumah ibu guru Bahasa Inggris saya. Lalu saya diseret paksa dari kamar. Saya pun dipulangkan ke Siantar. Ibu, nenek dan keluarga saya pun kaget dengan keislaman saya. Di sana keluarga besar Hutabarat dan Marpaung memperisiapkan upacara untuk membaptis saya,” paparnya.

Peristiwa ini sangat tidak diinginkan Nurul, karena pantang kembali murtad setelah masuk Islam. Ia tidak mau berbelot murtad seperti ibarat kitab suci, “Seperti anjing kembali lagi ke muntahnya, dan babi yang mandi kembali lagi ke kubangannya.”

Alhamdulillah, pertolongan Allah datang melalui nenek yang sangat menyayangi cucunya. Hatinya luluh mendengar kisah perjuangan cucunya, meski sudah berbeda iman.

“Saya berupaya membujuk opung sampai akhirnya beliau mau mengantarkan saya pergi naik bis dan memberikan ongkos. Saya pun kembali ke Riau, pihak Muslim di sana meminta perlindungan dari aparat. Alhamdulillah selama setahun tidak terjadi apa-apa,” ungkapnya.

Usai berikrar masuk Islam, ia dipaksa pulang ke rumah keluarga besarnya di Siantar Sumatera Utara, untuk dibaptis ulang.

DICULIK DAN DILUCUTI JILBABNYA

Tahun berikutnya, pada akhir tahun 2006 ujian kembali datang menerpa. Dengan biadab, segerombolan orang mengendarai motor menculiknya usai pulang dari sebuah les. Ia disekap beberapa hari, jilbabnya pun dilucuti. Pihak keluarga besarnya yang Kristen diduga terlibat dalam upaya penculikan ini.

“Waktu itu saya tinggal di rumah guru SMA yang menjadi ayah angkat saya. Habis magrib saya pulang dari les berjalan kaki. Ada satu kendaraan motor dengan dua orang ngikutin saya dari belakang. Tiba-tiba mereka langsung menyergap saya, saya pingsan tak sadarkan diri. Waktu sadar itu sudah berada di satu ruangan sebuah gubuk, kondisinya sudah malam, jilbab saya sudah dilepas,” tuturnya.

Dalam keadaan setengah sadar Nurul akan dibawa pergi menggunakan motor. Beruntung, ia bisa kabur dengan cara melawan para penculik itu dengan menghajar kepala sang pengendara motor dengan menggunakan botol minuman yang berada di kantong sakunya.

“Saya melihat di kantong salah seorang yang bawa motor di depan saya itu ada botol minuman keras. Saya ambil lalu saya pukul kepala orang itu, kita semua jatuh dari motor. Saya langsung kabur sampai menemukan rumah penduduk dan minta tolong, sampai di rumah itu saya tidak sadar lagi. Ketika tersadar ternyata saya sudah ada di rumah sakit,” ungkapnya.

Paska penculikan pertama, hidup Nurul berjalan normal, namun geraknya dibatasi oleh orang tua angkatnya yang muslim agar keselamatannya terjaga. Ia pun bisa lulus SMA dengan baik, meski dalam situasi yang mencekam.

Setamat SMA, Nurul mendapat bantuan pendidikan dari takmir yang dulu mengislamkannya. Ia mengikuti UMPTN dan diterima di Universitas Negeri Padang (UNP).

DINODAI KARENA TAK MAU KEMBALI KRISTEN

Petaka kembali datang, saat Nurul menyiapkan berkas-berkas untuk kuliah di Padang, tiba-tiba ia menerima SMS ancaman. “Sampai di manapun kamu pergi, kami akan tetap mencari. Saya akan robek-robek kamu dan apa yang ada dalam diri kamu.”

Setelah menunjukkan SMS kepada orang tua angkat muslimnya, ia mengabaikan sms itu. Ia pun berangkat Padang menggunakan bis umum. Saat menunggu bis, dua pria yang menghampirinya, mengaku mahasiswa di UNP. Tanpa curiga, ia pun bertukar nomor telepon.

Di lain waktu, saat pulang dari warnet, ia bertemu lagi dengan dua orang mengaku mahasiswa yang berkenalan di terminal bus. Tak dinyana, saat itu pula penculikan untuk yang kedua kalinya dengan perlakuan lebih sadis dan biadab.

“Waktu ngantar berkas-berkas ke kampus, saya mampir ke warnet agak lama, saya melihat dua orang pemuda yang ketemu di terminal bis itu dari jauh. Dia sempat panggil saya tetapi saya tidak pedulikan,” ujarnya.

Kondisi di komplek tempat tinggalnya memang agak sepi kalau habis maghrib. Nurul pulang jalan kaki, tapi terus diikuti kedua pemuda itu. Karena ketakutan, ia pun berlari tapi dikejar oleh kedua pemuda itu dan tertangkap dan dipukul hingga pingsan.

“Tiba-tiba seperti ada pukulan keras di pundak, saya langsung tidak sadar. Ketika sadar saya sudah berada di dalam mobil, saya lihat ada empat orang berperawakan besar dan dua orang pemuda tadi. Saya sempat ambil HP tetapi ketahuan, mereka pukul saya berkali-kali sampai saya tidak sadarkan diri,” ungkapnya.

Ternyata motif para penculik itu memaksanya dengan berbagai cara keji agar kembali kepada agamanya yang lama. Hal ini baru diketahui ketika ia siuman dari pingsan. Ia baru sadar sekarang dirinya berada di dalam sebuah kamar penginapan dengan kondisi tubuh terikat.

“Saya kemudian baru sadar ketika sudah berada di dalam sebuah kamar, ruangannya cukup bagus seperti motel karena ada dua kasur dan ber-AC. Saya diikat, ada empat orang laki-laki berperawakan cukup besar. Dari cara bicaranya saya kira dia orang Batak semua. Saya disekap selama tiga hari, mereka intinya menginginkan saya pulang dan kembali ke agama Kristen. Saya sempat mendengar mereka telepon dengan bahasa Batak. Dia bilang di telepon, “Anaknya sudah ada di sini, paksa untuk masuk Kristen lagi, kalau tidak mau bunuh saja,” paparnya.

Tak cukup sampai di situ, perlakuan keji dan tak berperikemanusiaan dialami gadis remaja yang baru setahun menjadi muallaf itu. Karena berusaha mempertahankan iman dan islamnya, ia dipukuli, dipaksa memakan babi dan dicekoki minuman keras.

“Saya disekap dan dipukuli. Dalam kondisi mabuk mereka menyodorkan daging babi ke mulut saya dan memaksa saya memakannya, tapi saya tetap bertahan. Begitu juga air anggur dipaksa dimasukkan ke mulut saya. Dengan kondisi tangan terikat, saya tendang salah satu dari mereka sampai jatuh, mereka membalas dengan memukul dada saya, sampai akhirnya saya muntah-muntah. Alhamdulillah keluar semua makanan haram tadi saya muntahkan,” paparnya.

Biadabnya, gadis muallaf ini dinodai secara bergiliran oleh keempat penculik berhati iblis tersebut hingga pingsan. Innalillahi wa inna ilaihi raji’un..!!

“Waktu mereka mabuk, mereka menggilir saya…” ujarnya terbata-bata sambil menangis.

“Saya tidak bisa berbuat apa-apa. Hanya pasrah kepada Allah. Terserah mereka lakukan apapun pada saya, saya yakin waktu itu bahwa Allah tetap ada untuk saya. Karena saya pikir saya sudah tanamkan dalam diri saya, agama Islam agama yang benar,” kisahnya sambil menahan tangis.

Alhamdulillah, ia ditakdirkan Allah untuk tetap hidup. Ia baru sadar keesokan harinya, ternyata ia berada di sebuah gubuk, di belakang Universitas Jambi.

DEPRESI BERAT

Paska penculikan keji itu, Nurul kembali ke orang tua angkatnya di Bengkalis. Ia mengalami depresi berat, selalu mengurung diri di kamar, makan harus disuapi, mandi pun harus dimandikan, benar-benar seperti mayat hidup. Bahkan ia sempat dibawa ke psikiater karena dianggap terkena gangguan jiwa.

Salah satu guru SMA menasihatinya, bahwa apa yang Allah ujikan itu untuk membuat imannya semakin kuat. Kesucian itu letaknya bukan di situ, tapi di mata Allah. Insya Allah, di mata Allah saya tetap sebagai gadis suci, di mata Allah saya itu suci. Teman-teman Muslim di sekitarnya begitu peduli dan senantiasa memotivasi untuk bangkit dan menjalani hidup.

“Mereka terus menyemangati saya, dari situlah saya mulai bangkit,” ujarnya.





TERTATIH-TATIH MEMBIAYAI KULIAH HUTANG PUN MEMBELIT

Setelah kondisinya mulai membaik, orang tua angkatnya bersama tokoh Muslim sekitar yang peduli menghijrahkan Nurul ke pulau Jawa. Selain untuk melanjutkan kuliah, tujuan lainnya adalah menghindari hal-hal buruk.

Ia pun hijrah ke Jawa untuk menimba ilmu di pondok pesantren khusus akhwat (muslimah). Sambil belajar agama, ia kuliah D-1 di Pendidikan Guru Taman Kanak-Kanak (PGTK), sambil mengajar di TK.

Setahun kemudian ia melanjutkan kuliah ke fakultas Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di kota yang sama.

Masa kuliah itupun tidak berjalan mulus karena kendala finansial. Dengan kondisi kekurangan, ia harus tertatih-tatih menjalani kuliah. Orang tua angkatnya mensupport bantuan pendidikan setiap bulan Rp 300 ribu, padahal biaya kontrakan saja 400 ribu. Untuk menutupi kekurangan, ia mulai berusaha mandiri mencari nafkah dengan berdagang, jualan makanan dan mengajar TK. Dari mengajar TK ia dapat tambahan pemasukan Rp 250 ribu untuk menutupi biaya harian.

Tapi untuk biaya kuliah, ia masih bergantung kepada bantuan orang tua angkatnya. Karena orang tua angkatnya tidak bisa menanggung penuh biaya kuliah, maka Nurul sempat memutuskan berhenti kuliah, karena biayanya terlalu besar. Tapi teman-temannya terus memotivasi agar ia terus berjuang menyelesaikan kuliah. Maka ia bertekad menyelesaikan kuliah.

Untuk menutupi biaya kuliah, ia terpaksa berhutang ke sana kemari. Puncaknya itu ketika menyusun skripsi, PPL, KKN yang butuh biaya besar. Hutang kuliahnya pun menggunung hingga Rp 31 juta.

Untuk menutupi biaya kuliah yang makin menggunung, ia terpaksa meminta-minta dan berhutang kepada teman-teman maupun ibu-ibu pengajian yang dikenalnya di majelis taklim.

“Saya kuliah di fakultas dengan yang ditentukan oleh orang tua angkat saya. Waktu kuliah itu biayanya besar, saya kirimkan laporan ke orang tua angkat saya misalnya waktu itu ada biaya kuliah sebesar 5 juta, tetapi yang dikirim hanya 1,5 juta. Akhirnya saya kadang minta ke ibu-ibu yang pernah saya ketemu di pengajian untuk menutupi biaya kuliah. Saya pinjam ke teman-teman untuk menutupi biaya kuliah dan tugas-tugas. Puncaknya itu ketika saya nyusun skripsi, PPL, KKN yang butuh biaya besar. Sampai hutang kuliah itu mencapai sekitar 31 juta ke beberapa orang,” terangnya.

MUSIBAH DATANG LAGI BEBAN MAKIN BERAT

Di tengah usahanya untuk tetap kuliah yang tertatih itu, musibah pun datang lagi. Tengah malam Nurul jatuh di kamar mandi hingga tak sadarkan diri. Kepalanya terbentur ke lantai. Teman satu kontrakannya segera melarikan ke Rumah Sakit Islam, lalu dirujuk ke rumah sakit yang lebih lengkap hari itu juga.

“Dari hasil CT-Scan ternyata ada penyempitan dan pembengkakan di otak kecil di belakang kepala,” ujarnya.

Akhirnya ia berobat lagi Rumah Sakit yang memiliki dokter spesialis bedah saraf. Dokter pun menyarankan untuk dirawat inap. Dengan uang seadanya melalui bantuan salah seorang teman, ia dirawat di rumah sakit.

Walhasil, total biaya pengobatan dan perawatan itu sekitar 7 Juta lebih, belum termasuk beli obat. Setelah diopname ia masih harus rawat jalan selama beberapa bulan.

Untuk menutupi biaya ini dia dibantu teman satu kontrakannya, kembali melakukan jurus “berhutang” kepada teman dan kenalan yang ada. Padahal hutang yang lama untuk biaya kuliah belum terbayar.

“Hutang pun bertambah menjadi sekitar 37 jutaan,” tuturnya sembari menyerahkan bukti-bukti kwitansi biaya berobat.

Usai kuliah, ia bekerja menjadi asisten pribadi salah seorang wanita pemilik tiga perusahaan. Demi menyelamatkan akidah, ia minta berhenti karena bosnya adalah aktivis Syi’ah.

BERLEPAS DIRI DARI BOS SYI’AH

Singkat cerita, Nurul Hidayati bisa lulus kuliah dengan peringkat sangat memuaskan, Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,49.

Usai kuliah, ia sempat bekerja menjadi asisten pribadi salah seorang wanita karier yang memiliki tiga perusahaan. Dari gajinya, ia bisa untuk mencicil hutang, hingga sisa hutangnya mencapai 30 jutaan. Namun tak lama ia memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya karena bosnya adalah seorang Syi’ah yang aktif. Ia tidak mau akidahnya diintervensi oleh orang-orang Syi’ah.

“Saya sempat bekerja juga di Cibubur kepada seorang ibu pimpinan tiga perusahaan, saya jadi asisten pribadi beliau. Gajinya lumayan, bisa mencicil hutang saya. Tapi belakangan ternyata ibu itu seorang Syiah, tiap shalat dia bawa batu untuk sujud. Akhirnya saya memutuskan keluar,” ungkapnya.

Tanpa penghasilan tetap, ia terus mencari para donatur yang bersedia membantu melunasi hutang-hutangnya. Memang ada beberapa kalangan yang mau membantunya, tapi dengan berbagai syarat yang sulit ia penuhi.

Bersama salah seorang temannya, Nurul kini mencoba bertahan hidup dengan menjual pakaian, makanan, madu, herbal dan sebagainya. Ia berjualan di kalangan pengajian dan arisan ibu-ibu. Namun hasilnya tak seberapa, sekedar bisa untuk memenuhi kebutuhan menyambung hidup pas-pasan.

“Sekarang kondisi saya apa adanya, hanya bisa dagang semampunya untuk menyambung hidup. Sementara hutang saya masih cukup besar, sekitar 30 juta, dari mulai untuk menutupi biaya kuliah sampai berobat,” ujarnya.

Nurul ingin hidup normal seperti muslimah lainnya. Ia tidak mau sedih di malam hari dan terhina di siang hari karena terjerat hutang.

Nurul sudah sangat malu dan bosan hidup meminta-minta dan terhina dikejar-kejar hutang. Obsesinya saat ini hanya satu, bantuan untuk melunasi hutangnya agar bisa hidup normal, berkarya, berdakwah dan merajut masa depan sesuai dengan disiplin ilmu dan keahlian yang dimilikinya.

Obsesinya saat ini hanya satu, melunasi semua hutang agar bisa hidup normal, berkarya, berdakwah dan merajut masa depan sesuai dengan disiplin ilmu dan keahlian yang dimilikinya.

http://muslimdaily.net/artikel/nurul-hidayati-muallaf-yang-silih-berganti-menuai-banyak-ujian-hidup-ayo-bantu.html


Setelah Memeluk Islam, Salahuddin Menjadi Penulis Buku Islam

Bulan Juli tahun 2012 adalah pertama kalinya Michael tersentuh oleh dakwah. Kala itu ia bertemu dengan seorang Afro-Amerika dan ingin menunjukkan kepadanya bahwa dia telah salah memilih Islam.

Michael berbicara dengannya tentang Yesus dan ternyata dia adalah seorang Kristian sebelum memeluk Islam, dan tidak ta
hu betul tentang Injil.

Muslim Afro-Amerika tersebut melontarkan banyak pertanyaan padanya tentang gereja, Yesus, Maria, dan sejarah. Beberapa pertanyaan tidak pernah terbesit dalam pikirannya dan dia merasa kagum.

Dia selalu menanyakan kepada nya apakah Yesus menyatakan dirinya sebagai Tuhan? Michael pun tidak bisa menjawabnya karena memang Yesus tidak menyatakan dirinya sebagai Tuhan, ia tidak pernah terpikirkan hal seperti itu.

Michael pulang ke rumah dengan masih memikirkan apa yang sudah dibicarakannya dengan Muslim Afro-Amerika. Dia merenungkannya sepanjang malam.

“Aku mulai membaca Al Qur’an dan setidaknya aku harus membaca dua kali setiap satu baris. Aku membaca Sirah Nabawiyah, dan hadis yang benar-benar aku cintai. Aku mulai menelusuri bagaimana cara Muslim beribadah,” jelasnya ketika mulai tersentuh ajaran Islam.

4 bulan berlalu akhirnya ia menyimpulkan bahwa Yesus bukanlah Tuhan, Anak Tuhan , ataupun Trinitas. Dia juga menyimpulkan bahwa ‘dosa bawaan’ tidaklah keluar dari mulut Yesus.

“Aku menyadari bahwa Yesus yang aku yakini adalah berasal dari gereja Katolik, bukan berasal dari Injil. Aku merasa begitu kacau sekarang dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Aku merasakan sakit di kepala dan badanku karena bingung dan tak tentu arah. Aku tidak lag meyakini apa yang sebelumnya kuyakini tetapi aku tidak tahu yang mana yang benar. Ketika aku menjadi seorang Muslim, hal yang ku sesalkan bukanlah karena tidak lagi meyakini bahwa Yesus adalah Tuhan, tapi karena waktu 8.5 tahun yang kuhabiskan untuk hidup di dalam Kristianitas,” sesalnya ketika sudah memeluk Islam.

Michael cukup terkenal di Amerika dan Eropa. Banyak orang yang mengagumi dan menyukainya. Tapi, ia menyadari bahwa Kristianitas bukanlah kebenaran. Pertama kalinya ketika bulan November ia mengunjungi masjid di Philadelphia dekat rumah ibunya, dan mengutarakan ke imam masjid bahwa ia ingin menjadi seorang Muslim.

Imam masjid menanyai tentang pengetahuan Islam dan dia hanya menjelaskan sedikit pengetahuannya. Imam masjid memberinya pengetahuan tentang Islam selama 2 jam.

Saat itu pukul 12 malam Michael menjadi seorang Muslim dan mengucapkan dua Kalimat Syahadat, tidak ada tuhan kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya, dan mengganti namanya menjadi Shalahuddin.

“Sekarang aku adalah seorang Muslim dan aku merasa seperti seorang bayi yang baru lahir, dan aku harus mempelajari segala hal lagi,” ungkapnya ketika menjadi seorang Muslim. [baca: Dulu, Ganja dan Kriminalitas, Sekarang Pendakwah Ulung]

Imam masjid mengajarinya cara berwudu dan sholat. Muslim lain yang berada di masjid sangat menolong dan senang terhadapku sebagai bagian dari masjid.

Salahuddin mempunyai kecenderungan untuk menjadi relijius. Dia mulia pergi ke masjid untuk mendirikan sholat wajib dan mulia membaca Al Qur’an, hadits, dan tafsir.

“Ketika aku menjadi seorang Muslim, aku meminta pertolongan kepada Allah agar aku dapat mempelajari Islam lebih dalam dibanding ketika aku dulu mempelajari Kristianitas. Dan akhirnya Dia mengabulkan doaku. Aku mulai mempelajari bahasa Arab dengan Muslim lain selama 5 hari dalam seminggu. Hal yang sangat membantu dalam perjalananku dalam mendalami Islam adalah imam masjid. Aku belajar bersamanya 6 hari dalam seminggu dan kami berbicara tentang Islam selama satu sampai tiga jam. Aku benar-benar tidak bisa mengutarakan tentang pengorbanan imam masjid untuk mendidikku selama berbulan-bulan. Imam mengajakku untuk terlibat dalam dakwah. Lalu dia mengajakku ke gereja-geraja dan pertemuan dakwah untuk menceritakan kisahku,” tukasnya dikutip TDS.

Salahuddin mulai mengunjungi gereja-geraja, teman-temannya, dan sanak keluarganya untuk menceritakan tentang Islam.

Hari itu tidak ada satu hari pun di mana ia tidak menemukan setidaknya satu orang pun yang menceritakan tentang Islam. Imam masjid menyarankan Salahuddin untuk menulis buku. Salahuddin memulai sebuah ikhtisar dalam buku pertamanya yang berjudul “YESUS di dalam Injil dan Al-Quran”.

Setelah menyelesaikan buku pertamanya, ia melanjutkan menulis buku keduanya yang berjudul “Muhammad dalam Injil”. Dan Salahuddin sekarang sedang menyelesaikan buku ketiganya yang berjudul “Apakah Yesus Berkata Bahwa Aku adalah Tuhan?”

Imam masjid seperti sebuah aset baginya. Dia belajar di Yaman beberapa tahun dan pindah studi ke Al Azhar Kairo Mesir. Dia sedang menyelesaikan pendidikan doktoralnya di Kairo. Salahuddin pun sudah mendaftarkan diri dan berharap diterima di Universitas Madinah. Jika tidak diterima, Salahuddin akan mencobanya di universitas lain, insya Allah. Salahuddin menikah dengan seorang gadis Palestina dan dianugerahi seorang anak laki-laki, kini berusia 7 bulan dan bernama Muhammad.

Hidup Salahuddin berubah secara drastis selama 2 tahun terkahir. Keluarganya tidak menyukainya karena ia menjadi seorang Muslim, tapi Allah memberikannya teman-teman terbaik ketika menjadi seorang Muslim.

“Islam sudah merubah hidupku menjadi seseorang yang ku inginkan. Allah memberikanku waktu untuk mempelajari Kristianitas selama 8.5 tahun dan menggunakannya untuk membawa non-muslim menjadi Muslim,” jelasnya dengan bahagia.*

http://www.hidayatullah.com/feature/cermin/read/2014/10/10/31066/setelah-memeluk-islam-salahuddin-menjadi-penulis-buku-islam.html#.VDeora5v5c0