Senin, 29 September 2014

Dr. Jerald F. Dirks, Kepala Gereja Methodis yang Akhirnya Memilih Islam


“Kenangan di awal masa kecil saya adalah mendengar suara lonceng gereja sebagai panggilan misa pada hari Minggu pagi, di sebuah kota kecil dan terpencil tempat saya dibesarkan. Gereja Methodis itu sudah tua, bangunannya terbuat dari kayu, dilengkapi dengan menara yang diatasnya terdapat lonceng gereja. Jaraknya cuma dua blok dari rumah saya. Ketika lonceng gereja berbunyi, kami sekeluarga berangkat ke gereja untuk mengikuti misa setiap hari Minggu pagi,” Dr Jerald F. Dirks mengenang kembali masa kecilnya, mengawali kisahnya sebelum menjadi seorang muslim.

Di tahun 1950-an. gereja menjadi pusat kehidupan warga di kota-kota terpencil. Sejak kecil sampai kelas delapan, Dirks rutin mengikuti sekolah Alkitab yang diselenggarakan setiap bulan Juni, selama dua minggu. Ia juga tetap rajin datang ke gereja untuk mengikuti misa setiap Minggu pagi, dilanjutkan dengan sekolah Minggu. Dirks kecil mengumpulkan banyak pin sebagai tanda kerajinannya hadir setiap minggu dan mendapat sejumlah penghargaan karena mampu menghapal isi Alkitab.

Ketika Dirks duduk di bangku SMP, gereja Menthodis di kota tempatnya tinggal ditutup, sehingga ia dan keluarganya pindah ke gereja Methodis di kota lain yang terdekat. Gereja itu lebih besar sedikit dibandingkan gereja di kotanya. Pada masa itulah, Dirks mulai merasa terpanggil untuk menjadi pastor dan mulai memusatkan perhatiannya untuk mengabdi pada gereja.

Dirks yang mulai berangkat remaja aktif dalam organisasi Methodist Youth Fellowship, yang mengantarnya menjadi salah satu pengurus konferensi dan ketua distrik. “Saya juga menjadi ‘penceramah’ tetap dalam acara tahunan Youth Sunday,” kata Dirks.

Aktivitas khutbahnya mulai menarik perhatian masyarakat luas. Dirks memberikan khutbahnya di berbagai tempat, selain di gereja. Pada usia 17 tahun, ia sudah menjadi mahasiswa di Harvard College. Tekadnya menjadi pastor sudah bulat. Oleh sebab itu, ia juga mendaftarkan diri ke kursus perbandingan agama yang berlangsung selama dua semester. Pengajar kursus itu adalah Wilfred Cantwell Smith, yang memiliki spesifikasi sebagai pakar Islam.

“Selama kursus, saya tidak terlalu perhatian pada Islam dibandingkan perhatian saya pada agama lain, seperti Hindu dan Budha. Kedua agama yang saya sebut terakhir terlihat lebih mempengaruhi batin dan masih asing buat saya,” tutur Dirks.

“Sebaliknya, Islam terlihat mirip dengan agama Kristen yang saya anut. Karenanya, saya tidak terlalu konsentrasi penuh pada Islam. Tapi, saya masih ingat tugas karya tulis tentang konsep wahyu dalam Al-Quran. Untuk memenuhi tuntutan dan standar kursus yang ketat, saya berhasil menemukan sebuah perpustakaan dimana terdapat sekitar 12 buku tentang Islam, yang semuanya ditulis oleh penulis non-Muslim. Saya juga menemukan dua terjemahan berbeda dalam bahasa Inggris tentang arti Al-Quran,” sambung Dirks.

Di Harvard ia dijuluki “Hollis Scholar” karena Dirks menjadi salah satu calon mahasiswa teologi yang selalu diperhitungkan di akademinya. Ia lalu menjadi pastor muda di United Methodist Church, dan tak berapa lama kemudian mendapat lisensi sebagai pastor dari gereja tersebut.

Dirks lulus dari Harvard College tahun 1971. Ia lalu mendaftarkan diri ke Harvard Divinity School dan mendapat gelar Master of Divinity pada tahun 1974, setelah sebelumnya ditahbiskan masuk dalam jajaran kepastorang United Methodist Churc. Selama menyelesaikan pendidikan seminarinya, Dirks juga menyelesaikan program pendidikan untuk menjadi rohaniwan di Rumah Sakit Peter Bent Brigham di Boston. Setelah itu, ia bertugas sebagai pastor di dua gereja United Methodist di daerah terpencil di Kansas, selama beberapa tahun.

Menerima Islam

Dirks mulai berminat pada Islam setelah ia berkenalan dan berinteraksi dengan sejumlah orang Arab Amerika yang kebetulan muslim, untuk keperluan menerjemahkan dokumen-dokumen bahasa Arab, karena pada saat itu Dirks dan istrinya sedang melakukan riset tentang sejarah kuda Arab.

Kontak pertamanya adalah seorang muslim bernama Jamal pada suatu musim panas di tahun 1991. Untuk membantu menerjemahkan dokumen berbahasa Arab, Jamal datang ke rumah Dirks. Sore hari, ketika akan pulang, Jamal meminta izin menggunakan kamar mandi di rumah Dirks untuk berwudu karena sudah tiba waktu salat. Jamal lalu mengambil meminta lembaran koran yang digunakannya sebagai sajadah.

“Tanpa saya sadari, ketika itu Jamal sebenarnya sudah mempraktekkan dakwah. Ia tidak mengomentari fakta bahwa kami non-Muslim, dia tidak ceramah apapun tentang agamanya pada kami. Dia hanya memberi contoh pada kami,” ujar Dirks.

Hampir satu setengah tahun berinteraksi dengan Jamal. Jamal tidak pernah menceritakan apapun tentang Islam atau bertanya tentang agama Dirks. Sebaliknya, Dirks justru mulai belajar dari Jamal, bagaimana ia salat tepat waktu, bagaimana ia berperilaku dalam berbisnis maupun bersosialisasi, dan terutama cara Jamal berinteraksi dengan dua anaknya.

Lewat Jamal, Dirks mulai berkenalan dengan keluarga Arab muslim lainnya. Dirks memperhatikan bagaimana keluarga-keluarga muslim itu menerapkan etika yang menurut Dirks, lebih tinggi dibandingkan etika yang diterapkan oleh keluarga-keluarga Amerika.

Setelah menyaksikan sendiri bagaimana kehidupan keluarga muslim, tahun 1992, Dirks mulai menanyakan pada dirinya sendiri pertanyaan-pertanyaan yang serius, dimanakah ia dan apa yang ia lakukan. Desember 1992, Dirks mengakui bahwa ia tidak menemukan pertentangan antara keyakinan religiusnya dengan ajaran Islam. Dirks merasa siap untuk mengakui bahwa Tuhan itu Esa dan mengakui Nabi Muhammad Saw. Ia menyingkirkan buku-buku tentang Islam yang ditulis penulis non-Muslim dan mulai membaca terjemahan Al-Quran. Tapi ia masih ragu-ragu untuk membuat keputusan.

Bulan Maret 1993, Dirks dan istrinya liburan ke Timur Tengah. Waktu itu bertepatan dengan bulan Ramadan. Ia dan istrinya memutuskan untuk mencoba ikut berpuasa. Dirks bahkan ikut salat dengan teman-teman muslim yang baru ia kenal selama menikmati liburan itu.

Akhirnya, sekembalinya dari Timur Tengah, Dirks dan istrinya memutuskan untuk mengucapkan dua kalimat syahadat. Setelah menjadi muslim, Dirks memperdalam pengetahuannya tentang Islam antara lain di Universitas Islam Imam Muhammad Ibn Saud di Arab Saudi pada tahun 1998. Tahun 1999. Dirks menunaikan ibadah umrah dan haji.

Sekarang, Dirks yang dikenal dengan nama Islam “Abu Yahya” menjadi salah satu cendekiawan muslim yang banyak menulis artikel dan buku tentang keagamaan. Ia juga menjadi memberikan kuliah tentang Islam di beberapa perguruan tinggi di AS, serta aktif dalam organisasi muslim di AS seperti ISNA, ICNA dan MAS. (ln/WI)

http://muslimina.blogspot.com/2014/09/dr-jerald-f-dirks-kepala-gereja.html

Muallaf Ini Bantu 1.000 Warga Belgia Masuk Islam


Veronique Cools (25) adalah seorang muallaf Belgia yang telah membantu lebih dari 1.000 orang memeluk Islam dalam 8 tahun terakhir, demikian ungkap The Youth Group, sebuah perhimpunan pemuda Muslim Inggris.

Veronique sendiri menjadi muallaf pada usianya yang masih sangat muda setelah mempelajari Islam dari teman-teman Muslimnya dan mencari tahu lebih dalam tentangnya. Kini rumahnya menjadi tempat bagi umat Islam Belgia yang ingin belajar lebih banyak tentang Islam.

Ia mengatakan bahwa awalnya ia sendiri berhadapan dengan begitu banyak prasangka ketika ingin memeluk Islam. Namun akhirnya ia bahkan berhasil membantu keluarganya mengenal Islam. Sekarang seluruh keluarga dekatnya telah memeluk Islam.

“Adanya prasangka (terhadap Islam) adalah karena tidak diperkenalkannya Islam yang sesungguhnya secara benar,” kata Veronique. “Sebagai Muslim kita perlu untuk menjelaskan mengenai diri kita kepada masyarakat dengan jauh lebih baik.”

Tempat belajar Islam yang ia kelola kini memiliki lebih dari 1000 anggota, sebagian besar dari mereka adalah wanita Belgia, dan terbuka untuk 50.000 Muslim Belgia. (arrahmah.com)

http://www3.salam-online.com/2014/09/muallaf-ini-bantu-1-000-warga-belgia-masuk-islam.html


Mantan Ratu Kecantikan Belgia Memeluk Islam


Mantan kandidat Ratu Kecantikan Belgia, Lindsey Van Gele kini tak lagi menggunakan pakaian terbuka ketika keluar rumah. Ia yang mengikuti kompetisi 'ratu' di Belgia dua tahun lalu itu juga tak lagi memakan daging babi dan meminum alkohol.

Hal itu karena ia kini telah menjadi muslim setelah menikah dengan seorang pemain sepak bola. Tak hanya berpindah agama, Lindsey juga mengganti nama menjadi Aisha.

Dikutip dari Morocco World News, Lindsey sebenarnya telah memeluk agama Islam semenjak dua tahun lalu. Namun mahasiswi jurusan Komunikasi Manajemen Ghent University baru berani mengungkapkan saat ini.

Khususnya, dikutip dari Daily Mail ketika dia menikah dengan pemain sepakbola, Mamoutou N'Diaye. Pernikahan Lindsey dengan pemain yang sebenarnya berasal dari Mali itu telah berjalan empat tahun.

Berdasarkan wawancara dia dalam acara "Komen Eten Vier", tak ada yang berubah dalam kehidupannya. Hanya saja kini ia tak lagi memakan daging babi dan menenggak minuman beralkohol.

http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/14/09/28/nclx2n-alhamdulillah-mantan-ratu-kecantikan-belgia-memeluk-islam


Wawancara Lengkap Panjimas.com dengan Mantan Missionaris Soal Nikah Beda Agama


Berikut ini wawancara Panjimas.com selengkapnya dengan mantan missionaris, ustadz Bernard Abdul Jabbar saat ditemui Panjimas.com di Bekasi pada Selasa (9/9/2014), soal gugatan lima orang mahasiswa UI yang mengajukan judicial review ke Mahkamah Konstitusi (MK) terhadap UU Perkawinan dan soal keharaman nikah beda agama (NBA) yang oleh mereka hendak dilegalkan atau diminta disahkan.

PM : Gimana tangapan ustadz tentang gugatan lima orang mahasiswa UI berfaham liberal yang mengajukan judicial review ke Mahkamah Konstitusi (MK) soal UU Perkawinan soal keharaman nikah beda agama (NBA) yang oleh mereka hendak dilegalkan atau disahkan?

Ustadz Bernard : Yaa, ini adalah merupakan yang kesekian kalinya, kalau tidak salah sudah tiga kali mereka (orang-orang liberal –red) melakukan judicial review terhadap undang-undang (UU) yang pertama dulu adalah undang-undang (UU) tentang penodaaan dan penistaan agama nomor 1 tahun 1965, dan yang kedua tentang pelarangan jaksa agung yang melarang penjualan buku-buku penistaan agama yang kemudian umat Islam luput dari pengamatan terhadap itu sehingga akhirnya dikabulkan oleh MK, sementara undang-undang nomor 1 itu telah digagalkan oleh MK.

Dan yang hari ini, minggu-minggu ini menjadi berita yang sangat hangat yaitu mereka menggugat tentang perkawinan beda agama yang menggugat undang-undang yang kemudian sudah dibuat dan juga mengkritisi tentang fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang melarang adanya perkawinan beda agama. Dan inilah yang mereka lakukan itu, terutama mereka orang-orang dari kelompok-kelompok liberal yang menginginkan sesuatu kebebasan atas nama agama, HAM, hak asasi manusia dan ini menjadi satu yang mereka terus lakukan sampai nanti kapanpun kalau mereka punya celah, untuk kemudian mereka gugat ke MK dan ini menjadi satu yang umat Islam harus mewaspadai dan umat Islam harus juga mengawal akan apa yang mereka gugat.

Justru yang kita sayangkan ini, yang menggugat adalah mereka yang dari Fakultas Hukum (FH) dan juga alumni-alumni Universitas Indonesia (UI), dan bahkan salah satunya adalah mereka yang notabenya beragama Islam, yang berjilbab, dan ini yang kemudian mereka melakukan upaya untuk kemudian menggugat undang-undang tentang perkawinan beda agama itu.

PM : Menurut ustadz, tujuan dan hasil yang hendak dicapai oleh orang-orang liberal ini apakah ingin menghapus undang-undang perkawinan yang dibuat pemerintah atau fatwa MUI tentang keharaman nikah beda agama (NBA) itu?

Ustadz Bernard : Justru yang mereka targetkan bukan undang-undangnya sebenarnya. Justru yang sebenarnya ingin mereka lakukan itu adalah bagaimana MUI itu mencabut, mencabut dari fatwa yang sudah dilakukan semenjak tahun 2005, dimana ketika MUI kemudian melarang aliran-aliran liberal, SEPILIS (sekulerisme, pluralisme dan liberalisme –red) dan sebagainya, pluralisme dan sebagainya yang diharamkan oleh MUI dengan fatwanya dan ini juga yang sebenarnya ingin mereka kehendaki.

Kalau mereka mengubah dengan sesuatu bukan atas nama sebenarnya agama masing-masing, justru sebenarnya ini mereka selalu menyalahkan pemerintah dan dalam hal ini adalah memang Majelis Ulama Indonesia (MUI), itu yang sebenarnya mereka kehendaki.

Padahal kalau kita lihat perkawinan beda agama inipun dilarang semua agama apapun juga tidak diperbolehkan, baik itu Hindu, Budha, kemudian Kristen, apalagi Islam yang sudah jelas mayoritas penduduknya beragama Islam itu tentunya mengikuti apa yang menjadi aturan agamanya dan memgikuti perundang-undangan yang dibuat pemerintah, dan ini menjadi satu hal yang kemudian mereka gugat sampai mereka ini berhasil.

Sebenarnya gugatan mereka ini bukan ditujukan kepada mereka yang kemudian melakukan perkawinan beda agama, tapi justru ini akan menargetkan bagaimana MUI ini merevisi ataupun mencabut kembali fatwa yang sudah dibuat, sebagaimana juga undang-undang tentang perkawinan tahun 1974 yang sudah lama, yang mana undang-undang 1974 itu juga melarang perkawinan beda agama.

Dan ini menjadi satu hal yang saya melihat ini ada upaya-upaya penggembosan oleh orang-orang liberal terhadap Islam itu sendiri, menyerang kepada institusi-institusi pemerintahan yang notabenya dimiliki oleh umat Islam, terutama dan khususnya adalah Majelis Ulama Indonesia (MUI).

PM : Ustadz tadi mengatakan bahwa perkawinan beda agama ini sebenarnya tidak dibenarkan oleh semua agama, apalagi Islam. Tapi Senin (8/9/2014) malam kemarin tokoh JIL, Ulil Abshar Abdalla dalam salah satu acara talk show di TV One mengatakan bahwa nikah beda agama (NBA) itu ada dalilnya dalam Islam, yakni surat Al Maa-idah (5) ayat 5. Bahkan dalam kesempatan tersebut Ulil dengan sangat berani dan provokatif mengatakan bahwa MUI lebih liberal daripada kalangan yang disebut kelompok liberal. Bagaimana menurut ustadz?

Ustadz Bernard : Ulil itu melihat sesuatu dalil yang kemudian salah. Artinya penafsiran Ulil ini dalam kapasitas penafsiran secara harfiah, tetapi tidak melihat penafsiran secara tafsiriyahnya. Padahal dalam surat Al Maa-idah yang dikatakan oleh Ulil membolehkan menikahi para wanita ahli kitab, itu ada pada ketika suatu negara memberlakukan hukum-hukum Islam dan syari’at Islam ditegakkan disitu dan ini yang kemudian menjaga apa yang menjadi agama bagi orang lain, yang kemudian ini dijaga dan kemudian ini menjadi kehormatan mereka.

Justru inilah yang kemudian Ulil mengatakan dari ayat ini, bahwasanya MUI itu salah menafsirkan dan MUI ini menjadi liberal daripada yang liberal, dan ini pernyataan yang sangat bodoh kalau saya mengatakan. Pernyataan yang kemudian tidak berdasar kepada penafsiran secara tafsiriyah tetapi ini adalah akal-akalnya Ulil sendiri yang kemudian menyatakan seperti itu.

Dan Ulil menyatakan pula dalam debat di TV One itu, bahwa apa yang dikatakan didalam perkawinan beda agama ini adalah merupakan hak asasi manusia. Dan ini yang kemudian menjadikan seharusnya negara mentolerir siapa-siapa yang kemudian melakukan upaya-upaya mereka yang melakukan perkawinan beda agama.

Dan ini nanti akan merambah kemana-mana, kalau ini nanti dikabulkan oleh MK. Boleh dilakukannya kawin beda agama, kawin boleh perempuan dengan perempuan, kawin laki-laki dengan laki-laki, ataupun nanti bisa saja manusia kawin dengan makhluq yang lainnya, dan ini menjadi satu hal yang sudah sangat rusak ya, pemikiran-pemikiran bathil dan merusak masyarakat, pemikiran bathil yang dikembangkan oleh mereka, dan memang dasarnya mereka itu tidak kuat baik dalil aqliyah ataupun qoth’iyahnya tentang Al Qur’an tidak bisa seperti itu dan ini menjadi satu upaya orang-orang liberal, terutama kelompok-kelompok yang mereka ingin menjegal syari’at Islam dan kemudian ingin menegakkan agama baru menurut mereka sebagai tameng untuk melakukannya.

PM : Ustadz tadi mengatakan kalau seumpama gugatan UU Perkawinan beda agama ini disahkan di MK, maka bisa saja kedepannya orang-orang liberal ini akan mengajukan UU tentang bolehnya manusia menikah dengan makhluq lain. Yang dimaksud menikah dengan makhluq lain ini gimana ustadz? Apakah perkawinan manusia dengan binatang seperti yang sudah terjadi di Amerika?

Ustadz Bernard : Yaa seperti di Amerika itu, manusia kawin dengan anjing, manusia kawin dengan monyet, manusia kawin dengan apapun binatang itu dan inikan sudah menjadi suatu hal yang rusak yang menyalahi daripada kodrat manusia.

Sebagai manusia bahwa, manusia inikan laqod kholaqnal insana fie ahsani taqwim, manusia ini diciptakan dalam bentuk kesempurnaan yang sangat luar biasa, yang melebihi daripada makhluq-makhluq yang lainnya. Nah kalau sampai nantinya merekapun akan meminta dan mengabulkan undang-undang dibolehkannya makhluq yang namanya manusia kawin dengan makhluq yang lainnya, seperti binatang itukan, manusia yang kata Allah kedudukannya, kal an’aam balhum adhol inikan ya sudah menjadi terbukti sekali, bahwa manusia ini apa bedanya dengan binatang.

Bahwa kemuliaan manusia itukan terletak diantara penciptaannya yang sangat luar biasa, kemudian diberikan akal pemikiran. Kalau manusia sudah seperti itu yaa apa bedanya kemudian orang-orang liberal itu dengan binatang seperti itu, gak ada bedanya menurut saya.

PM : Terakhir ustadz, apa yang akan dilakukan oleh ustadz dan Forum Umat Islam (FUI) terkait gugatan semacam ini? Dan apa pula saran ustadz kepada umat Islam?

Ustadz Bernard : Yaa kita di Forum Umat Islam (FUI) tentunya akan senantiasa mengawal, kemudian mengawasi, bahkan kemudian juga akan mungkin turut hadir dan ikut dalam persidangan-persidangan yang digelar di MK dan ini umat Islam harus mengawal.

Jangan sampai kemarin karena umat Islam tidak diberitau adanya upaya untuk menggugat tentang undang-undang yang memperbolekan menjual buku-buku yang menistakan agama, dan ini jangan sampai yang kedua kalinya kita kecolongan kembali.

Maka dari Forum Umat Islam (FUI) memberikan masukan kepada seluruh umat Islam, maka saat ini kita harus bersatu padu untuk kemudian menjegal langkah-langkah orang-orang yang tidak suka terhadap Islam, terutama kaum liberal yang mereka sangat pintar mencari celah-celah bagaimana kemudian mereka bisa menjatuhkan kemudian melakukan upaya untuk menjadikan Islam ini sebagai sesuatu yang diragukan ole umatnya sendiri. Jangan sampai ini terjadi.

Maka, kita harus tetap mengawal persidangannya, tetap mengawasi dan menjaga, dan kalau bisa nanti kita laporkan mereka itu oang-orang yang melakukan upaya-upaya penistaan agama ini kepada pihak aparat kepolisian untuk diproses lebih lanjut lagi. Dan hal semacam itu sudah kita lakukan, pengawalan terhadap undang-undang PPNS nomor 1 tahun 1965 dan hal itu sudah kita kawal terus dan yang kemarin kita juga kecolongan karena kita dari ormas-ormas Islam tidak diberitau.

Makanya untuk pihak MK, jaksa agung atau pihak-pihak terkait hendaknya selalu melibatkan ormas-ormas Islam ini sebagai pihak terkait, untuk kemudian mengawasi jalannya persidangan dan itu yang harus kita harapkan da lakukan kedepannya seperti itu. [GA]

http://panjimas.com/news/2014/09/16/wawancara-lengkap-panjimas-com-dengan-mantan-missionaris-soal-nikah-beda-agama/



Terkesan Dengan Persahabatan Mahasiswa Saudi, Warga Inggris Akhirnya Memeluk Islam


Sebuah tindakan kebaikan yang sederhana dapat berujung pada keajaiban. Ini adalah kisah nyata seorang warga Inggris yang akhirnya memeluk Islam, setelah ia melihat kebaikan akhlaq umat Islam.

Kisah nyata ini ditulis oleh Abdullah Omar Khayat, seorang kolumnis Saudi. Kisah berawal dari seorang pasien rumah sakit di Brighton Inggris. Pasien ini adalah mahasiswa Arab Saudi yang mendapat beasiswa di Inggris. Saat ia dirawat di rumah sakit itulah, kedua temannya mahasiswa asal Saudi secara rutin menjenguknya di rumah sakit.

Mahasiswa Saudi yang tidak disebutkan namanya itu dirawat di rumah sakit karena mengalami kecelakaan. “Dalam bangsal kami ada tiga orang. Selain saya ada David (yang akhirnya menjadi mualaf) dan Allen. Saya dirawat selama 17 hari di rumah sakit. Sementara David sudah keluar dari rumah sakit lima hari sebelum saya keluar,” tutur mahasiswa itu seperti diceritakan kembali oleh Khayat.

Mahasiswa Saudi itu sering ditelfon oleh teman-temannya. Ia juga sering dikunjungi teman-temannya saat di rumah sakit. Ada yang membawakan bunga, juga memberi bantuan berupa uang untuk biaya rumah sakit. “David dan Allen melihat saya begitu dimanjakan dengan kasih sayang, sementara mereka tidak pernah dikunjungi sama sekali saat dirawat,” katanya.

Ketika David sudah dinyatakan sembuh, ia lalu meminta alamat tempat tinggal mahasiswa Saudi itu sebelum meninggalkan rumah sakit. Beberapa hari kemudian, mahasiswa Saudi itu menerima surat dari David.

“Dalam surat tersebut, David menulis bahwa ia sangat terkesan dengan cara teman-teman saya memperlakukan saya ketika dirawat di rumah sakit. Mereka memperlihatkan bantuan yang luar biasa kepada saya.”

David menulis: “Anda mengatakan kepada saya, bahwa mereka (teman-teman mahasiswa Saudi) melakukan hal tersebut (membantu teman) karena ajaran Islam. Hal itu mendorong saya untuk belajar lebih banyak tentang agama besar ini (Islam).”

Setelah itu, David mulai belajar Islam dan kemudian memeluk Islam. Subhanallah.

Jumlah warga Inggris yang masuk Islam terhitung hampir dua kali lipat dalam dekade terakhir ini. Sebuah penelitian oleh peneliti antar agama “Faith Matters” menunjukkan angka mencapai 100.000 mualaf di Inggris, dimana setiap tahunnya terhadap 5000 mualaf.

“Laporan ini berdasarkan angka sensus, data dari otoritas lokal dan polling yang diambil dari masjid-masjid,” kata Fiyaz Mughal, direktur Faith Matters.

http://panjimas.com/inspirasi/muallaf/2014/09/19/terkesan-dengan-persahabatan-mahasiswa-saudi-warga-inggris-akhirnya-memeluk-islam/
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=979738178719774&set=a.112005575493043.15397.100000508029878&type=1

Sabtu, 27 September 2014

Nikah Beda Agama = Zina Seumur Hidup


Topik tentang pernikahan beda agama di Indonesia saat ini kembali mencuat. Hal ini terjadi setelah adanya gugatan UU Pernikahan yang menuntut kepastian nasib pasangan beda agama yang dilakukan oleh Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Indonesia Anbar Jayadi bersama empat temannya yang juga alumni FH UI yaitu Damian Agata Yuvens, Rangga Sujud Widigda, Varida Megawati Simarmata, dan Lutfi Sahputra ke Mahkamah Konstitusi (MK).


Dia menafsirkan dari pasal 2 ayat 1 UU No. 1/1974 yang berisi “Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaan itu,” telah menyebabkan ketidakpastian hukum bagi pasangan yang akan menikah beda agama di Indonesia (Metrotvnews.com, 6/9/2014). Padahal, pasal tersebut bermakna bahwa negara kita tidak mewadahi dan tidak mengakui perkawinan beda agama (meskipun pengantin laki-laki beragama Islam).

Islam tegas memandang masalah ini. Seorang wanita Muslim haram menikah dengan laki-laki non Muslim. Begitu pun sebaliknya, laki-laki Muslim juga tidak dibolehkan menikah dengan wanita musyrik (seperti Hindu, Budah, Konghucu dan lainnya). Dasar hukumnya tercantum di dalam Al Qur’an Surat Al Baqarah ayat 221 disebutkan: “Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang Mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu.Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita Mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang Mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka. sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.”

Jika seorang wanita Muslim menikah dengan laki-laki non Muslim, status pernikahannya tidak sah dan dipandang sebuagai zina seumur hidup karena gerbang awalnya (baca : aqad pernikahan) sudah jelas tidak sah. Hal buruk lain yang mengikuti pernikahan beda agama adalah rusaknya nasab (garis keturunan) sang anak dengan orangtuanya. Jika ibunya Muslim sedangkan ayahnya non Muslim maka terputuslah hak perwalian dan hak waris dari ayah tersebut kepada anaknya. Ini adalah hal yang sangat mengkhawatirkan dan meresahkan. Pernikahan beda agama dipastikan tidak akan mungkin mewujudkan keluarga sakinah sebagal tujuan utama dilaksanakannya pernikahan. Bukankah kita tidak menginginkan umat Muslim ini mengalami lost generation karena garis nasab yang berantakan? Relakah generasi penerus kita akan melakukan zina seumur hidupnya? Na’udzubillahi mindzalika.
Emma Lucya Fitrianty
Jl. Imam Bonjol 263 RT.04 RW.02 Desa Sukorejo Kec. Gurah Kab. Kediri Prov. Jawa Timur


Selasa, 23 September 2014

Kisah Nyata: Aisyah Membungkam Ustadz Syiah Medan


Kisah Aisyah ini terjadi pada hari Senin (15/09/2014) di kota Medan, sebelum dia pergi ke masjid untuk mengisi kajian ibu-ibu dekat rumah, dia menyempatkan untuk mampir dulu ke rumah sepupu karena ingin mengambil kitab Fiqih Sunnah yang beberapa hari lalu dipinjamkan kepada sepupunya karena Aisyah akan membawanya ke pengajian.


Ternyata di rumah sepupunya sedang ada tamu yang penampilannya sangat islami, Kemudian Aisyah bertanya kepada sepupunya.

Siapa mereka?
Sepupunya menjawab: Mereka itu temanku sewaktu SMA.

Kemudian Aisyah memuji penampilan mereka yang sangat islami,
dia berkata: nah begitu dong kamu seharusnya, pakai pakaian yang tertutup (jilbab besar).
Sepupunya menimpali: Tapi pemahaman mereka beda dengan pemahamanmu yang kau ajarkan padaku Aisyah.

Aisyah pun bertanya: Memang bagaimana perbedaannya?
Sepupunya menjawab: Lebih baik kau bicara sendiri dengan mereka.

Aisyah menjawab: Tapi aku sedang ada pengajian.
Sepupunya berkata: Sebentar saja, setidaknya kau bisa mengetahui perbedaan pemahamanmu dengan mereka.

Baiklah kata Aisyah.
Kemudian Aisyah ikut duduk di ruang tamu dengan mereka dan mengucapkan salam.
Setelah ngobrol beberapa waktu, Aisyah sudah bisa memastikan bahwa mereka ini adalah wanita-wanita Syiah.

Lalu Aisyah beranikan diri untuk bertanya,: Kalian syiah?
Si tamu pun menjawab: Benar.

Aisyah berkata: Subhanallah, sungguh indah penampilan wanita-wanita Syiah.
Si tamu pun tertawa ringan dan berkata: Terima kasih tapi memang beginilah kami di ajarkan dan kami kemari pun dengan tujuan mengajak teman kami ini (sepupu Aisyah) untuk ikut dalam pengajian kami. Jika mbak Aisyah ingin ikut juga, mari sama-sama.

Aisyah menjawab: Aisyah tertarik sekali ukht, tapi Aisyah sekarang sedang ada keperluan. Bagaimana kalau nanti malam kalian sempatkan datang ke rumah Aisyah untuk mendakwahi Aisyah dan keluarga Aisyah tentang ajaran yang kalian anut, apa kalian punya waktu?

Si tamu pun berkata: Tentu, tentu kami akan datang.
Aisyah mengatakan: Alhamdulillah, nanti Husna (sepupunya) akan menemani kalian, rumah Aisyah dekat dari sini kok.

Kemudian Aisyah pamit, sepupunya mengantarkan ke depan pagar dan bertanya: Aku gak ngerti aisyah, untuk apa kami ke rumahmu?
Aisyah menjawab: Nanti kau akan tau Husna

Sepupunya membalas: Duh syah, jangan gitu, bilang aja..
Aisyah: Mereka sedang berniat untuk mensyiahkanmu Husna, sementara sudah pernah kukatakan bahwa Syiah itu jauh dari Islam.
Maka nanti malam in sya Allah kita yang akan mengembalikan pemahaman mereka ke pemahaman yang benar, in sya Allah.

Setelah selesai shalat Isya' beberapa menit kemudian datanglah mereka ke rumah Aisyah. Tapi Aisyah melihat mereka bersama seorang lelaki dan penampilannya juga luar biasa islaminya, berjubah putih dan imamah hitam.

Aisyah senyum saja dan sudah tau bahwa ini lah orang yang akan mereka andalkan dalam mendakwahi Aisyah sekeluarga.
Wanita-wanita itu memberi salam dan Aisyah menjawab salam mereka dengan senyum tapi Aisyah tidak langsung mempersilahkan mereka masuk rumah.
Aisyah berkata: afwan ukht, tunggu dulu, sebelum masuk rumah, Aisyah harus minta izin dulu pada mahram Aisyah, sebab kalian membawa seorang lelaki.
Mereka mengangguk saja dan tersenyum manis.

Aisyah bertanya pada abangnya: Bang, apakah laki-laki ini boleh masuk?
Abang Aisyah menjawab: Boleh.. biar abang yang menemani kalian.
Kemudian masuklah mereka semua, dan memperkenalkan laki-laki yang ada bersama mereka, ternyata benar bahwa laki-laki itu yang membimbing mereka dan yang mengisi dakwah di pengajian mereka.

Singkat cerita, setelah basa basi selama 3-4 menit maka dakwah mereka pun di mulai.
Salah seorang tamu tadi bertanya: Mbak Aisyah nama lengkapnya siapa?
Aisyah menjawab: Aisyah bintu Umar al Muhsin bin Abdul Rahman Salsabila, kenapa ya ukht?
Si tamu: Wow panjang juga ya hehe.. oh enggak hanya kami ingin memanggil mbak dengan nama yang lain, bagaimana jika kami panggil dengan Salsa saja?

Aisyah sudah menyadari bahwa mereka tidak akan suka dengan nama Aisyah, sebab serupa dengan nama istri Rasulullah, dan mereka sangat benci kepada ummul mukminin Aisyah.. na'udzu billah min dzalik.
Aisyah pun tersemnyum dan berkata: Boleh juga, tapi boleh tau alasannya apa ya ukht?
Si tamu: Kami tidak menyukai nama itu sebab .......... (dia cerita cukup panjang dan intinya menjelek-njelekkan ummul mukminin Aisyah).

Tiba-tiba si laki-laki (ustadz Syiah) yang mereka ajak itu angkat suara.
Ustadz Syiah itu berkata: Aisyah itu adalah pendusta dan pezina, semoga Allah membakarnya di neraka.
Mendengar ucapan orang bodoh ini mata Aisyah spontan tertutup dan hati aisyah terasa bergetar.. kemudian Aisyah menundukkan kepala dan mengucap istighfar, dan memohon pada Allah agar dikuatkan mendengar fitnah keji dari mulut-mulut yang masih jahil, kemudian setelah tenang, Aisyah angkat kepala dan senyum pada mereka dan membuat situasi seolah-olah Aisyah tidak tau tentang hal itu.

Aisyah berkata: Masya Allah, benarkah begitu ustadz?
Ustadz Syiah menjawab: Benar, dialah penyebab wafatnya rasulullah, dia yang meracuni rasulullah hingga wafat.. semoga laknat selalu menyertainya.

Air mata aisyah menetes mendengar ucapan orang ini, dalam hatinya bagai tersayat-sayat.. seorang ibu dihina di depan anak-anaknya, rasanya ingin melemparkan gelas ini ke wajahnya. Aisyah pun melihat abangnya sudah mengenggam kedua tangannya dan menahan amarah. Namun sebelumnya Aisyah sudah mengiingatkan kepada abangnya bahwa diskusi ini tentu akan membuat hati panas.

Aisyah pun menimpali: Astaghfirullah, sehebat itukah fitnahnya?
Si tamu wanita menjawab: Kok fitnah mbak? itu nyatanya, nih kami bawa kitab tafsir Al Ayyasyi (kitab Syiah) didalamnya terdapat bukti, bahkan Abdullah bin Abbas mengatakan Aisyah adalah seorang pelacur, ini ada kitabnya.

Dia keluarkan kitab tapi Aisyah lupa nama kitabnya, ma'rifat rijal kalau Aisyah tidak salah ingat.
dan Aisyah melihat memang isinya benar seperti yang mereka ucapkan.
Singkat cerita, mereka terus menghina Aisyah dan para sahabat, sampai telinga ini seperti sudah bengkak.

Akhirnya Aisyah tidak tahan dan berkata pada mereka: Sebentar ustadz, Aisyah mau ambil kitab Syiah punya Aisyah, ada yang ingin Aisyah tanyakan mengenai isinya.
Ustadz Syiah menjawab: Silahkan.

Aisyah sudah siapkan satu soal yang akan menunjukkan jati diri mereka, apakah mereka orang yang cerdas atau cuma bisa ngomong besar.
Dan pertanyaan ini juga pernah ditanyakan oleh syaikh Adnan kepada seorang syaikh Syiah, tapi syaikh Syiah malah bingung menjawabnya.

Aisyah berkata sambil menyodorkan kitabnya: Nih dia kitabnya.
Ustadz Syiah: Oh saya juga punya itu, Al Ghaibah, kebetulan saya bawa hehe.
Aisyah berkata: Oh iya, kebetulan..
Si tamu wanita berkata: Hehe, Allah memudahkan urusan kita hari ini.
Aisyah tersenyum ringan melihat tingkah laku mereka.
Aisyah berkata: Begini ustadz, di dalam kitab ini disebutkan tentang beberapa wasiat rasul kepada imam ali, benarkah ini ustadz?
Ustadz Syiah: Halaman berapa?
Aisyah: 150 no 111
Ustadz Syiah: Sebentar saya lihat. Ya, benar, lalu apa yang ingin ditanyakan dari wasiat yg mulia ini?
Aisyah: Masih berlakukah wasiat ini ustadz?
Ustazd Syiah: Tentu, sampai hari kiamat.
Aisyah: Di dalam kitab ini rasul berwasiat
"Yaa 'Aliy anta washiyyi 'ala ahli baiti hayyihim wa mayyitihim wa 'ala nisa-i. fa man tsabbattuha laqiyatniy ghadan, wa man tholaqtuha fa ana bari’un minha".
Ustadz Syiah hanya bergumam
Aisyah: Benarkah ini ustadz?
Ustadz Syiah: Bagaimana kamu mengartikan kalimat wasiat itu.
Aisyah: Isi wasiat ini adalah
"wahai 'Ali engkau adalah washiy ahlul baitku (penjaga ahlul baitku) baik mereka yang masih hidup maupun yg sudah wafat, dan juga ISTRI-ISTRIKU. Siapa diantara mereka yang aku pertahankan, maka dia akan berjumpa denganku kelak. Dan barang siapa yang aku ceraikan, maka aku berlepas diri darinya, ia tidak akan melihatku dan aku tidak akan melihatnya di padang mahsyar."
Benarkah ini ustadz?
Ustadz Syiah: Benar ini wasiatnya.
Aisyah: Yang ingin saya tanyakan, apakah Aisyah istri Rasulullah itu pernah dicerai oleh Rasulullah?
Ustadz Syiah begumam dan berkata: Tidak..
Aisyah: Apakah Aisyah di pertahankan Rasulullah sampai Rasulullah wafat?
Ustadz Syiah: Ya benar.
Aisyah: Lalu kenapa tadi ustadz bilang Aisyah itu masuk neraka sedangkan dalam wasiat ini Aisyah tergolong orang yang masuk surga??
Ustadz Syiah: Bukan seperti itu maksud dari wasiat ini mbak Salsa.
Aisyah tersenyum melihat tingkah si ustadz dan Aisyah melirik kedua wanita syiah tadi yang mulai hilang senyumannya.

Aisyah: Entahlah ustadz tapi inilah isi dari kitab Syiah dan ini adalah wasiat dari Rasulullah, berarti wasiat ini tidak lagi dianggap oleh orang Syiah sendiri ya ustadz?
Ustadz Syiah: Oooh tidak begitu tapi,, tapi bukan begitu cara menafsirkannya.
Dan akhirnya dia menjelaskan tentang penafsirannya tapi sedikitpun tidak masuk akal bahkan kedua wanita syiah itu sendiri pun terlihat bingung mendengar penjelasan si Ustadz Syiah.

Abang Aisyah pun berkata: Ustadz, saya tidak faham dengan penjelasan antum, mohon diulangi ustadz.
Ustadz Syiah tersebut mulai gelisah.
Ustadz Syiah: Begini, intinya hadits wasiat ini dinilai oleh ahli ilmu hadits Syiah dan tentunya berdasarkan ilmu hadits Syiah adalah lemah sekali bahkan sampai derajat palsu.
Aisyah berkata dalam hati: Wah ini ustadz mulai aneh. tadi katanya wasiat ini masih berlaku sampai hari kiamat, sekarzng menyatakannya sebagai hadits palsu.
Aisyah diam beberapa saat memikirkan bagaimana cara membuat orang ini terdiam dan malu karena pendapatnya sendiri.

Aisyah berkata dalam hati: Wah ini ustadz mulai aneh. tadi katanya wasiat ini masih berlaku sampai hari kiamat, sekarang menyatakannya sebagai hadits palsu.
Aisyah diam beberapa saat memikirkan bagaimana cara membuat orang ini terdiam dan malu karena pendapatnya sendiri.
Aisyah: Sudah-sudah, cukup, mungkin ini terlalu rumit pertanyaannya, nih ada pertanyaan lagi ustadz.

Seperti yang pernah saya dengar bahwa Syiah menganggap bahwa Ali lah yg seharusnya menjadi khalifah setelah wafatnya Rasulullah, apakah benar?
Ustadz Syiah: Ya benar sekali, tapi Abu Bakar rakus akan kekuasaan sampai-sampai dia berbuat kezaliman dan makar yang besar, diikuti pula oleh Umar dan Utsman.
Aisyah: Apakah ada dalil yang menunjukkan Ali sebagai orang yang dipilih Rasul menjadi khalifah sesudah wafatnya beliau?

Ustadz Syiah: Tentu ada, hadits Ghadir Khum , ketika Nabi sedang menunaikan haji wada' disertai beberapa orang sahabat besar, Nabi berkata kepada Buraidah: "Hai Buraidah barangsiapa menganggap aku sebagai pemimpinnya, maka terimalah Ali sebagai pemimpin..”
Aisyah: Ustadz, kalau saya tidak mengamalkan dan sengaja menolak apa yang diperintahkan Nabi, kira-kira apa hukuman buat saya ustadz?
Ustadz Syiah: Mbak Salsabila bisa dihukumi kafir karena mendustakan Nabi.
Aisyah: Astaghfirullah, berarti imam Ali pun telah kafir dalam hal ini ustadz, sebab dia tidak mengindahkan perintah Nabi, jika memang ini dalil yang menunjukkan Ali sebagai khalifah, bahkan imam Ali membai'at Abu Bakar, maka Abu Bakar pun di hukumi kafir, begitu juga Umar, dan semua sahabat yang menyaksikan ketika itu semuanya kafir, sebab yang menjadi pesan Rasul adalah man kuntu maulahu fa 'Aliyyun maulahu, siapa menganggap aku sebagai pemimpinnya, maka terimalah Ali sebagai pemimpin.
Benarkah begitu ustadz? Atau haditsnya palsu juga?
Ustadz Syiah: Hmmmm.. Haditsnya shahih.. tapi bukan begitu juga maksudnya.
Aisyah: Tapi tunggu ustadz, sebelum ustadz jelaskan maksudnya saya pengen tanya lagi biar kelar. Apakah setelah imam Ali yang akan menjadi khalifah adalah anaknya Al Hasan?
Ustadz Syiah: Ya benar sekali, tidak bisa dipungkiri.
Aisyah: Ada dalilnya? Shahih apa tidak?
Ustadz: Ada, shahih jiddan (sekali).
Aisyah: Bagaimana bunyinya?
Ustadz Syiah: Wahai Ali engkau adalah khalifahku untuk umatku sepeninggalku, maka jika telah dekat kewafatanmu maka serahkanlah kepada anakku Al Hasan,,
hadits ini cukup panjang menjelaskan tentang 12 imam.
Aisyah: Ustadz coba lihat kembali kitab Al Ghaibah yang berisi tentang wasiat Rasul tadi. Tidakkah isinya sama dengan yg baru saja ustadz sebutkan?
Ustadz Syiah: Sebentar.. oh iya sama.
Aisyah: Bukankah tadi saat kita membahas tentang keberadaan Aisyah di sorga, ustadz katakan hadits ini palsu?, tapi sekarang saat membahas tentang dalil kekhalifahan Ali dan Hasan malah ustadz berbalik mengatakan hadits ini shahih jiddan???
Ustadz Syiah pun diam seribu bahasa. Aisyah melihat raut ustadz berubah dari biasanya, mau senyum tapi tanggung, mau pulang tapi malu.
Aisyah: Ustadz, saya pernah dengar dari teman-teman saya bahwa Syiah itu suka bertaqiyah. Apakah ini bagian dari taqiyah itu?

Abang Aisyah: Hahahaha.. ustadz, akuilah bahwa Aisyah radhiyallahu 'anha adalah penghuni surga, Abu bakar adalah khalifah pertama, Umar kedua, Utsman ketiga,dan Ali keempat,
kita semua mencintai ahlul bait ustadz, Ali juga setia kepada kepemimpinan Abu bakar, Umar dan Utsman. Dan Ali sangat mencintai ketiga sahabatnya, bahkan sampai-sampai nama anak-anak Ali dari istrinya yang lain (selain Fathimah) diberi nama Abu Bakar, Umar & Utsman ... Apakah ustadz mau menafikan itu semua?
Ustadz Syiah: Hmmmmm.. sebaiknya kami pulang saja.
Aisyah: Tunggu ustadz, ustadz belum menjawab pertanyaan kami.
Ustadz Syiah: Sepertinya kalian sudah tau semua.
Aisyah: Oh berarti ustadz mengakui kebenaran ini?
Ustadz Syiah: Allahu a'lam, saya permisi dulu.
Husna (sepupu Aisyah): Bagaimana dengan kalian(kedua wanita syiah)?
Salah satu dari wanita Syiah angkat bicara: "Saya akan kembali lagi besok kesini dan saya harap Husna mau menemani saya"
Ustadz Syiah: Baiklah kalau begitu kalian tinggal disini dan saya pamit.
Wassalamu 'alaikum..
Kami: Wa'alaikumussalam warahmatullah.
Selesai. (iz)

Sumber: Status FB Aisyah Salsabila


Sabtu, 20 September 2014

Justin Peyton: Berita Media AS Tentang Islam dan Muslim tak Benar

ilustrasi
REPUBLIKA.CO.ID,  Justin Peyton hanya mengenal agama terbatas pada perayaan Natal. Selebihnya, apa yang ia tahu soal agamanya hanyalah berbuat baik.

"Keluarga saya tidak pernah ke gereja. Tapi keluarga menekankan pada toleransi, rasa hormat terhadap keyakinan berbeda. Inilah yang nantinya membawa saya pada Islam," kata dia seperti dilansir onislam.net, Jumat (19/9).

Suatu hari, Justin dikejutkan satu peristiwa besar, yakni tragedi 9/11.  Media massa AS saat itu banyak memberitakan tentang Islam dan Muslim. Justin terheran-heran dengan pemberitaan itu. Apa yang dipaparkan media AS kala itu menurut Justin tidak benar.

"Saya punya sahabat seorang Muslim. Saya juga punya tetangga Muslim di Philadelphia. Itu tidak benar," kenang dia.

Selanjutnya, Justin terdorong untuk meneliti tentang Islam dan Muslim. Ia merasa perlu melakukan itu dengan harapan dapat menemukan fakta yang benar. Bermodalkan pengalaman berinteraksi dengan Muslim, Justin coba mencari pembanding lain, yakni internet.

"Saat itu, rujukan yang saya baca adalah laman yang khusus diperuntukan bagi kalangan non-Muslim," kenangnya.

Di laman itu, Justin menemukan banyak informasi, seperti misal shalat, puasa, haji dan sebagainya. Laman itu juga memuat informasi tentang keluarga, pernikahan dalam islam dan mualaf. Merasa belum cukup mendapatkan informasi yang dibutuhkan, Justin memutuskan membeli Alquran terjemaah bahasa Inggris.

"Saya baca Alquran. Saya temukan banyak hal logis yang menarik," kata dia.

Setelah beberapa bulan, justin memberanikan diri untuk menyambangi masjid. Awalnya, Justin kesulitan mencari masjid, namun berbekal informasi yang diperoleh dari tetangganya yang Muslim, ia menemukan sebuah masjid berjarak 45 mil dari rumahnya.

Di sana, Justin berdiskusi dengan jamaah masjid tersebut.  Pada kunjungan kedua, Justin semakin yakin bahwa Islam adalah kebenaran. Saat itu juga ia memutuskan untuk mengucapkan dua kalimat syahadat. Sejak itu, intensitas kunjungan Justin ke masjid semakin meningkat.

Sebelum tragedi 9/11, Justin ingin bergabung dalam militer. Jadi, dua bulan setelah menjadi Muslim, Justin diterima masuk korps Marinir. Selama menjalani dinas militer, Justin kesulitan mendalami ajaran Islam. Ini yang membuatnya tidak betah. Memang, dia masih bisa melaksanakan shalat dan berpuasa, tetapi ia merasa ada yang kurang.

Tahun 2007, Justin menyelesaikan dinas militernya. Ia kembali ke Philadelphia untuk menjadi anggota pengurus masjid. Dari masjid itu, ia dirujuk pada Dewan Hubungan Amerika -Islam (CAIR). Di sana, ia menjadi aktivis pembela hak minoritas Muslim.

"Dua tahun menjadi bagian dari komunitas Muslim Philadelphia dan CAIR merupakan hal yang luar biasa. Ini memacu saya untuk lebih dan lebih mendalami ajaran Islam," ucapnya.

http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/mualaf/14/09/19/nc50tg-justin-peyton-berita-media-as-tentang-islam-dan-muslim-tak-benar

 

Jumat, 12 September 2014

Imam Agung Ortodoks Rusia: Masa Depan Milik Umat Islam


Imam Agung Ortodoks Rusia Dmitri Smirnov mengatakan, masa depan milik umat Islam. Ia memuji umat Islam yang suka menawarkan bantuan kepada orang membutuhkan tanpa memungut imbalan, tidak seperti orang-orang Kristen di Rusia.

“Bahkan, saat mereka merayakan Hari Raya, orang-orang merendahkan diri memasuki tanah-tanah lapang (di Moskow). Puluhan ribu pemuda Muslim bersujud menyembah Tuhan,” kata Imam Agung, dilansir World Bulletin, Rabu (10/9/2014).

“Di mana Anda bisa melihat banyak orang Ortodoks? Anda tidak dapat melihat mereka di mana saja, kapan saja,” tambahnya.

Komentar Imam Agung ini disampaikan saat ia berbagi pengalaman dengan seorang wanita tua di jemaatnya.

Menurut wanita itu, pengemudi (taksi) Muslim ketika membawanya ke gereja tidak pernah meminta uang. Sebaliknya pengemudi Kristen tidak pernah ketinggalan dalam urusan uang.

“Seorang anak tidak mau meminta uang dari ibu, terutama jika dia akan berdoa,” kata Imam Agung, mengutip ucapan pengemudi Muslim.

Ia menambahkan, sebaliknya pengemudi Kristen mengatakan, “Ini adalah pekerjaan saya.”

“Seorang (pengemudi) Muslim akan membawa Anda ke Paskah atau apa pun lebih dekat dengan Mesias (Yesus Kristus), dibanding orang Kristen yang hanya menginginkan uang,” kata Smirnov kepada jemaatnya, “karena sopir Kristen tidak memiliki belas kasih, kasihan, atau kebaikan dalam hatinya.”

“Seorang Muslim tidak tertarik mengambil manfaat dari wanita tua. Sebaliknya, orang Muslim bersedia mengantarkan ke mana saja, membawanya ke penatu, membayarkan tagihannya, membawanya ke pasar, membawakan tasnya ke keluar atau ke lift (jika wanita itu seorang diri),” katanya.

Smirnov melanjutkan dengan mengatakan, “Untuk alasan ini, masa depan akan menjadi milik umat Islam. Masa depan adalah milik mereka. Mereka yang akan menguasai tanah ini, karena orang-orang Kristen saat ini tidak membutuhkan hal-hal ini.”

Islam saat ini agama terbesar kedua di Rusia dengan sekitar sekitar 15 persen dari 145 juta populasi yang didominasi Ortodoks.

Federasi Rusia adalah rumah bagi sekitar 23 juta Muslim di utara Kaukasus, di Chechnya, Ingushetia, dan Dagestan.*

Rep: Insan Kamil

http://www.hidayatullah.com/berita/internasional/read/2014/09/11/29220/imam-agung-ortodoks-rusia-masa-depan-milik-umat-islam.html

Menjadi Muslim Berakhlak Mulia

oleh: Shalih Hasyim


SESUNGGUHNYA kemuliaan akhlak itu terwujud dengan membersihkan jiwa dari sifat-sifat rendah lagi tercela dan menghiasinya dengan sifat-sifat terpuji. Salah satu simpul kemuliaan adalah: kamu tetap menyambung hubungan dengan orang yang memutuskan hubungan denganmu, memberikan kebaikan kepada orang yang tidak mau berbuat baik kepadamu, dan memaafkan kesalahan orang lain yang menzalimi dirimu.

Akhlak yang mulia memiliki berbagai keutamaan. Ia merupakan bentuk pelaksanaan perintah Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dengan akhlak yang mulia juga, seorang akan terbebas dari pengaruh negatif tindakan jelek orang lain. Dengan kemuliaan akhlak pula seorang akan memperoleh ketinggian derajat.

Inputnya Tauhid , Outputnya Akhlak Mulia

Seorang doktor bidang aqidah bertanya kepada Syeikh Dr. Umar Al Asyqor guru besar ilmu aqidah: ” Wahai Syeikh, saya sudah mencapai gelar akademik tertinggi dalam ilmu aqidah, namun saya belum merasakan dalamnya aqidah ini tertanam di hati dan jiwaku”.

Maka Syeikh Umar Al Asyqor menjawab: “Pertanyaan itu sudah pernah ditanyakan oleh Sywikhul Islam Ibnul Qoyyim Al Jauziyyah kepada gurunya Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah. Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah menjawab: “Apa yang engkau pelajari hanyalah kaidah-kaidah (rumusan-rumusan) dalam masalah aqidah, sedangkan jika engkau ingin merasakan dalamnya aqidah tertanam di dalam hati dan jiwamu, maka hayati dan resapilah kandungan Al-Qur’an.”

Khalifah Umar Bin Abdul Aziz berkata:
إِنَّ لِلإِيمَانِ فَرَائِضَ وَشَرَائِعَ وَحُدُودًا وَسُنَنًا ، فَمَنِ اسْتَكْمَلَهَا اسْتَكْمَلَ الإِيمَانَ ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَكْمِلْهَا لَمْ يَسْتَكْمِلِ الإِيمَانَ

“Sesungguhnya iman memiliki kewajiban-kewajiban, batasan dan aturan serta sunnah-sunnah, barangsiapa menyempurnakannya maka sempurnalah imannya dan barangsiapa tidak menyempurnakannya maka tidak sempurna pula imannya.” (HR. Bukhari)

إِنَّمَا يُؤْمِنُ بِآيَاتِنَا الَّذِينَ إِذَا ذُكِّرُوا بِهَا خَرُّوا سُجَّداً وَسَبَّحُوا بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُونَ

“Sesungguhnya orang yang benar-benar beriman kepada ayat ayat Kami adalah mereka yang apabila diperingatkan dengan ayat-ayat itu mereka segera bersujud seraya bertasbih dan memuji Rabbnya, dan lagi pula mereka tidaklah sombong. Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya (karena sholat tahjjud) dan mereka selalu berdoa kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap, serta mereka menafkahkan apa apa rezki yang Kami berikan.” (QS As Sajdah (32) : 15).
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ
الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ
وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ
وَالَّذِينَ هُمْ لِلزَّكَاةِ فَاعِلُونَ
وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ

“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam sembahyangnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya.” (QS. Al Mukminun (23) : 1-5).

Banyak orang menyangka bahwa akhlakul karimah tidak ada sangkut pautnya dengan tauhid atau aqidah, sehingga seseorang yang sudah belajar tauhid tidak sedikit pun merasa risih untuk mengeluarkan sumpah serapah atau kata-kata kotor kepada saudaranya sesama muslim. Ia demikian fasih memaki-maki saudaranya hanya karena perbedaan pemahaman aliran keagamaan, sebagaimana fasihnya dalam membaca Al-Quran. Padahal tauhid adalah inti iman dan dalam banyak hadits Rasulullah Shollallohu ‘alihi wa sallama selalu mengaitkannya dengan adab dan akhlak. Bahkan Allah Azza wa jalla pun menjadikan amal shalih sebagai bukti keimanan seseorang.

وَالْعَصْرِ
إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ
إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS Al Ashr (103) : 1 – 3)

Ucapan kita, pandangan kita, pendengaran kita bahkan desiran hati kita adalah bukti/refleksi dari iman dan tauhid kita.
Beliau Shollallohu ‘alihi wa sallama bersabda :

الإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الإِيمَانِ

“Iman itu ada 70 atau 60 cabang, yang paling utama adalah ucapan Laa Ilaaha IllaLlah sedangkan yang paling rendah adalah menyingkirkan duri dari jalanan. Dan rasa malu merupakan bagian dari iman.” (HR. Muslim).
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْراً أَوْ لِيَصْمُتْ

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia berkata yang baik atau diam saja.” (Muttafaq Alaih).

Siapakah orang yang bangkrut itu ?
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لاَ دِرْهَمَ لَهُ وَلاَ مَتَاعَ فَقَالَ إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاَةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا

وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّار

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya : “Tahukah kalian siapakah orang yang bangkrut ( pailit ) itu ?” Mereka (para sahabat ) menjawab : “Orang yang pailit di antara kita adalah orang yang tidak mempunyai uang dan harta”. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menerangkan : “Orang yang pailit dari ummatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan (pahala) shalat, puasa dan zakatnya, namun dia datang dan (dahulu di dunianya) dia telah mencela si ini, menuduh (berzina) si itu, memakan harta si ini, menumpahkan darah si itu dan telah memukul orang lain (dengan tidak hak ), maka si ini diberikan kepadanya kebaikan orang yang membawa banyak pahala ini, dan si itu diberikan sedemikian juga, sehingga ketika kebaikannya sudah habis sebelum dia melunasi segala dosanya (kepada orang lain), maka kesalahan orang yang dizhalimi di dunia itu dibebankan kepadanya, kemudian dia dilemparkan ke api neraka.” (HR. Muslim).

Kita sering dengar istilah dalam komputer; Garbage In Garbage Out (jika sampah yang dimasukkan sampah pula yang keluar). Begitu pula iman dan akhlak manusia.

Jika seseorang telah mempelajari ilmu tauhid (tentang keimanan) namun tidak tercermin padanya kemuliaan akhlak dan adabnya, pasti ada sesuatu yang salah padanya.*

http://www.hidayatullah.com/kajian/tazkiyatun-nafs/read/2014/09/07/28878/menjadi-muslim-berakhlak-mulia.html

“Dengan Hijab Aku Kini lebih Bebas”


Elisabeth memutuskan masuk Islam pada tanggal 28 Januari 2012. Menurutnya ini adalah keputusan terbaik yang pernah dibuatnya. [baca berita sebelumnya: Pernah Merasakan Hidup Menyebalkan, Kini Ia Optimis Menjalani Bersama Islam]

Bahkan kata-kata tidak bisa menjelaskan betapa besarnya ketenangan dan kenyamanan yang dia rasakan di hari ketika ia mengucapkan Dua Kalimah Syahadat.

“Aku mengucapkan kalimat ‘Tidak ada Tuhan kecuali Allah dan Muhammad adalah Utusan-Nya’. Tubuhku serasa bergetar oleh sebuah kesadaran spiritual yang begitu besar.

Aku tenggelam dalam air mata kebahagiaan. Akhirnya aku menemukan apa yang sudah kurindukan selama bertahun-tahun. Aku merasa baru lagi dan tidak hilang harapan.

Pertama kalinya dalam hidupku, aku merasa begitu optimis. Masa lalu hanyalah kenangan. Sekarang keadaan sudah lebih baik”, jelasnya dengan senang.

Sekarang Elisabeth merasa layak untuk meraih kehidupan yang lebih baik.

Saat itu, Elisabeth mulai berteman dengan banyak Muslimah di komunitas. Dia mulai merasakan sebuah rasa saling memiliki dengan teman-teman satu komunitasnya. Kini banyak orang di luar sana yang mencintai dan menghormatinya, bahkan mereka yang baru mengenal Elisabeth. Dia merasa senang karena dia memiliki sebuah keluarga baru, keluarga besar Muslim.

Dia mulai merasakan rasa kasih sayang yang mereka tunjukkan terhadap dirinya. Kapanpun Elisabeth membutuhkan bantuan dalam memahami Islam atau jika ia ingin berbincang-bincang, selalu ada seorang Muslim untuknya dan mereka bersedia membantu menumbuhkan semangatnya.

“Betapa beruntungnya aku. Aku sangat bersyukur mendapatkan kesempatan seperi ini. Tentu saja, Allah Subhanahu Wata’ala-lah yang menemukanku dan membimbingku. Alhamdulillah. Alhamdulillah Allahu Akbar! Allah Maha Besar, aku tidak mempunyai keraguan tentang itu”, tegasnya bahagia seperti dikutip laman TDS.

Setelah kepindahannya kepada Islam, dia mulai merasakan tingginya spiritual yang ia rasakan. Ia merasa begitu terdorong, bersemangat dan senang dengan kehidupan baru yang sedang dijalaninya.

Hijab membuatnya dihargai

Saat itu di hari yang sama, Elisabeth mulai mengenakan hijab, dan merasa begitu bebas. Ia tidak memikirkan lagi tren dan gaya berbusana yang dianut sebelumnya. Kini ia merasa bebas, sangat bebas. Hijab telah merubah hidupnya. Itu membuatnya malu sekaligus mengingatkannya setiap hari bahwa ia memiliki tanggung jawab yang besar.

“Suatu hari aku melewati sebuah kerumunan anak muda. Aku melihat mereka beranjak kesamping membuat sebuah jalan kecil yang sempurna untuk membiarkanku lewat. Beberapa dari mereka berhenti mengobrol, dan lainnya sibuk menyembunyikan rokok mereka di belakang punggungnya. Aku berjalan menuju terminal bus dan seorang tua tersenyum kepadaku seraya membukakan pintu untukku. Orang-orang berpikir baik tentangku dan mereka menunjukkan rasa hormat yang tinggi”, tukasnya.

Sekarang ia memiliki reputasi yang baik setelah sekian lama bekerja keras dan belajar. Kini Elisabeth mulai berubah. Beberapa bulan kemudian, ia sudah bisa berdoa dalam bahasa Arab dan merasa sangat dekat dengan Allah Subhanahu Wata’ala.

Setelah itu, kepedihan dan kesedihan yang ia rasakan ketika masa kanak-kanak sirna. Hatinya lega. Dirinya hampir tidak percaya bisa melupakan semua tentang kesedihan dan kemarahannya. Kebencian yang ada dalam hatinya kini terhapus oleh rasa cinta dan pengampunan.

Dia hanya ingin meminta maaf kepada keluarganya dan ingin agar keluarganya tidak berlarut-larut dalam penderitaan. Ia ingat firman Allah dalam Al-Qur’an yang mengatakan bahwa Allah tidak akan mengubah kondisi suatu kaum jika mereka tidak berusaha merubah kondisi mereka. Adalah hal yang sangat sulit ketika ia harus menjelaskan tentang keindahan Islam kepada keluarganya agar mereka mendapatkan yang terbaik. “Mereka harus tahu bagaimana aku merasakan kedamaian dalam Islam”, tegasnya. Ia merasa harus menjelaskan tentang agama yang indah ini, dan ini bukanlah suatu hal yang mudah. Ia memulainya dengan memberikan buku-buku Islam kepada ibu dan saudara-saudaranya. Tutur kata yang halus adalah caranya menunjukkan Islam kepadanya melalui tindakan dan perbuatan. Saat itu ibunya mulai lebih mencintainya dan sekarang ibunya dekat dengan Elisabeth karena merasa nyaman akan nasehat-nasehat Elisabeth.

Suatu hari adiknya memintanya untuk mengenakan hijab, dan dengan senang hati Elisabeth pun mengenakan hijab untuk adiknya itu. “Aku heran jika aku kini bisa menjadi seperti mu,” ujar adiknya.

Elisabeth pun menangis terharu. Kadang ia ingat ketika merasakan hal yang sama saat ia membandingkan dirinya dengan para Muslim Sejak Lahir. Ia merasa tidak akan bisa seperti mereka.

“Dengan pertolongan Allah kamu bisa menjadi apa pun yang kamu mau. Sandarkanlah hatimu dan pikiranmu kepada-Nya”, balas Elisabeth terhadap pernyataan adiknya. Adiknya menatap Elisabeth terharu seolah dia tidak pernah mendengarkan kata-kata seperti itu sebelumnya. Keadaan keluarganya sekarang lebih baik, dan Elisabeth pun terus melanjutkan dakwah terhadap mereka. Sedikit demi sedikit, dia mulai merasakan perubahan dalam kehidupan mereka. Mereka selalu tertarik dan penasaran tentang Islam, Dia berharap keluarganya bisa memeluk Islam dengan sepenuhnya. “Doakanlah keluargaku agar mereka selalu berada dalam bimbingan-Nya. Aku tumbuh terus-menerus di dalam Islam, dan setiap hari keimananku semakin kuat, Insya Allah,” harapnya. Kadang ia bangkit kadang ia jatuh, tapi ia menyadari bahwa hal itu adalah bagian dari keyakinan. Yang terpenting baginya adalah tidak mudah menyerah dan selalu mencobanya.

“Aku berharap semua mualaf yang membaca kisah ini akan menemukan ketenteraman dan harapan. Kita tidak pernah sendiri. Allah selalu bersama kita. Bahkan di tempat tergelap pun, bisa saja muncul orang beriman dan bijaksana. Kita semua mempunyai kesempatan untuk sukses. Tidaklah penting tentang siapa diri kita atau dari mana asal kita, karena dengan pertolongan-Nya kita bisa sukses. Mungkin ini akan lebih sulit bagi seorang mualaf dibandingkan dengan Muslim Sejak Lahir yang mempunyai keberuntungan tertentu. Semakin besar usahanya, semakin besar pula yang akan didapatkan. Itu sangatlah bergantung kepada seberapa besar atau seberapa jauh keinginan yang hendak kita capai. Tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah. Dengan izin-Nya, kita bisa saja berubah. Hidupku sudah berubah dan aku sangat bersyukur terhadap setiap hal yang Dia berikan kepadaku. Jika bukan karena jasa mereka, aku bukanlah aku yang sekarang ini. Alhamdulillah,” pesannya untuk yang lain.*/ Darda Muhammad Firdaus Sofyan

http://www.hidayatullah.com/feature/cermin/read/2014/09/12/29335/dengan-hijab-aku-kini-lebih-bebas.html



Pernah Merasakan Hidup Menyebalkan, Kini Ia Optimis Menjalani Bersama Islam

Sebut saja Elisabeth. Awalnya ia dikenal sebagai wanita yang banyak bicara. Meski selalu ceria dan suka bersenang-senang dan suka berteman dengan banyak orang. Karena itu banyak orang merasa nyaman berada di sekitarnya, begitupun sebaliknya. Di sisi lain, ia juga dikenal “menyebalkan”.

Elisabeth berasal dari keluarga yang berantakan, monoton, tidak ada aturan, dan tidak ada keharmonisan. Dia dan saudara-saudara perempuannya bisa melakukan segalanya dengan bebas dan seolah tidak ada yang peduli terhadapnya. “Aku biasa bepergian berminggu-minggu, bolos sekolah, dan bahkan tidak pulang ke rumah,” kenangnya sebelum mengenal Islam.

“Ketika aku pulang, tidak seorang pun menanyakan dari mana atau apa yang telah aku lakukan”. Dia bisa saja melakukan segala hal yang ia inginkan dan orangtuanya pun tidak pernah menghukum atau melarangnya sekalipun. Itu hanyalah kebingungan dan penderitaan yang dirasakannya selama bertahun-tahun.

Ayah Elisabeth adalah seorang alkoholik dan ibunya adalah pecandu obat-obatan.

“Aku dan saudara perempuanku menjalani kehidupan masing-masing, dan tidak tahu tentang hal itu sebelumnya. Kesedihan datang seolah-olah itu adalah hal biasa. Aku berpikir bahwa hidup ini benar-benar menyebalkan,” sesalnya.

Dia ingat ketika hampir setiap malam ayahnya selalu berteriak-teriak dan mnejadi kasar. Ibunya selalu menangis. Dia selalu ingat semua lubang-lubang yang ada di dinding dan setiap luka memar yang ada di muka ibunya karena perbuatan ayahnya.

“Bagaimana aku bisa melupakan hal seperti itu?” terangnya dengan sedih.

Ketiga adik kecilnya hanya bisa berdiam diri di tengah pertengkaran yang tak terhindarkan itu. Mereka hanya bisa menangis sebagai permintaan kepada ayahnya agar dia berhenti melukai ibu mereka. Kejadian seperti itu hanyalah trauma yang dipikul oleh anak-anak mereka. Elisabeth mulai memikirkan apa yang telah keluarganya tinggalkan. Yaitu kepatuhan kepada Tuhan.

“Seberapa besarkah perbedaan yang akan aku rasakan jika aku dibesarkan dengan agama?”, itulah pertanyaan yang selalu ada dalam pikirannya.

Suatu hari ketika ayahnya masih tidur. Ibunya bergegas mengemasi barangnya dan membawanya bersama saudara-saudara perempuannya pergi.

“Kami keluar rumah dengan terburu-buru dan berlari melewati jalanan dengan kaki-kaki telanjangku. Aku menggenggam tangan kakakku dengan kencang dan menanyakan tentang kemana kita akan pergi. Dia menjawab bahwa kami akan meninggalkan rumah. Aku sangat sedih dan bingung karena aku tidak mau meninggalkan ayah. Aku tidak tahu jika aku tidak akan pernah lagi bertemu dengannya.”

Perjalanannya meninggalkan rumah berakhir di tempat perlindungan wanita. Dan tidak lama setelah itu, Elisabeth menemui dan berbincang dengan ayahnya di balik jendela kaca tebal dinding penjara. Kehidupan terasa sangat sulit baginya. Dia beserta saudara-saudara perempuannya dan ibunya berpindah-pindah dari satu tempat perlindungan ke tempat perlindungan lainnya, sampai akhirnya mereka bergabung dengan sekelompok orang yang berpenghasilan rendah.

Dia baru menyadari bahwa di sana banyak orang-orang yang mempunyai masalah yang sama seperti masalah keluarganya. Banyak anak-anak yang hilang dan bingung karena orangtua mereka gagal dalam kehidupan bermasyarakat.

Orang-orang di sana hidup dalam dosa-dosa dan tanpa ada rasa malu sedikitpun. Adalah suatu hal yang legal untuk hidup dengan cara haram di sana. Dan Kanada, cenderung mentolerir cara hidup seperti itu.

Elisabeth menyadari bahwa hidupnya di Kanada akan lebih baik jika mengimplementasikan kepatuhan kepada Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Mencari perhatian dan rasa kasih sayang dari figur seorang ayah di tempat yang salah membawanya kepada kepedihan dan kesalahan yang mendalam.

Karena itu, tangisannya setiap malam membuatnya jarang tidur. Namun dari situ pulalah datang rasa damai dari tetesan-tetesan air matanya. Dia menyadari betapa indahnya “tangisan jujur” yang datang dari hatinya yang sedang kacau itu.

“Haruskah kita meninggalkan masa lalu dan memulai hidup baru dengan cara berbeda? Bagaimana aku memulai kehidupan yang bahkan aku tidak pernah tahu tentangnya? Seberapa sulit perjalanannya? Setelah bertahun-tahun hidup dengan cara haram, rasanya tidak mungkin bagiku untuk meninggalkan gaya hidup lamaku itu. Aku begitu sedih, tapi kesedihan itu adalah sebuah perasaan dari kebutuhan yang begitu mendalam, sebuah hasrat yang besar untuk berserah diri kepada Allah Subhanahu Wata’ala”, kenangnya seperti dikutip laman TDS.

Sejak Kenal Islam hidupnya lebih baik

Dia mulai menyadari bahwa hanya Tuhan lah yang dapat menolongnya, dan tanpa Tuhan, hidupnya tidaklah berarti apa-apa. Perjalanannya begitu panjang untuk dijalani ketika ia belum benar-benar mengenal Tuhan. Dia bahkan tidak tahu dari mana dan bagaimana cara memulainya.

Suatu malam dia menangis dihadapan Allah dan berdo’a, “Ya Allah Yang Maha Pemberi dan Maha Pemurah, Aku telah salah dalam menjalani hidup, dan hanya Engkaulah yang dapat membantuku. Aku mohon ya Allah. Aku mohon, mohon, dan mohon tolonglah aku! Hilangkanlah kesusahan ini dalam hidupku dan tunjukkanlah kepadaku sesuatu yang harus aku lakukan.”

Semenjak mengenal Islam, hidupnya perlahan lebih baik dari waktu ke waktu.

“Aku tenggelam dalam air mata kebahagiaan. Akhirnya aku menemukan apa yang sudah kurindukan selama bertahun-tahun. Aku merasa baru lagi dan tidak hilang harapan,” ujarnya…..baca sambungannya “Dengan Hijab Aku Kini lebih Bebas”..*/Darda Muhammad Firdaus Sofyan

http://www.hidayatullah.com/feature/cermin/read/2014/09/12/29323/pernah-merasakan-hidup-menyebalkan-kini-ia-optimis-menjalani-bersama-islam.html



Minggu, 07 September 2014

Kisah Politisi Penolak Menara Masjid di Swiss Masuk Islam

Dalam perjalanan usahanya itu, Streich justru mulai menemukan pencerahan. Dia setuju dengan isi Alquran dan mengakui bahwa Kitab Suci agama Islam itu benar.
Dream - Politisi Swiss Daniel Streich, yang sebelumnya menjadi penentang terdepan pembangunan menara masjid di negaranya, kini telah memeluk Islam.

Daniel Streich adalah seorang anggota Partai Rakyat Swiss (SVP) di Swiss. Sebagai politisi yang berpengaruh, Streich memimpin penggalangan dukungan untuk menolak pembangunan menara di masjid di Swiss.

Dia aktif dalam membangun sentimen anti-Muslim di seluruh Swiss. Kampanye yang terus-menerus tersebut menyebabkan Streich diberi jabatan tingkat tinggi di Angkatan Bersenjata Swiss.

Streich adalah tokoh penting di Partai Rakyat Swiss (SVP). Pentingnya sosok Streich di SVP terlihat dari pengaruhnya yang luar biasa terhadap pembuatan kebijakan partai.

Gerakannya terhadap penolakan pembangunan menara masjid bertujuan mendapatkan perhatian dan kepentingan politik. Ia bahkan mengisi satu jabatan penting di Angkatan Bersenjata Swiss sebagai instruktur militer.

Streich melakukan studi komprehensif terhadap Islam, termasuk mempelajari Alquran, semata-mata untuk memfitnah dan menolak Islam. Tapi ajaran Islam malah memiliki dampak yang mendalam pada dirinya.
Dalam perjalanan usahanya itu, Streich justru mulai menemukan pencerahan. Dia setuju dengan isi Alquran dan mengakui bahwa Kitab Suci agama Islam itu benar.

Akhirnya dia memutuskan berhenti dari kegiatan politik dan memeluk Islam. Setelah mengundurkan diri dari panggung politik, Streich mengumumkan keislamannya secara luas. Streich bahkan menyebut agenda SVP terhadap muslim sebagai perbuatan setan.

Streich sekarang rajin membaca Alquran dan melakukan salat lima kali sehari. Lebih jauh Streich mengatakan bahwa dia telah menemukan kebenaran hidup dalam Islam, yang tidak pernah ia temui sebelumnya.

"Islam menawarkan saya jawaban logis atas pertanyaan hidup yang penting, yang tidak pernah saya temukan sebelumnya," kata Streich. Dia sekarang seorang muslim yang penuh komitmen. Streich menghadiri masjid, membaca Alquran dan salat lima kali sehari.

Baru-baru ini larangan pembangunan menara masjid di Swiss telah mendapat status hukum yang tetap.
Sesuai hasil voting, 42,5 persen warga Swiss mendukung pembangunan menara masjid dan 57,5 persen sisanya menolak.

Yang menarik, populasi Muslim di Swiss hanya 6 persen. Para analis mengklaim bahwa larangan menara masjid dan agama Islam telah menarik orang-orang Swiss belajar tentang Islam.
Streich sekarang memfokuskan niatnya berpartisipasi dalam pembangunan Partai Konservatif Demokrat baru di kanton Freiburg.

Gerakan politik baru Streich itu berbeda dengan sebelumnya. Dia ingin mempromosikan toleransi beragama dan perdamaian, terlepas dari fakta bahwa larangan pembangunan menara masjid telah memperoleh status hukum.

Kini sikapnya berbalik 180 derajat. Streich sangat menolak larangan pembangunan menara masjid. Dia bahkan berharap bisa membangun masjid kelima di Swiss dan yang paling indah di Eropa.
(Sumber: Islamic Bulletin)

http://www.dream.co.id/your-story/kisah-politisi-penolak-menara-masjid-di-swiss-masuk-islam-140905n.html