Sabtu, 30 Agustus 2014

Penyanyi Terkenal Rwanda: Sudah Lama Saya Belajar Islam dan Sekarang Saya Muslim


Lebih dari empat tahun lalu, Josiane Uwineza membuat keputusan yang mengubah hidupnya: ia masuk Islam.


Penyanyi, yang dikenal dengan nama panggung Miss Jojo tersebut menegaskan keputusan dirinya untuk masuk Islam tidak dilakukan dengan tergesa-gesa, dia telah mempelajari agama Islam untuk waktu yang lama dan sebagai seorang wanita, ia percaya Islam menawarkan nilai-nilai terkuat dalam iman.

Tapi begitu dia masuk Islam, segala sesuatu di sekelilingnya berubah. Sebagian besar penggemar menerima berita ini banyak yang skeptisis, menuduh dia masuk Islam untuk menyenangkan manajernya yang juga kekasihnya.

Namun penyanyi, yang mengubah namanya dari Josiane menjadi Iman, menegaskan bahwa memilih Islam adalah hal terbaik yang pernah dilakukannya.

“Saya tidak menyesal dalam hal ini,”ujarnya. “Meskipun semua pandangan negatif terhadap saya telah dihadapi sejak saya memeluk Islam, seluruh hidup saya telah berubah menjadi lebih baik. Saya telah berurusan dengan setiap situasi stres dengan tenang dan damai. Saya telah menemukan kekuatan batin baru dari agama saya,” kata Miss Jojo, 28 tahun.

Bintang “Siwezi enda” itu mengatakan keputusannya untuk masuk Islam atas keinginannya sendiri dan pacarnya hanya memainkan peran pendukung.

“Jujur, pacar saya tidak pernah meminta saya untuk masuk Islam tetapi orang-orang akan selalu mengatakan apa yang ingin mereka katakan,” kata Miss Jojo.

Lahir di Bugesera, provinsi timur Rwanda, Miss Jojo memegang gelar Bachelor of Arts dalam bahasa Inggris dari Universitas Nasional Rwanda.

Dia adalah artis R & B terkenal dan telah memenangkan penghargaan musik bergengsi lokal dan regional termasuk tahun 2007 National University of Rwanda Rector Excellence Award 2007, Best Female Artist dan PAM Awards 2008, Best Rwandan Female Artiste.
Selain karir musiknya, penyanyi Afrika ini terlibat dalam kegiatan kemanusiaan.

“Saat ini saya bekerja pada sebuah proyek untuk meningkatkan kesadaran HIV/AIDS dan penyalahgunaan narkoba di kalangan anak-anak muda, serta mendorong masyarakat untuk berpartisipasi dalam program-program pembangunan nasional,” kata Miss Jojo.(fq/allafrica)

http://www.eramuslim.com/dakwah-mancanegara/penyanyi-terkenal-rwanda-sudah-lama-saya-belajar-islam-dan-sekarang-saya-muslim.htm

Jumat, 29 Agustus 2014

Amalia : Agama Yahudi Bukan Agama Kebenaran



                            
Meski sudah 20 tahun berselang, Amalia Rehman, tidak bisa melupakan peristiwa bersejarah yang telah mengubah jalan hidupnya. Peristiwa ketika ia memutuskan mengucap dua kalimat syahadat dan menjadi seorang Muslim.

Amalia lahir dari keluarga Yahudi, ibunya seorang Yahudi Amerika dan ayahnya seorang Yahudi Israel. Ayah Amalia, Abraham Zadok bekerja sebagai tentara pada masa-masa pembentukan negara Israel tahun 1948. Kedua orang tuanya termasuk Yahudi yang taat, tapi menerapkan sistem pendidikan yang lebih moderat pada Amalia dan kedua saudara lelakinya. Amalia dan keluarganya pergi ke sinagog hanya jika ada perayaan besar agama Yahudi.

 

Sejak kecil Amalia dikenal sebagai anak yang cerdas dan ambisius. Pada usia 13 tahun, Amalia mulai merasa ingin menjadi orang yang lebih relijius. Karena ia menganut agama Yahudi, maka Amalia berniat memperdalam ajaran agama Yahudi. Tapi, setelah mempelajari Yudaisme, Amalia merasa belum menemukan apa yang dicarinya. Ia lalu ikut kursus bahasa Ibrani, itupun tak membantunya untuk menemukan hubungan relijiusitas agama yang dianutnya.

Kemudian, sambil kuliah di bidang psikologi di Universitas Chicago, Amalia mengambil kursus Talmud. Amalia menyebut masa itu sebagai masa yang paling membahagiakannya, karena ia melihat titik terang dari apa yang dicarinya selama ini soal agama Yahudi yang dianut nenek moyangnya. Meski akhirnya, ia menyadari bahwa agama Yahudi ternyata tidak memakai kitab Taurat. Para pemeluk agama Yahudi, kata Amalia, tidak mengikuti perintah Tuhan tapi hanya mengikuti apa kata para rabbinya.
“Semua berdasarkan pada siapa yang menurut Anda benar, sangat ambigu. Agama Yahudi bukan agama sejati, bukan agama kebenaran,” ujar Amalia.

Amalia mulai mengenal agama Islam ketika ia pindah ke California untuk berkumpul bersama keluarganya. Di kota itu, Amalia berkenalan dan berteman dengan orang-orang Arab yang sering berbelanja di toko orangtuanya yang berjualan kacang dan buah-buahan yang dikeringkan di pasar petani San Jose.
“Saya tumbuh sebagai orang Yahudi dan didikan Yahudi membuat saya memandang rendah orang-orang Arab,” kata Amalia.

Meski Amalia memiliki prasangka buruk terhadap orang-orang Arab, Amalia mengakui kebaikan orang-orang Arab yang ia jumpai di toko ayahnya. Ia bahkan berteman akrab dengan mereka. “Satu hal yang menjadi perhatian saya tentang orang-orang ini, mereka selalu bersikap baik satu sama lain dan saya merasakan betapa inginnya saya merasakan seperti mereka, sebagian hati saya ingin memiliki perasaan yang indah itu,” imbuhnya.

Suatu sore, saat Amalia dan teman-teman Arabnya menonton berita di televisi yang membuatnya bertanya-tanya tentang hari kiamat yang tidak pernah ia kenal dalam agama Yahudi. Pertanyaan-pertanyaan yang ada di kepalanya tentang Islam ketika itu, bagi Amalia adalah cara Tuhan untuk mendekatkan diri pada Islam.

“Allah mendekati manusia dengan cara pendekatan yang manusia butuhkan. Allah mendekati saya dengan cara yang saya butuhkan, dengan menimbulkan rasa keingintahuan saya, rasa lapar terhadap ilmu, rahasia kehidupan, kematian dan makna kehidupan,” ujar Amalia.

Hingga suatu hari, Amalia mengatakan pada teman-teman Arabnya bahwa ia sedang mempertimbangkan ingin menjadi seorang Muslim. Pernyataan Amalia tentu saja mendapat dukungan dari teman-teman Arabnya, tapi tidak dari kedua orangtuanya.

Sampai Amalia benar-benar mengucapkan dua kalimat syahadat, kemudian menikah dengan salah seorang pria Arab dan memiliki seorang puteri bernama Ilana, teman-teman Yahudi dan orangtua Amalia masih belum menerima keislaman Amalia. Kedua orang tua Amalia bahkan memanggil suaminya dengan sebutan rasis “Si Arab”. Ibu Amalia sampai akhir hayatnya bahkan tidak mau berkomunikasi lagi dengan puterinya.

“Saya tidak suka Muslim, mereka komunitas kelas bawah. Mereka melempari orang-orang Israel dengan batu, membunuh orang-orang Yahudi, saya tidak percaya pada mereka. Ibu Amalia memandang suami Amalia yang Arab adalah musuh. Ibu Amalia sangat zionistis dan sangat membenci Islam,” tukas Abraham, ayah Amalia.

Itulah masa-masa terberat Amalia setelah menjadi seorang mualaf, tapi ia tidak pernah menceritakan kesulitannya pada suaminya. Seorang teman dekat Amalia, Emma Baron mengatakan bahwa sahabatnya itu pandai menyembunyikan perasaannya dan kesedihannya, termasuk ketika Amalia berpisah dengan suaminya.
Harapan kembali tumbuh di hati Amalia saat ia bertemu dengan seorang Muslim asal Pakistan bernama Habib. Pernikahannya dengan Habib hanya membawa sedikit perubahan bagi hubungan Amalia dengan keluarganya. Hubungan mereka mulai membaik tapi ayah dan kedua saudara lelaki Amalia tetap memandang Muslim bukanglah orang yang beragama, pengkhianat, anti-Yahudi dan anti-Israel.

“Saya sudah berusaha bersikap baik pada mereka, tapi saya gagal. Mereka mungkin lebih senang melihat saya jadi biarawati ketimbang menjadi seorang Muslim,” keluh Amalia.

Tapi hati Amalia sedikit terhibur, karena ibu tirinya Annete bisa menerimanya. Annete sendiri awalnya seorang Kristiani yang kemudian pindah ke agama Yahudi saat menikah dengan ayahnya, sepeninggal ibu kandungnya. Annete memuji Amalia sebagai orang bersikap dewasa dan teguh pada keyakinannya meski kerap mendengar komentar-komentar pedas dari ayahnya.

Amalia yang kini berusia 43 tahun mengakui mengalami pasang surut dalam kehidupannya sebagai seorang mualaf. Tapi ia mengakui menemui ketenangan jiwa dalam Islam. “Saya sudah menemukan kebenaran itu,” tandas Amalia yang sekarang hidup bahagia dengan suaminya Habib dan empat anak-anaknya. (red/jfa.com)



Amira Mayorga: Yesus Bahkan Tidak Menyuruh Umatnya untuk Menyembah Dirinya



Amira Mayorga, lahir dari keluarga Kristen Protestan yang taat. Kakek dan neneknya seorang pastor, sementara Amira sendiri mengajar sekolah minggu untuk anak-anak. Doktrin Trinitas begitu melekat dalam kehidupan keseharian Amira.

Tak heran kalau Amira agak sulit menerima informasi tentang ajaran Islam, ketika ia bertemu dengan teman-temannya yang Muslim dan berdiskusi tentang Islam, saat ia berkesempatan berkunjung ke Washington DC empat tahun yang lalu.

Ketika itu kata Amira, teman-teman Muslimnya selalu berkata, “Saya tidak memaksa kamu untuk menjadi seorang Muslim, saya hanya menjelaskan tentang Islam.” Amira sendiri tidak terlalu menaruh perhatian pada penjelasan teman-teman Muslimnya tentang Islam, Amira bahkan berpikir bahwa teman-teman Muslimnya-lah yang salah dan ia tetap menganut agamanya, Kristen Protestan.

Suatu ketika, saat berkunjung ke Guatemala, Amira bertemu dengan seseorang asal Aljazair lewat forum chatting di internet. Keduanya kemudian menjadi sahabat baik dan banyak berdiskusi tentang Islam, terutama tentang konsep ketuhanan dalam ajaran Kristen.

Amira mengakui, ia kehabisan argumen untuk mendukung konsep ketuhanan dalam Kristen. Dan itu mendorongnya menjelajahi dunia maya guna menggali banyak informasi tentang ajaran Islam.

“Saya banyak membaca tentang keindahan Islam dan mulai menyadari bahwa Yesus tidak pernah menyuruh umatnya untuk menyembah dirinya, tapi Yesus menyerukan umatnya untuk menyembah Tuhan yang Esa.
Amira makin tertarik dengan Islam dan pada Ramadhan, ia mulai ikut berpuasa meski puasanya masih belum sempurna.

Selanjutnya, Amira banyak mengikuti kelompok-kelompok diskusi Islam di internet, mulai dari kelompok milis Amr Diab (nama seorang penyanyi asal Mesir) sampai kelompok Allah Alone. Dari dunia maya, Amira banyak bertemu Muslim dari berbagai negara, yang menjadi tempatnya untuk bertanya segala hal tentang Islam.

Amira mulai memilih nama Muslim yang akan digunakannya, tapi ia belum berani untuk mengucap syahadat. Alasannya, sebagai seorang keturunan latin Amerika, ia belum bisa meninggalkan tradisi masyarakat Latin yang tidak jauh dari pesta, minuman beralkohol dan dansa-dansi.

“Saya tidak mau masuk Islam, tapi saya masih melakukan aktivitas seperti itu. Saya berkata pada diri saya sendiri, kalau saya sudah mampu meninggalkan itu semua, saya ingin menjadi seorang Muslim,” ujar Amira.
Amira mulai membaca al-Quran yang dibelinya. Suatu saat ketika minum kopi bersama seorang temannya, Amira mengatakan bahwa ia merasakan kedamaian mengikuti “filosofi” yang ada dalam ajaran Islam dan mengungkapkan keinginannya untuk masuk Islam. Tapi teman baiknya malah menjawab, ” You are crazy.”

Mimpi Aneh
Namun Amira tetap mempelajari Islam. Hingga suatu malam ia mimpi aneh. Dalam mimpi itu, Amira dan sahabatnya tadi berada dalam sebuah gedung yang sangat luas dan ia duduk di lantai yang sangat tinggi. Di hadapannya ada seberkas sinar yang menembus kaca jendela, dan Amira mengajak sahabatnya untuk keluar dan melihat sinar apakah itu. Sahabatnya takut, namun Amira terus membujuknya.

Sahabat Amira itu akhirnya mau keluar dan mereka menyaksikan sebuah kota yang kosong, gedung-gedung di kota itu nampak tua dan kotor. Keduanya lalu melihat seorang laki-laki datang dengan membawa cemeti. Amira dan temannya ketakutan dan pada saat itu, laki-laki dalam mimpi Amira berkata,”Kamu mengatakan bahwa kamu sudah mengetahui kebenaran, mintalah pertolongan pada Tuhan-mu dari semua ini.”
Sebelum sempat menjawab, Amira terbangun dari tidurnya dan merasa tubuhnya sangat lemah, ia bahkan merasa lumpuh dan tak bisa bergerak sedikitpun. Ia menceritakan mimpinya pada salah seorang sahabat Muslimnya. Sahabatnya itu menyarakan agar Amira segera masuk Islam. Teman Amira lainnya yang beragama Katolik menganggap Amira sedang bingung dan menyarankannya untuk meminta pertolongan “Tuhan” (Yesus) untuk menemukan kedamaian sejati.

Amira masih belum tergerak hatinya untuk memeluk Islam dan kembali melakukan riset di internet tentang Islam dan bertemu dengan seorang Muslimah bernama Dina Stova yang mengirimkannya email-ermail tentang Islam. Amira masih juga mencari-cari alasan ketika Dina menanyakan mengapa ia belum juga mengucap syahadat, hingga sahabatnya itu mengatakan, “Islam adalah agama yang mengajarkan toleransi, cobalah setahap demi setahap.”

Mendengar perkataan Dina, Amira akhirnya menyatakan ingin masuk Islam dan langsung mengucapkan dua kalimat syahadat. “Setelah mengucapkan kalimat syahadat, tiba-tiba saja saya merasakan kedamaian itu. Kedamaian hati yang selama ini saya cari dalam hidup saya. Rasanya sudah jelas, jawabannya adalah Islam. Sekarang dan selamanya, saya adalah seorang Muslimah,” tukas Amira.

Namun Amira harus menghadapi tantangan berat dari keluarganya. Saudara laki-lakinya, sempat setahun tidak mengajaknya bicara setelah tahu ia memeluk Islam. Tapi Allah Maha Besar, pada 16 Oktober 2007 saudara laki-lakinya itu malah ikut masuk Islam dan mengucap dua kalimat syahadat.

Saat ini, Amira terus melakukan pendekatan pada keluarganya, agar seluruh keluarganya juga mau masuk Islam dan menerima pesan-pesan Islam yang disampaikannya. Sebuah perjuangan yang tidak ringan bagi seorang mualaf seperti Amira. (ln/iol)



Preache Moss: Perjalanan Spiritual Seorang Komedian Muslim AS


Nama Preacher Moss sudah tidak asing lagi bagi publik AS umumnya dan komunitas Muslim khususnya, yang menggemari komedi. Moss adalah pendiri dari kelompok komedi “Allah Made Me Funny” dan membuatnya menjadi salah seorang komedian Muslim yang kerap membuat orang terpingkal-pingkal karena banyolan-banyolannya.


Salah satu banyolan Moss yang terkenal adalah ketika ia bercerita, “Jika mungkin dan dibolehkan, saya ingin mengganti nama saya dengan nama ‘Allahu Akbar’. Saya membayangkan pasti akan hebat sekali ketika saya di bandara dan petugas bandara menyebut nama saya yang tertera di paspor ‘Allahu Akbar’.” Banyolan yang pasti membuat orang tersenyum. Tentu saja Moss tidak bermaksud melakukan penghinaan dengan humornya itu.

Moss mendapatkan inspirasi untuk humor-humornya dari pengalamannya sehari-sehari sebagai seorang Muslim dari kalangan warga kulit hitam di AS, dimana ia bergaul dengan banyak anak-anak jalanan di lingkungan tempat tinggalnya di Washington D.C. Sebelum memeluk Islam, Moss adalah seorang penganut Kristen dan dibesarkan dengan didikan Kristen oleh keluarganya. Munculnya gerakan Black Panther dan Nation of Islam dengan pemimpin-pemimpinnya, seperti Malcolm X, yang telah memberikan pengaruh besar bagi dirinya sebagai anak muda kulit hitam di AS ketika itu dan menjadi awal perkenalannya dengan Islam.
Moss masih mengingat dua kenangan besar dalam hidupnya, yang telah mendorongnya untuk mempelajari kekuatan dan keindahan Islam dari gerakan-gerakan hak asasi di AS. Ia menyebutnya sebagai “Islam protes” dan “Islam regular” atau Islam yang lahir dari Nation of Islam dan harga diri warga kulit hitam dengan Islam yang dibawa oleh para imigran dan generasi Muslim pertama di AS.

Kenangan pertama yang masih membekas di hati Moss adalah ketika ia menyaksikan bagaimana teman sekelasnya begitu taat menjalankan ibadahnya sebagai seorang Muslim, meski dalam kondisi dan situasi yang paling sulit. Hal itu membuat Moss sangat kagum dan menghormati sahabat Muslimnya itu.

Kenangan kedua yang menyentuh hati Moss adalah sahabatnya yang ia kenal di pergaulan anak jalanan di Washington D.C. Sahabat yang menurut Moss selalu dirundung masalah. Suatu hari ia mendengar kabar sahabatnya itu meninggal dunia. Moss dan beberapa teman datang ke rumah sahabatnya itu dan di kamar sahabatnya itu Moss melihat banyak buku-buku tentang Islam.

“Saya melihat ia memiliki sesuatu. Dia berada di jalan untuk menuju ke satu arah yang besar. Ia tahu sesuatu yang saya tidak tahu. Dan saya ingin sekali tahu lebih banyak tentang jalan itu,” tutur Moss tentang sahabatnya.

Masuk Islam
Ditanya kapan tepatnya ia resmi menjadi seorang Muslim, Moss akan diam dan berusaha mengingat kembali masa-masa remajanya sampai ia menjadi seorang mahasiswa jurusan jurnalistik dan film di Universitas Marquette, Wisconsin.

Ia mengaku tidak ingat betul tanggal berapa ia mengucapkan dua kalimat syahadat. Yang ia ingat, kejadiannya ketika ia masih kuliah dan ia belajar Islam dari banyak sumber. Waktu itu ia bekerja sebagai guru untuk anak-anak yang mengalami gangguan emosi dan menjadi komedian. Perjalanannya hidup yang sebenarnya, kata Moss, ia alami setelah ia mengucapkan syadahat dan menjadi seorang Muslim.
“Selama masa kuliah, masuk Islam adalah sebuah pertempuran. Apakah saya akan mengikuti jalan ini atau saya tetap di jalan yang lama? Banyak sekali konflik dalam diri saya,” kata Moss.

Moss terus mempelajari Islam dan banyak bergaul dengan orang lain yang juga mempelajari Islam. Ia akhirnya menemukan bahwa ajaran-ajaran dalam Al-Quran dan tradisi-tradisi yang dilakukan Rasulullah Muhammad Saw adalah benar dan mutlak. Ia bertemu dengan beragam orang saat mempelajari Islam, orang yang sangat membantunya samapai orang yang manipulatif.

“Ada kenyamanan dalam apa yang saya alami sebagai seorang individu, tetapi juga ada pencerahan atas apa yang saya harus lakukan untuk menumbuhkan budaya dan iman dalam diri saya. Rasanya mustahil akan ada “Allah Made Me Funny” jika saya tidak tidak belajar bagaimana untuk menumbuhkan budaya itu,” ujar Moss.

Ia menegaskan, konsep “budaya keimanan” yang mendorongnya pada jalan Islam yang dipilihnya. “Saya menjumpai banyak orang, sebagian dari mereka sangat luas pengetahuannya, yang akan bisa bicara tentang tradisi Quran dan soal jalan dan kehidupan para nabi, tapi akhirnya hanya menemui jalan buntu karena mereka tidak cukup pandai untuk mengembangkan kebudayaan,” papar Moss.

“Mereka cuma pandai bicara tentang kebudayaan ratusan tahun silam, tapi tidak bisa menirunya di era modern ini. Ada keseimbangan yang tidak wajar, dimana pengetahuan hanya menjadi satu-satunya nilai dalam hal ini. Yang saya temukan adalah, kondisi itu bertentangan dengan keseluruhan ide dari agama yang memprotes, yang seharusnya menginspirasi kita untuk tumbuh, melahirkan dan mengembangkan sebuah budaya dimana kita menjalankan keyakinan agama Islam kita dalam kehidupan saat ini,” jelas Moss.

Ia mencontohkan, seorang Muslim mengkritiknya saat ia manggung di Philadelphia. Muslim itu mengatakan bahwa dalam Islam komedi itu haram, bid’ah dan Rasulullah Muhammad Saw melarang banyolan. Tapi setelah mengkritiknya, lelaki itu langsung pergi dengan mobilnya. Dan Moss yang keheranan cuma bisa bilang, “Anda ngomong apa sih, komedi itu bid’ah? Anda baru saja kabur dengan cara bid’ah.”

Muslim di Hollywood
Menjadi seorang Muslim merupakan perjuangan bagi Moss, apalagi buat dirinya yang sangat menggemari dunia komedi dan sudah menjadi bagian dari industri hiburan. Moss berhenti mengajar, karena Hollywood ‘memanggilnya’. Moss memberikan sebagian uang pensiun gurunya pada ibunya dan sebagian lagi ia gunakan untuk mengejar impiannya di dunia komedi.

Karirnya sebagai komedian menanjak seiring dengan reputasinya menulis skenario untuk sejumlah aktor dan komedian di Hollywood. Tapi menjadi seorang Muslim di Hollywood bukan hal yang mudah. Moss mengalami saat-saat penuh tekanan karena ia tidak boleh membuat banyolan-banyolan tentang perempuan atau topik-topilk yang akan dinilai sebagai anti-Muslim. Itulah sebabnya, Moss akhirnya memutuskan meninggalkan Hollywood dan memilih jalur solo karir.

Ia lalu membentuk group lawak dengan Muslim lainnya, yaitu Azhar Usman dan Azeem, kemudian ditambah dengan masuknya Mo Amer. Jadilah kelompok komedi “Allah Made Me Funny”. Moss mengatakan bahwa ia ingin Muslim bisa mengekspresikan diri mereka.

“Setiap kali orang mendengarkan kami dan mereka Muslim, mereka akan bilang ‘Dengar, orang-orang ini punya nilai-nilai,” ujar Moss tentang harapannya pada Muslim lainnya.

Meski namanya sudah populer, seperti juga kelompok komedi lainnya, “Allah Made Me Funny” masih kesulitan jika ingin manggung di negeri-negeri Muslim seperti Arab Saudi atau Dubai. “Kami ingin menampilkan narasi yang baru dan berbeda tentang apa itu Muslim. Dan hal itu berat buat negara-negara dimana agama Islam berawal,” ujar Moss.

Moss memahami hal itu. Ia mencontohkan pengalamannya sendiri, meski sudah lebih dari 20 tahun memeluk Islam, Moss mengaku masih terus dalam proses belajar. Ia tidak sungkan mengakui keimanannya di depan publik sebagai seorang Muslim, tanpa harus melepas nilai-nilai dalam dirinya.

Moss mengakui bahwa ia belum menjadi seorang Muslim yang baik. Tapi ia berharap bisa pensiun dari duna komedi dan akan memusatkan kehidupannya pada keluarga dan agamanya. “Saya ingin belajar bahasa Arab. Banyak sekali yang ingi saya baca. Tapi saya akan selalu memprotes, dan protes saya sekarang ditujukan untuk kaum Muslimin agar punya rasa memiliki terhadap agamnya,” tukas Moss. (ln/iol)


Rabu, 27 Agustus 2014

Proyek Gharqad, Israel Percaya Hadits Nabi?


Bila seorang Muslim ‘membumikan’ hadits Nabi SAW, tentu tidak mengherankan. Tetapi bagaimana bila yang membuat hadits menjadi proyek aktual berbiaya mahal itu justru warga Israel alias kaum Yahudi?
 
Tidak sengaja? Mungkin saja. Tetapi melihat spesifiknya jenis pohon yang jadi ikon proyek ‘reboisasi’ itu, kecil kemungkinan kaum Yahudi luput melirik hadits Nabi Muhammad SAW. Dalam proyek berselubungkan penghijauan dan perlindungan dari serangan pejuang Palestina, pemerintah dan warga Israel menggalakan penanaman pohon Gharqad.

Apa sebenarnya pohon gharqad? Pohon itu memiliki sedikitnya tiga varietas, dengan nama Latin masing-masing Lycium shawii roem, Lycium arabicum schwiein fex dan Boiss lycium persicum miers. Di Timur Tengah ia dikenal sebagai Ausaj, Sahnun, dan pohon Yahudi.

Nama terakhir itu datang karena Nabi pernah bersabda dalam hadits yang diriwayatkan Muslim. “Tidak akan terjadi hari kiamat, sehingga muslimin memerangi Yahudi. Orang-orang Islam membunuh Yahudi sampai Yahudi bersembunyi di balik batu dan pohon. Namun batu atau pohon berkata, "Wahai muslim, wahai hamba Allah, inilah Yahudi di belakangku, kemarilah dan bunuh saja.” Kecuali pohon Gharqad, karena termasuk pohon Yahudi." (HR Muslim dalam Shahih Jami 'As-shaghir no. 7427).

Dari sisi sanad dan matan, jumhur (mayoritas) ulama menyatakan hadits itu tergolong shahih (valid).
Percayakah kaum Yahudi akan kebenaran hadits tersebut? Tak perlu bikin polling yang mungkin saja tak akan dijawab jujur. Lihat saja apa yang dilakukan Israel. Yang jelas, pemerintah dan warga Israel secara masif dan besar-besaran menanami tanah Palestina dan Israel dengan Gharqad.

“Dengan cara ini rakyat Israel akan lebih terlindungi dari serangan Hamas. Selain itu, kita juga bisa menikmati hijaunya pemandangan,” kata salah seorang pejabat militer Israel, Brigjen Elkabetz, seperti dilaporkan Israel National News. Dia juga yakin, rimbunnya pepohonan akan membuat para penembak runduk (sniper) Hamas sulit membidik target di wilayah Israel.

Penanaman gharqad juga digalakan secara besar-besaran. Israel bahkan membuka donasi khusus untuk itu. Dalam situs mereka di dunia maya, Jewish National Fund yang beralamat di jnf.org, disebutkan sudah jutaan pohon berhasil ditanam. Dengan kamuflase proyek penghijauan dan penyelamatan ekologi, situs itu membuka donasi publik untuk ikut menanam gharqad, dengan harga 10 dolar AS gharqad per pohon.
“Donasikan 100 dolar, kami pastikan pohon akan ditanam,” imbau situs itu. [dsy/berbagai sumber]

http://nasional.inilah.com/read/detail/2130917/proyek-gharqad-israel-percaya-hadits-nabi

Selasa, 26 Agustus 2014

Sampai Kapanpun Musuh Islam takkan Berhenti Membuat Makar


Beginilah musuh islam menghancurkan kita, yuk simak ceritanya.. Ibu Guru berkerudung rapi tampak bersemangat di depan kelas sedang mendidik murid-muridnya dalam pendidikan Syari’at Islam. Di tangan kirinya ada kapur, di tangan kanannya ada penghapus. Ibu Guru berkata, “Saya punya permainan. Caranya begini, di tangan kiri saya ada kapur, di tangan kanan ada penghapus. Jika saya angkat kapur ini, maka berserulah “Kapur!”, jika saya angkat penghapus ini, maka berserulah “Penghapus!” Murid muridnya pun mengerti dan mengikuti. Ibu Guru mengangkat silih berganti antara tangan kanan dan tangan kirinya, kian lama kian cepat. Beberapa saat kemudian sang guru kembali berkata, “Baik sekarang perhatikan. Jika saya angkat kapur, maka berserulah “Penghapus!”, jika saya angkat penghapus, maka katakanlah “Kapur!”. Dan permainan diulang kembali. Maka pada mulanya murid-murid itu keliru dan kikuk, dan sangat sukar untuk mengubahnya. Namun lambat laun, mereka sudah biasa dan tidak lagi kikuk. Selang beberapa saat, permainan berhenti. Sang guru tersenyum kepada murid- muridnya. “Anak-anak, begitulah ummat Islam. 


Awalnya kalian jelas dapat membedakan yang haq itu haq, yang bathil itu bathil. Namun kemudian, musuh musuh ummat Islam berupaya melalui berbagai cara, untuk menukarkan yang haq itu menjadi bathil, dan sebaliknya. Pertama-tama mungkin akan sukar bagi kalian menerima hal tersebut, tetapi karena terus disosialisasikan dengan cara- cara menarik oleh mereka, akhirnya lambat laun kalian terbiasa dengan hal itu. Dan kalian mulai dapat mengikutinya. Musuh-musuh kalian tidak pernah berhenti membalik dan menukar nilai dan etika.” “Keluar berduaan, berkasih-kasihan tidak lagi sesuatu yang pelik, zina tidak lagi jadi persoalan, pakaian seksi menjadi hal yang lumrah, sex sebelum nikah menjadi suatu hiburan dan trend, materialistik kini menjadi suatu gaya hidup, korupsi menjadi kebanggaan dan lain lain. 

Semuanya sudah terbalik. Dan tanpa disedari, kalian sedikit demi sedikit menerimanya. Paham?” tanya Guru kepada murid-muridnya. “Paham Bu Guru” “Baik permainan kedua,” Ibu Guru melanjutkan. “Bu Guru ada Qur’an, Bu Guru akan meletakkannya di tengah karpet. Quran itu “dijaga” sekelilingnya oleh ummat yang dimisalkan karpet. Sekarang anak- anak berdiri di luar karpet. Permainannya adalah, bagaimana caranya mengambil Qur’an yang ada di tengah dan ditukar dengan buku lain, tanpa memijak karpet?” Murid- muridnya berpikir. Ada yang mencoba alternatif dengan tongkat, dan lain-lain, tetapi tak ada yang berhasil. Akhirnya Sang Guru memberikan jalan keluar, digulungnya karpet, dan ia ambil Qur’an ditukarnya dengan buku filsafat materialisme. Ia memenuhi syarat, tidak memijak karpet. “Murid-murid, begitulah ummat Islam dan musuh- musuhnya. Musuh-musuh Islam tidak akan memijak-mijak kalian dengan terang-terangan. Karena tentu kalian akan menolaknya mentah- mentah. Orang biasapun tak akan rela kalau Islam dihina dihadapan mereka. Tetapi mereka akan menggulung kalian perlahan-lahan dari pinggir, sehingga kalian tidak sadar. 

Jika seseorang ingin membuat rumah yang kuat, maka dibina pundasi yang kuat. Begitulah ummat Islam, jika ingin kuat, maka bangunlah aqidah yang kuat. Sebaliknya, jika ingin membongkar rumah, tentu susah kalau fondasinya dahulu. Lebih mudah hiasan-hiasan dinding akan dikeluarkan dahulu, kursi dipindahkan dahulu, lemari dikeluarkan dahulu satu persatu, baru rumah dihancurkan…” “Begitulah musuh-musuh Islam menghancurkan kalian. Mereka tidak akan menghantam terang- terangan, tetapi ia akan perlahan-lahan meletihkan kalian. Mulai dari perangai, cara hidup, pakaian dan lain-lain, sehingga meskipun kalian itu Muslim, tetapi kalian telah meninggalkan Syari’at Islam sedikit demi sedikit. Dan itulah yang mereka inginkan.” “Kenapa mereka tidak berani terang-terangan menginjak-injak Bu Guru?” tanya mereka. Sesungguhnya dahulu mereka terang-terang menyerang, misalnya Perang Salib, Perang Tartar, dan lain-lain. Tetapi sekarang tidak lagi. Begitulah ummat Islam.

Arjuna Abadi - https://www.facebook.com/groups/sahabatjonru/


Senin, 25 Agustus 2014

Injil 1.500 Tahun Klaim Nabi Isa tak Disalibkan


GUGURNYA KEYAKINAN SALIB YESUS

Perdebatan panjang tentang nasib Nabi Isa AS--Yesus Sang Juru Selamat dalam pandangan Kristiani, tak pernah lekang ditelan bergulirnya zaman. Perdebatan itu bahkan tampaknya akan kembali menguat seiring klaim ditemukannya kitab Injil berusia lebih dari 1.500 tahun.

Menurut situs higherperspective.com, dalam kitab Injil versi Barnabas yang ditemukan itu terdapat klaim bahwa Nabi Isa AS atau Yesus, tidak pernah disalibkan. Yang disalibkan adalah sahabatnya, Yudas Iskariot—atau Yahudza dalam versi Islam. Injil Barnabas adalah Injil di luar Injil-injil kanonik yang direstui dan diresmikan Vatikan, yakni Injil-injil Matius, Markus, Lukas dan Yohanes.

Sebagaimana versi Islam, Injil tua itu menyatakan, Yesus langsung diangkat ke surga, sementara Yudas dengan iradah Allah disamarkan sehingga menyerupai Yesus dan disalibkan dalam prosesi sebagaimana yang diyakini selama ini.

Sayangnya, situs itu sendiri kurang menjelaskan dengan detil kapan pemerintah Turki menemukan Injil tua tersebut. Situs itu hanya menulis bahwa pemerintah Turki merilis sebuah laporan bahwa penemuan Injil tua itu seiring operasi antipenyelundupan yang digelar di semenanjung Mediterania. Operasi itu, menurut higherperspective, menangkap kelompok penyelundup dan menyita aneka rupa barang selundupan, termasuk barang-barang antik hasil perburuan harta secara ilegal dan bahan peledak. “Penemuan paling besar ya Injil tersebut, yang ditaksir bernilai 28 juta dolar AS,” tulis situs itu.

Situs itu menulis, para ahli berkeras bahwa Injil tersebut asli. Injil itu ditulis dengan tinta emas dalam bahasa Aramaic—bahasa yang digunakan Yesus.

Injil versi Barnabas adalah Injil yang ditolak otoritas Kristen dalam persidangan akbar bernama Konsili Nicea, yang digelar di Nicea (sekarang termasuk wilayah Turki) oleh Kaisar Konstantin yang Agung pada 325 M. Seterusnya Vatikan hanya mengakui 4 Injil kanonik, yakni Injil versi Matius, Lukas, Markus dan Yohannes.

Injil-injil non kanonik tak hanya Injil Barnabas. Selain versi Barnabas, ada 80-an Injil lain yang tidak diakui Vatikan, yang kesemuanya disebut Injil Apocrypa.

Namun tak semua Injil kanonik diakui Vatikan. Kabarnya, hanya setengah bagian Injil versi Markus yang diakui Vatikan. Beberapa sumber Kristiani menyebutkan, Clement (150-215), uskup Alexandria yang berpengaruh, menulis surat (kontroversial) ke Theodora bahwa Gereja memiliki versi lain Injil Markus. Versi itu dijaga ketat dan hanya boleh dibaca oleh orang tertentu. Markus disebutkan menulis versi lain kitabnya yang lebih spiritual, yang hanya ditujukan bagi mereka yang ‘being perfected’. [dsy/berbagai sumber]

http://nasional.inilah.com/read/detail/2130042/injil-1500-tahun-klaim-nabi-isa-tak-disalibkan

Minggu, 24 Agustus 2014

Setelah 10 Tahun Menjadi Atheis, Profesor Matematika Ini Masuk Islam


Sungguh sebuah mimpi yang aneh. Sebagai seorang berbakat, Jeffrey Lang tidak habis pikir dengan mimpi itu. Namun hati kecilnya mengakui, mimpi itu membawa kedamaian di tengah kehidupan “ilmiah”-nya yang gersang.

 Dalam mimpi itu, Jeffrey bersimpuh menghadap Tuhan. Caranya, ia berdiri, kemudian membungkuk, berdiri lagi, kepala menyentuh lantai, hingga duduk di atas tumit. Ia melakukannya di sebuah ruang yang hening, tanpa meja tanpa kursi. Hanya ada karpet dan dinding yang berwarna putih keabuan. Selain Jeffrey, di ruangan itu juga banyak laki-laki membentuk beberapa barisan. Jeffrey berada di barisan ketiga. Sedangkan di depan mereka, ada seorang laki-laki yang duduk sendiri, tak ada orang lain di sampingnya. Ia tampak memimpin ‘ritual’ itu. Jeffrey tak bisa melihat wajahnya, tapi Jeffrey ingat betul di atas kepala pria itu ada kain putih dengan motif berwarna merah.

 Tidak sekali itu saja Jeffrey bermimpi begitu. Berkali-kali, selama 10 tahun menjadi atheis, Jeffrey bermimpi yang sama. Namun, ia mengabaikannya begitu saja dan memenangkan nalar ‘ilmiah’-nya.

 Jeffrey Lang lahir dan besar dalam keluarga Katolik. Namun sejak kecil, ia telah menjadi anak yang kritis. “Ayah, apakah surga itu benar-benar ada?” tanyanya saat masih menjadi bocah.

 Saat ia memasuki usia remaja, pertanyaannya semakin banyak dan kritis. Namun pendeta dan orang-orang seagama yang ditemuinya tidak mampu memberikan jawaban yang memuaskan. Ketia ia berusia 18 tahun, Jeffrey merasa logika mengenai Tuhan menemui jalan buntu. Karenanya ia kemudian memilih menjadi atheis menjelang kelulusannya dari sekolah Notre Dam Boys High.

 Dua puluh tahun berlalu sejak mimpi pertamanya bersimpun menghadap Tuhan. Jeffrey menjadi dosen di University of San Fransisco. Di Universitas itu, Jeffery bertemu dengan Ghassan, pemuda muslim yang menjadi mahasiswanya. Keduanya menjadi sering berdiskusi. Semula tentang pelajaran, kemudian Jeffrey juga mengenal keluarga mahasiswanya tersebut.

 Suatu hari, Jeffrey diberi hadiah sebuah mushaf Al Qur’an terjemah. Di situlah titik hidayah itu dimulai. Jeffrey akhirnya membaca Al Qur’an itu. Halaman demi halaman. Ia merasa tertantang.

 “Sejak awal, buku ini menantang diriku,” kata Jeffrey mengenang saat-saat itu. Agaknya ia membaca ayat kedua surat Al Baqarah: “Inilah kitab yang tidak ada keraguan di dalamnya, petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa.”

 Jeffrey terus membaca Al Qur’an. Ia merasa setiap kali ia membantah ayat-ayat yang dibacanya, ayat berikutnya menjadi jawaban atas bantahannya tersebut. “Seolah Penulis kitab itu membaca pikiranku,” kenangnya.

 Jeffrey mulai sadar bahwa kitab di depannya itu melampaui pikirannya. Ia sadar kitab di depannya itu telah mengisi kekosongan jiwa yang selama ini ia rasakan. Kitab itu bukan hanya menjawab pertanyaan-pertanyaannya tentang Tuhan dan alam semesta, tetapi juga membawa kedamaian bagi jiwanya. Hidayah mulai masuk ke dalam hatinya.

 Dan hidayah itu semakin terang, tatkala ia melihat sebuah pemandangan di basement gereja Universitas. Sejumlah kecil mahasiswa muslim sedang beribadah. Karena kesulitan tempat, mereka menggunakan basement itu.

 Jeffrey melihat mereka berbaris rapi. Berdiri bersama, menunduk bersama, lalu berdiri lagi, kemudian bersujud, dan duduk bersimpuh di atas tumit. Jeffrey ingat sesuatu. Terlebih setelah ia melihat di depan mereka ada seseorang yang memimpin mereka beribadah, memakai penutup kepala putih dengan motif berwarna merah. Rupanya itu Ghassan. “Ini mimpiku!” teriak Jeffrey dalam hati. Ya, pemandangan itu persis seperti mimpinya yang berulang beberapa kali beberapa tahun silam.

 Jeffrey tak kuasa menahan tangis haru. Hatinya penuh damai. Ia tersungkur bersujud.

 Singkat cerita, profesor Matematika ini kemudian masuk Islam. Ia lalu berdakwah melalui mimbar ilmiah dan menulis sejumlah buku. Diantaranya Struggling to Surrender (1994), Even Angels Ask (1997) dan Losing My Religion: A Call for Help (2004). [Kisahikmah.com]

http://www.islamedia.co/2014/08/setelah-10-tahun-menjadi-atheis.html


Kamis, 21 Agustus 2014

Anggota Geng Brasil Peluk Islam Sebelum Piala Dunia

"Setiap orang di jalanan memiliki keyakinan. Kita hanya perlu menyentuh mereka untuk berubah dan menerima Islam," tutur Umair.
Dream - Mantan anggota geng di Brasil, Umair, memutuskan untuk masuk Islam dua bulan silam. Pria dengan tubuh penuh tato itu membagi kisah bagaimana dia masuk Islam.

"Setiap orang di jalanan memiliki keyakinan," tutur Umair dikutip Dream dari On Islam, Senin 23 Juni 2014. Dia menyampaikan kisah itu kepadaa relawan WhyIslam, organisasi yang berdakwah di Brasil selama penyelenggaraan Piala Dunia 2014.

Menurut dia, orang-orang yang hidup dalam kekerasan jalanan pada dasarnya punya hati nurani. Kapan saja mereka bisa menemukan Islam. "Kita hanya perlu menyentuh mereka untuk berubah dan menerima Islam," tambah Umair yang berambut gondrong itu.

Dia bertekat akan terus berpegang dalam Islam. Dan mengajak orang lain melalui dakwah. Selama penyelenggaraan Piala Dunia di Brasil, Umair memang bergabung dengan relawan muslim dari berbagai negara untuk melakukan dakwah.

Saat ini, sejumlah organisasi Islam memang tengah berdakwah di Brasil. Mereka ingin menghapus pandangan negatif dunia terhadap Islam. Mereka berdakwah kepada jutaan penggemar sepakbola yang datang ke Brasil.

Selain WhyIslam yang berasal dari Amerika Serikat, ada pula British Islamic Education and Research Academy. Selain itu ada juga Brazil’s Federation of Muslim Associations in Brazil.

http://www.dream.co.id/your-story/anggota-geng-brasil-masuk-islam-sebelum-piala-dunia-140623j.html

Selasa, 19 Agustus 2014

Alana Blockley Liburan Membawa Hidayah


Alana Blockley tidak dibesarkan dalam bimbingan satu agama tertentu dalam keluarganya. Meski sesekali pergi ke gereja dan merayakan natal, wanita 22 tahun ini mengatakan hal itu dilakukan keluarganya karena kelaziman masyarakat saja.


Pemberitaan media cukup memengaruhi pandangan wanita kelahiran Glasgow, Skotlandia, itu terhadap Islam. Agama yang suka kekerasan, pria boleh memukul wanita, wanita hanya dikungkung di rumah, seputar itu informasi yang didapatnya tentang Islam.

Tapi, stigma miring itu kontras dengan apa yang dilihatnya langsung selama berkenalan dengan orang Islam, sewaktu berlibur musim panas ke Fuerteventura di Kepulauan Canary, Spanyol, usai lulus sekolah pada usia 18 tahun.

''Saya masih muda, saya bisa melakukan apa yang saya suka. Berjalan-jalan, tinggal di penginapan dengan orang-orang baru, bersenang-senang, begitu rencana awalnya,'' ungkap Alana seperti dikutip thesun.co.uk.
Meski rencananya berlibur selama enam pekan gagal, akibat badai debu di Canary, selama liburan dua pekan dan berinteraksi dengan komunitas Muslim di sana, penilaiannya tentang risalah samawi ini berubah. Banyak hal kecil yang membuatnya tertarik terhadap Islam.

Kehidupan Muslim jujur dan sederhana. Muslim tidak minum alkohol, berhati-hati dengan makanan, dan hal-hal keseharian lain. Ia takjub ketika teman Muslim yang ia kenal mengembalikan uang kembalian yang berlebih kepada pemiliknya.

Alana lalu mencari tahu seperti apa sebenarnya Islam melalui buku-buku. Hal yang paling ia sepakati adalah Tuhan bukan dan tidak seharusnya berwujud manusia.

''Meski belum menjadi Muslimah kala itu, saya merasa konsep Yesus sebagai anak Tuhan tidaklah tepat,'' kata Alana menjelaskan.

Premis yang ia dapat itu mendorongnya untuk menggali lebih jauh tentang Rasulullah SAW, malaikat, dan hidup setelah mati.

Konsep-konsep Islam yang ia temukan ternyata cocok dengan apa yang diyakininya selama ini, tentu jauh sebelum ia mengenal Islam. Hingga akhirnya, pada 2010, Alana bersyahadat dan resmi menjadi Muslimah.
Alana mengikuti kelas pendalaman agama Islam sepekan sekali. Banyak wanita yang juga ikut di sana. Mereka sangat hangat menyambut Alana. Mereka memberikan Alana buku-buku Islam untuk dibaca dan mengajak Alana untuk kembali setiap pekan ke sana.

Saat mempelajari Islam, hal pertama yang Alana dalami adalah bagaimana Islam memperlakukan wanita, apa itu hijab, mengapa wanita perlu berhijab, peran wanita dalam keluarga dan rumah tangga. Ia ingin menjadi Muslimah yang benar dan menyeluruh.

Diakui Alana, Islam berbeda dengan agama yang anutnya dulu. Dalam Islam, semua aspek hidup ada penataan sehingga lebih terarah. Shalat lima waktu sehari membuatnya sadar akan kehadiran Tuhan dalam hidup setiap saat.

Hal utama yang membuatnya menjadi Muslim adalah saat ia menemukan kebenaran, tidak perlu menutup mata dan bersembunyi. Ia merasa tak perlu juga menutupi identitas sebagai Muslimah, terlebih setelah ia menggunakan hijab. Baginya, hijab justru melindungi.

Satu setengah tahun kemudian, Alana baru berani mengungkapkan keislamannya kepada orang-orang di sekitarnya. Hingga akhirnya, mendekati Ramadhan, ia memutuskan memberi tahu kedua orang tuanya ia menjadi Muslim. Ia tahu, cepat atau lambat orang tuanya akan bertanya-tanya perubahan pada putri mereka.
Orang tua Alana kaget dan sempat bertanya apa Alana menjadi Muslimah lantaran hamil di luar nikah atau tertabrak mobil. Alana menjelaskan perkara-perkara itu bukanlah pemicu keislamannya, tapi karena Islamlah, pintu hatinya sadar akan eksistensi Tuhan.

Tinggal di satu negara Eropa tak bisa membuatnya luput dari orang-orang yang anti dan takut terhadap Islam (Islamofobia). Untuk melawan Islamofobia, Alana mengungkapkan, Muslim harus menunjukkan Islam melalui perilaku mereka.

Saat hal buruk terjadi, kata Alana menerangkan, tidak perlu bereaksi negatif dan berlebihan. Sebab, banyak non-Muslim yang memerhatikan umat Islam.

Banyak non-Muslim terbuka untuk membicarakan agama sehingga menurut Alana, tidak perlu ragu jika harus mendiskusikan itu. Dari pembicaraan tersebut nantinya, diharapkan satu atau dua poin yang baik dan positif mungkin akan mereka ingat.

Alana merasakan sendiri pengalaman itu. Setelah bertukar cerita tentang agama, ibunya memutuskan berhenti merokok. Orang tua Alana juga lebih terbuka untuk membicarakan tentang Islam.

Alana sempat mengajak kedua orang tuanya ke Central Moqsue di Glasgow. Mereka sempat agak ragu dan bertanya apakah mereka harus menggunakan pakaian yang sama seperti Muslim. Alana meyakinkan mereka untuk tampil apa adanya, Muslim terbuka dan menerima semua orang.

Ayah Alana jadi banyak tahu tentang Islam setelah kunjungan itu. Bagi Alana, menjadi Muslim tidak mengubahnya. Alana masih tetap menjadi anak dari kedua orang tuanya seperti dulu.

Saat Natal tiba, bertanya-tanya apa yang harus dilakukannya setelah ia menjadi Muslimah. ''Saya tidak merayakan Natal, tapi saya tetap membantu keluarga yang masih merayakan. Agak sedikit berkompromi memang,'' kata Alana.

Ia membujuk dan bicara baik-baik dengan keluarganya untuk memakan daging yang halal saja. Bujukan itu berhasil, keluarganya memilih memakan kalkun saat Natal meski minuman beralkohol masih menjadi hidangan favorit keluarganya.

''Mereka hanya keluarga yang saya miliki, saya harus pelan-pelan juga memahamkan mereka tentang apa yang boleh saya makan dan tidak,'' kata Alana. Ia bersyukur perlahan-lahan orang tua mereka paham.
Ayah dan ibunya bahkan berhati-hati saat membeli makanan dan mengecek apakah makanan yang mereka beli halal atau tidak agar Alana bisa nyaman dan aman mengonsumsinya. 



Sabtu, 16 Agustus 2014

Alasan Ilmiah mengapa Islam Mengharamkan Konsumsi Daging Babi


Ajaran Islam mengharamkan umatnya mengkonsumsi daging babi dan atau memanfaatkan seluruh anggota tubuh babi. Berikut sepuluh alasan mengapa babi diharamkan.

1. Babi adalah container (tempat penampung) penyakit.
Beberapa bibit penyakit yang dibawa babi seperti Cacing pita (Taenia solium), Cacing spiral (Trichinella spiralis), Cacing tambang (Ancylostoma duodenale), Cacing paru (Paragonimus pulmonaris), Cacing usus (Fasciolopsis buski), Cacing Schistosoma (japonicum), Bakteri Tuberculosis (TBC), Bakteri kolera (Salmonella choleraesuis), Bakteri Brucellosis suis, Virus cacar (Small pox), Virus kudis (Scabies), Parasit protozoa Balantidium coli, Parasit protozoa Toxoplasma gondii.
2. Mengandung terlalu banyak lemak
Meskipun empuk dan terkesan lezat, namun karena banyak mengandung lemak, daging babi sulit dicerna. Akibatnya, nutrien (zat gizi) tidak dapat dimanfaatkan tubuh.

3. Tercemar kotoran dari urine

Menurut Prof. A.V. Nalbandov (Penulis buku : Adap-tif Physiology on Mammals and Birds) menyebutkan bahwa kantung urine (vesica urinaria) babi sering bocor, sehingga urine babi merembes ke dalam daging. Akibatnya, daging babi tercemar kotoran yang mestinya dibuang bersama urine.

4. Tengik

Lemak punggung (back fat) tebal dan mudah rusak oleh proses ransiditas oksidatif (tengik), tidak layak dikonsumsi manusia.

5. Paling doyan dijadikan Inang Virus/Penyakit

Babi merupakan carrier virus/penyakit Flu Burung (Avian influenza) dan Flu Babi (Swine Influenza). Di dalam tubuh babi, virus AI (H1N1 dan H2N1) yang semula tidak ganas bermutasi menjadi H1N1/H5N1 yang ganas/mematikan dan menular ke manusia.

6. Dapat menjadi media penularan penyakit

Menurut Prof Abdul Basith Muh. Sayid berbagai penyakit yang ditularkan babi seperti, pengerasan urat nadi, naiknya tekanan darah, nyeri dada yang mencekam (Angina pectoris), radang (nyeri) pada sendi-sendi tubuh.

7. Terkontaminasi cacing babi
Dr. Murad Hoffman (Doktor ahli & penulis dari Jerman) menulis bahwa Memakan babi yang terjangkiti cacing babi tidak hanya berbahaya, tapi juga menyebabkan peningkatan kolesterol tubuh dan memperlambat proses penguraian protein dalam tubuh. Ditambah cacing babi Mengakibatkan penyakit kanker usus, iritasi kulit, eksim, dan rheumatic serta virus-virus influenza yang berbahaya hidup dan berkembang di musim panas karena medium (dibawa oleh) babi.

8. Penyebab utama kanker anus

Penelitian ilmiah di Cina dan Swedia menyebutkan bahwa daging babi merupakan penyebab utama kanker anus dan usus besar.

9. Mengandung benih cacing pita

Dr Muhammad Abdul Khair (penulis buku : Ijtihaadaat fi at Tafsir Al Qur’an al Kariim) menuliskan bahwa daging babi mengandung benih-benih cacing pita dan Trachenea lolipia. Cacing tersebut berpindah kepada manusia yang mengkonsumsi daging babi.

10. DNA babi mirip dengan manusia
, sehingga sifat buruk babi dapat menular ke manusia. Beberapa sifat buruk babi seperti, Binatang paling rakus, kotor, dan jorok di kelasnya, Kemudian kerakusannya tidak tertandingi hewan lain, serta suka memakan bangkai dan kotorannya sendiri dan Kotoran manusia pun dimakannya. Sangat suka berada di tempat yang basah dan kotor. Untuk memuaskan sifat rakusnya, bila tidak ada lagi yang dimakan, ia muntahkan isi perutnya, lalu dimakan kembali. Lebih lanjut Kadang ia mengencingi pakannya terlebih dahulu sebelum dimakan.

Namun ada juga beberapa teman yang menyatakan bahwa mereka "baik-baik saja" walau mengkonsumsi babi sebagai makanan mereka, wallahu alam...kita mana tahu sesuatu sebelum sesuatu tersebut menunjukkan gejala atau akibatnya (kecuali memeriksakan diri secara intensif di dokter/laboratorium), saran saya...lebih baik menghindari daripada menyesal kemudian.

 
http://tajuddin-abubakar.blogspot.com/

Sungguh Maha Besar Allah yang melarang umatnya untuk melarang mengkonsumsi daging babi. di dalam Al-quran kurang dari 4 ayat berbeda yang melarang kita untuk mengkonsumsi daging babi yaitu dalam surat 2:173, 5:3, 6:145 dan 16:115.
 

"Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, " [Al-Qur'an 5:3] ayat-ayat Al Qur'an Di atas cukup untuk meyakinkani bagi Muslim mengapa babi diharamkan.


http://elfatrani.blogspot.com/2013/04/inilah-alasan-mengapa-daging-babi.html

 


Mantan Diplomat Jerman: Ada Tiga Hal yang Membuat Saya Masuk Islam


http://www.youtube.com/watch?feature=player_detailpage&v=bh8sAhExozg


Di kalangan cendikiawan Muslim nama Dr Murad Hoffmann bukan nama yang asing lagi. Mantan dubes Jerman yang pernah bertugas di Al-Jazair dan Maroko ini bukan hanya terkenal karena ia adalah seorang mualaf tapi juga karena buah pikirannya tentang Islam yang dituangkan dalam buku-buku yang sudah banyak diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Diantara buku-bukunya yang terkenal adalah “Diary of A German Muslim” dan “Journey to Islam” yang menceritakan bagaimana Hoffmann yang berasal dari keluarga Katolik memutuskan untuk menjadi seorang Muslim.

Meski demikian tak banyak yang mengetahui apa sebenarnya pengalaman batin yang dialaminya, yang mendasari keputusan besarnya untuk pindah agama dari seorang Katolik menjadi seorang Muslim. Menurut Doktor Murad, ada tiga hal yang menjadi faktor penentu atas keputusannya menjadi seorang Muslim.

Pertama, ketika ia menjadi dubes di Al-Jazair pada tahun 1962. Saat itu Al-Jazair sedang memperjuangkan kemerdekaannya dari Prancis. Prancis membuat kesepakatan dengan kelompok pejuang, jika mereka bersedia melakukan gencatan senjata maka Prancis akan menyerahkan kedaulatan Al-Jazair ke tangan mereka. Tapi orang-orang Prancis yang tinggal di Al-Jazair selalu melakukan provokasi agar para pejuang melakukan perlawanan sehingga Prancis bisa mencari alasan untuk menyalahkan kelompok pejuang kemerdekaan Al-Jazair.

Keteguhan para pejuang untuk tidak terpancing oleh provokasi membuat Doktor Murad kagum. “Saya sangat kagum dengan tingkat kedisiplinan mereka, yang membuat saya tertarik membaca Al-Quran untuk mencari tahu apa yang telah memberikan kekuatan yang begitu besar pada pejuang-pejuang Al-Jazair itu,” ujar Murad.

“Saya berpikir, saya sudah pindah agama meski belum secara resmi. Dan saat itulah saya berpikir untuk meninggalkan semua ideologi Kristen,” sambungnya.

Faktor yang kedua adalah seni Islami. Murad mengungkapkan, selain diplomat ia juga seorang kritikus tari ballet dan untuk itu ia sering berpergian, hampir 50 kali dalam satu tahun terutama ke AS untuk menyaksikan pertunjukan ballet dan mengkritisi pertunjukan-pertunjukan itu. “Sebagai seorang kritikus, saya harus punya standar-standar tertentu. Tapi semua standar itu tak berarti sama sekali buat saya ketika saya melihat produk seni Islam. Saya pertamakali menyaksikan hasil karya seni Islam di kota-kota Spanyol seperti Granada, Cordoba, Seville dan Andalusia,” papar Murad.

“Karya seni Islam menyentuh saya dengan cara yang tidak pernah saya rasakan terhadap karya seni lainnya,” sambung Murad.

Dan hal ketiga yang menjadi faktor penentu keputusannya memeluk Islam adalah setelah ia mengetahui bahwa semua filsuf-filsuf terbesar dan termashyur di dunia, semuanya adalah Muslim. “Ibnu Sina, Ibnu Khaldun, Al-Ghazali dan Ibnu Rush adalah beberapa diantaranya. Saya merasa kesal dengan diri saya sendiri, mengapa saya tidak mengetahui hal itu sebelumnya,” tutur Murad.

Beberapa filsuf terkenal, sambung Murad, pemikiran-pemikirannya sangat dipengaruhi oleh pemikiran Ibnu Khaldun yang menjadi pelopor ilmu sosiologi dan sejarawan pertama. “Satu orang penua dua bidang ilmu pengetahuan. Tetapi sosok Ibnu Khaldun tidak dikenal oleh masyakarat di Eropa sampai abad ke-20 meskipun sejumlah ilmuwan Eropa sudah mengenal sosok cendikiawan Muslim itu sejak abad ke-19,” tukasnya.

Pada tahun 1980, Departemen Luar Negeri Jerman memberikan “pembekalan” berupa pengetahuan tentang Islam pada calon-calon dubesnya yang akan ditugaskan ke negara-negara Muslim. Kebetulan momen itu bertepatan dengan hari ulang tahun putera Murad. “Saya pun bilang pada anak saya bahwa saya akan memberikan sesuatu namun bukan yang berhubungan dengan uang tapi berhubungan nilai-nilai yang luhur,” ungkap Murad.

“Saya pun mulai menulis semua hal yang menurut saya penting tentang apa yang saya temukan dalam Islam. Semuanya tertulis dalam 14 halaman,” sambungnya.

Murad lalu menunjukkan tulisannya pada Imam Muslim asal Dusseldorf yang memberikan pelatihan pada para diplomat Jerman itu. Keesokan harinya, imam tadi bertanya apakah Murad meyakini apa yang telah ditulisnya dan Murad menjawab “ya”.

“Jika kamu yakin, maka kamu adalah seorang Muslim,” kata Murad menirukan ucapan imam Muslim yang membaca tulisannya.

Murad kemudian mempublikasikan tulisannya itu dan disebarluaskan di pelosok Jerman. Ia secara resmi mengucapkan dua kalimat syahadat di Islamic Center Colonia pada bulan September 1980. Ia memberitahukan pada kementerian luar negeri Jerman tentang keislamannya dan menolak ditugaskan ke Israel atau Vatikan.

Sejak itu Murad rajin menulis buku-buku Islami. Buku pertamanya, “Diary of a German Muslim’” sudah dialihbahasakan ke berbagai bahasa di seluruh dunia. Sepanjang hidupnya sebagai Muslim, Murad yang beristerikan seorang Muslimah asal Turki sudah dua kali menunaikan ibadah haji dan lima kali berumrah.

Sekarang, Murad sudah berusia 78 tahun dan faktor usia membuatnya membatasi sejumlah aktivitas dan perjalanan ke luar negeri. Sedikitnya ada 13 buku yang ditulis Murad dan 250 artikel tinjauan buku yang ditulisnya untuk berbagai organisasi antara lain untuk lembaga studi Islam di Islamabad, American Journal of Islamic Social Science Studies di Virginia dan Muslim World Book Review di Inggris. (ln/readislam)

http://www.eramuslim.com/dakwah-mancanegara/mantan-diplomat-jerman-ada-tiga-hal-yang-membuat-saya-masuk-islam.htm

Minggu, 10 Agustus 2014

Tertarik dengan Kesederhanaan Berjilbab, Gadis Amerika Ini Jadi Mualaf


Saat berusia 16 tahun Latasha sangat taat dalam menjalankan perintah agamanya, sebagai seorang kristen. Namun semakin Latasha banyak membaca kitab agamanya itu, dia justru semakin tidak menemukan jawaban tentang berbagai pertanyaan yang ada di hatinya.


Bahkan untuk mendapat jawaban tentang keraguannya itu, Latasha bersekolah di sebuah sekolah khusus membahas kitab suci agamanya saat usianya menginjak 20 tahun.

Namun tetap saja dia merasa tidak menemukan jawaban. Semakin dia banyak belajar, malah makin banyak pertanyaan yang muncul. Akhirnya dia mengundurkan diri dari sekolah tersebut.

Satu malam, Latasha menyalakan TV dan menonton berita tentang Irak. Saat itu dia menyaksikan seorang perempuan berjilbab. Meski tertutup kain dari ujung kepala hingga kaki, perempuan di berita itu terlihat sederhana dan menurutnya itu sangat indah. Latasha tahu perempuan itu muslim tapi dia tidak tahu keyakinan macam apa yang dipeluk muslim.

Hal ini memicu minatnya untuk mengetahui jenis pakaian perempuan itu. Terbersit di hati Latasha untuk menjadi seperti perempuan itu yang terlihat saleh dan sederhana. Dari sinilah perjalanan Latasha mendapatkan hidayah Islam dimulai.

Dia pun segera mencari tahu tentang Muslim Woman Dress atau Muslim Woman Face Veil di internet. Dari sini, Latasha menemukan kata-kata seperti hijab dan niqab. Latasha pun rajin mencari-cari informasi mengenai hijab dan niqab namun dia belum menyelidiki tentang Islam.

Di satu sore saat tetangganya mengadakan acara, Latasha ikut bergabung. Dan entah bagaiamana, dia dan tetangganya itu terlibat dalam sebuah diskusi masalah agama.

Tetangganya itu mengatakan sungguh beruntung orang-orang Islam itu karena mereka berdoa hingga lima kali dalam sehari. Pasti Tuhan akan senang dengan mereka.
Latasha hanya mengangguk-angguk tanpa mengerti arah pembicaraa
n tetangganya itu. Namun dia segera berpamitan pulang dan segera mencari tahu tentang keyakinan seorang muslim itu. Latasha sangat kagum pada keyakinan muslim dan sepertinya itu sejalan dengan pencariannya selama ini.

Tapi Latasha masih belum bisa langsung memeluk Islam. Minggu-minggu berikutnya dia bolak-balik ke masjid terdekat yang berjarak 50 mil untuk meminta informasi mengenai Islam. Bahkan dia juga membaca tentang Islam mulai dari pagi-pagi melalui internet.

Setelah beberapa bulan meneliti dan membaca, Latasha memutuskan untuk memeluk Islam. Dia pergi kembali ke masjid dan mengucapkan dua kalimat syahadat.

Latasha mengatakan setelah menjadi muslim, sebuah kedamaian telah memasuki hati dan jiwanya yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya. [ra/islampos/onislam]

http://www.akhina.com/2014/08/tertarik-dengan-kesederhanaan-berjilbab_9.html

Kamis, 07 Agustus 2014

Believe it or Not? Ternyata Pelaku ‘Ini’ adalah Penyumbang Israel!


Sebuah fakta yang sangat mencengangkan saat kami mencoba menghitung kerugian yang ditimbulkan oleh kebiasaan merokok. Ternyata, kerugian merokok bukan hanya terkait masalah kesehatan, akan tetapi mencakup ekonomi, politik, agama dan seterusnya. Ceritanya bermula saat mengisi program spiritual training “Life Management” di salah satu ibu kota propinsi di Sumatera yang diikuti sekitar 200 peserta beberapa waktu lalu. Setelah acara pembukaan selesai dan acara training dimulai, tiba-tiba kami dikagetkan dengan suasana ruang yang full AC itu berubah menjadi panas dan sumpek. Penyebabnya tak lain adalah asap rokok yang menyembur dari mulut para peserta. Kami coba perhatikan setiap wajah peserta. Ternyata tak kurang dari 70% peserta asyik merokok, tanpa merasa bersalah. sedikitpun. Coba bayangkan berapa jumlah asap rokok yang diproduksi saat itu di dalam ruang tertutup full AC itu?

Setelah menyampaikan mukaddimah (pengantar) training yang akan memakan waktu dua hari dua malam tersebut, sejenak kami berhenti dan berfikir bagaimana cara menyetop mereka yang sedang menikmati nikotin yang sangat berbahaya itu. Bahayanya bukan hanya bagi kesehatan para pelakunya, akan tetapi, bagi para perokok pasif (yang tidak ikut merokok dan mencium asap rokok yang keluar dari rongga para perokok) akan lebih berbahaya lagi. Begitulah hasil penelitian para ahli kesehatan masa kini.

Awalnya kami merasa agak sulit menyetop mereka merokok, khususnya dalam ruang acara training, karena team training kami lupa mencantumpkan tidak boleh merokok dalam tatib acara selama training berlangsung.
Setelah merenung sejenak, timbul ide untuk mencari tips efektif untuk menyetop mereka merokok. Akhirnya terfikir untuk mengangkat dan memaparkan fakta negatif para perokok yang mungkin saja mereka belum mengetahui dan menyadarinya. Kami teringat pada email seorang sahabat terkait dengan fakta negatif bagi para perokok. Fakta tersebut bukan terkait dengan masalah kesehatan, akan tetapi terkait dengan ekses negetaif ekonomi dan politik yang ditimbulkan oleh prilaku buruk merokok. Karena mereka mayoritasnya para pegiat politik, kami yakin mereka akan antusias mendengarkan apa yang akan kami sampaikan.

Sebelum menyampaikan fakta-fakta tersebut kami memulainya dengan ungkapan, “Para hadirin yang dimuliakan Allah. Sebelum kita mulai acara spiritual training ini, ada masalah politik besar yang terjadi dalam ruangan ini yang akan menghambat acara ini, dan kemungkinan besar bisa gagal.” Mendengar ungkapan itu, mereka terlihat mulai serius dan menujukan pandangannya pada kami. Lalu, kami lanjutkan, “Masalah tersebut adalah ROKOK”. Hadirinpun terdiam. Lalu kami lanjutkan lagi, “Kalau masalah ini tidak bisa kita selesaikan, kami usulkan salah satu dari dua pilihan, kendati keduanya pahit; yaitu para peserta training yang ingin merokok silahkan di luar ruang ini. Atau, kalau para peserta tetap ingin merokok dalam ruang ini, kami akan keluar dari ruang ini, nanti setelah tidak ada lagi yang merokok baru kami masuk lagi ke ruang ini. Kalau ada yang merokok, kami akan keluar lagi, kendati yang merokok hanya satu orang.


 Namun, sebelum pilhan itu kita ambil, berikan kami waktu sejenak untuk menyampaikan beberapa fakta berikut terkait dengan bapak-bapak yang yang suka merokok. Adapun fakta-fakta yang dimaksudkan ialah :
  1. Total penduduk dunia 6.5 Milyar.
  2. Total Muslim dunia 1.3 Milyar.
  3. Total perokok di dunia 1.15 Milyar.
  4. Total Muslim yang merokok tidak kurang dari : 400 juta orang dan 140 juta orang adalah kaum Muslimin di Indonesia.
  5. Produser rokok terbesar di dunia adalah Phillip Morris.
  6. Donasi Phillip Morris kepada Israel adalah 12% dari profit yang mereka raih.
  7. Kalau kaum Muslimin yang merokok menghabiskan satu bungkus/hari, berarti mereka membakar 400 juta bungkus rokok/hari.
  8. Kalau harga rokok rata-rata $ 1.00/bungkus, berarti konsumsi mereka untuk rokok $ 400 juta/hari
  9. Kalau 50% kaum Muslimin yang merokok membeli produk Philip Morris, berarti mereka menghisap 200 juta bungkus rokok produk Philip Morris/hari.
  10. Total dana kaum Muslim yang masuk ke Morris sekitar $200 juta/hari
  11. Rata-rata keuntungan rokok produk Philip Morris : 10% /bungkus
  12. Berarti profit Philip Morris dari belanja rokok kaum Muslimin $ 20 juta/hari
  13. Dengan demikian, kamu Muslim yang merokok menyumbang ke Israel $ 2.4 juta/hari dan $ 28.8 juta/tahun atau $ 288 juta/10 tahun
Ini fakta terkait dengan sumbangan para hadirin dan kaum Muslilimin lain di dunia kepada negera Yahudi. Bayangkan, mereka membakar uang sebanyak $ 400 juta/hari, sambil merusak diri sendiri (kesehatan sendiri) serta menyumbang pula ke Israel. Padahal menurut para Mujahidin Palestina, untuk memerdekakan Palestina dan Masjid Aqsha dari penjajahan bangsa yahudi diperlukan dana $ 500 juta/tahun. Sedangkan Anda habiskan untuk belanja rokok saja $ 400 juta/hari, atau sekitar $ 4.8 Milyar / tahun? Apakah ini perbuatan yang bisa diterima akal sehat? Apakah perbuatan ini tidak akan memancing murka Allah?

Dana yang Anda habiskan untuk merokok akan lebih baik digunakan kepada hal-hal yang bermanfaat lainnya; di antaranya tabungan untuk menunaikan ibadah haji misalnya. Jika Anda menabung setiap hari senilai satu bungkus rokok, atau sekitar Rp 10,000 maka uang Anda akan terkumpul sebanyak Rp 300.000/bulan, atau sekitar Rp 3.6 juta pertahun. Dalam sepuluh tahun Anda akan mampu menunaikan ibadah Haji yang biayanya tahun ini hanya sekitar Rp 30 juta.

Kalau Anda merokok selam 30 tahun, berarti Anda mampu berangkat haji dan dengan dua orang anggota keluarga yang lain. Lalu Anda katakan, saya belum bisa menunaikan ibadah haji karena Allah belum memberi Anda rezki yang cukup. Faktanya adalah, Anda dengan sengaja membakar setiap hari sebagian rezki yang Allah berikan itu dan digunakan untuk merusak diri sendiri, orang-orang lain di sekitar Anda. Dan lebih miris lagi, secara tidak sadar Anda menyumbang kepada Israel yang sedang mencaplok tempat suci Anda sendiri dan setiap hari membunuh saudar-saudara Anda di Palestina? Believe it or Not? Anda percaya atau tidak? Mereka serempak menjawab, “Percaya!”

Setelah mendengarkan fakta-fakat tersebut, Alhamdulillah, para peserta sepakat untuk tidak merokok di dalam ruang training dan bahkan sebagian besarnya berjanji untuk meninggalkan rokok secara bertahap. Akhirnya training dapat berjalan dengan baik tanpa gangguan asap rokok para peserta sampai training selesai.

Pada acara penutupan training, tiba-tiba kami dikagetkan dengan lima orang peserta sebagai utusan para peserta training yang maju kedepan untuk menyampaikan pesan dan kesan selama mengikuti acara training. Yang menarik adalah, mereka bukan menyampaikan kritik, saran atau kesan. Melainkan membacakan sumpah dan komitmen untuk berhenti merokok selama-lamanya. Inilah hasil spiritual training yang nyata, kata mereka. Mereka mengaku, selama ini merokok karena belum mengetahui begitu besar mudarat yang ditimbulkan kebiasaan merokok, sambil mengatakan, “Sekarang saatnya kita bangun spiritual kita bebas dari rokok dan berhenti merokok adalah pintu masuk dunia spiritual yang lebih dalam dan lebih kongkrit”, ungkap mereka. Lalu, mereka meneriakkan takbir, “Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar”. Kamipun berucap dalam hati sambil terharu; Selamat berhenti merokok bapak-bapak. Semoga senantiasa mendapat ridha-Nya. Amin.

http://www.eramuslim.com/berita/tahukah-anda/believe-it-or-not.htm#.U-MTM2O1fIU