Tidak perlu minder, galau ataupun malu
jika menjadi orang yang miskin secara harta. Karena kemuliaan seorang
manusia tidak hanya terletak pada seberapa besar jumlah kekayaannya.
Miskin hanya salah satu episode ujian dalam hidup, yang dengannya itu,
seorang manusia harus bersabar dan berusaha sungguh-sungguh agar tidak
menggadaikan imannya karena kemiskinannya.
Ada yang mengatakan, terlahir miskin
bukan kesalahan. Tapi jika mati dalam keadaan miskin, itulah kesalahan
yang sebenarnya. Barangkali kalimat ini tidak harus ditelan
mentah-mentah. Karena yang terpenting adalah usaha dengan
sunggh-sungguh. Terkait hasil, itu adalah urusan prerogatif Allah
Ta’ala.
Tengoklah sejarah. Ada sahabat yang
awalnya kaya raya, setelah masuk Islam memfokuskan diri dengan dakwah
hingga wafat di medan perjuangan dengan tidak menyisakan apa pun sebagai
warisan berbentuk harta. Bahkan, kain kafan untuk beliau saja tidak
cukup. Tapi, sahabat tersebut dijamin surga oleh Rasulullah Saw. Beliau
wafat dalam keadaan miskin, tapi berhasil masuk surga. Apakah ini sebuah
kesalahan?
Suatu hari Rasulullah Saw pernah berkata
kepada Umar bin Khaththab dan ‘Ali bin Abi Thalib. Beliau menyebutkan
akan ada seorang shaleh dari Yaman yang doanya didengar dan dikabulkan
oleh Allah Ta’ala. Nabi bersabda, “Jika berjumpa dengannya, minta
tolonglah agar dia berdoa untuk kalian.”
Rupanya, lelaki shaleh asal Yaman yang
dimaksud oleh Rasulullah Saw adalah sosok miskin. Bahkan beliau berjalan
dengan menyertakan ibunya dari Yaman ke Makkah. Sesampainya di Makkah,
beliau melakukan Thawaf di sekitar Ka’bah dengan menggendong ibunya.
Meskipun miskin, lelaki shaleh ini sangat berbakti kepada ibunya. Beliau
adalah Uwais al-Qarni yang namanya senantiasa harum dalam sejarah
kegemilangan Islam dan kaum muslimin.
Demikianlah sejarah mengajarkan kepada
kita. Kemiskinan harta hendaknya tidak menjadikan seseorang minder.
Sebab orang miskin yang sabar akan senantiasa dirahmati Allah Ta’ala dan
senantiasa berada dalam keberkahan-Nya.
Tentu saja, kemiskinan tidak menjadi
sebuah pembenaran. Seorang muslim harus berupaya sekuat mungkin agar
bisa mencukupi kebutuhan hidup keluarganya. Karena sejatinya, kemiskinan
bukan terletak pada harta. Justru ketika seseorang merasa haus harta,
meski uangnya berlimpah, justru ialah yang mengidap penyakit miskin.
Dan, mereka yang hidup pas-pasan, namun merasa cukup dengan karunia
Allah Ta’ala, merekalah sejatinya sosok yang kaya. [Pirman]
http://kisahikmah.com/lelaki-miskin-dari-yaman-yang-doanya-tidak-tertolak/